Selasa, 13 Desember 2016

SELAMAT JALAN OM AMO'

Malam itu, di tanah parantauannya, di dalam kamarnya yg dingin karena suhu AC yang terlewat rendah, di tambah dengan hujan yg mengguyur bumi, seorang gadis hanya bisa meringkuk, memikirkan berita yang didengarnya sejam yang lalu.

Beberapa jam yang lalu, dia masih sibuk memikirkan ketidakadilan kantor yg tidak membayarkan tiket pulangnya. Beberapa jam yg lalu dia masih menyelesaikan masalahnya dengan teman kantornya. Beberapa jam yang lalu dia masih semangat lari sore dan bermain basket. Beberapa jam yang lalu dia masih menikmati 3 potong semangka dan 4 tusuk sate ayam di kantin mess. Namun sejam yang lalu, setelah menyelesaikan ritual mandi dan keramasnya, dia menerima sebuah telpon. Telpon yang dipikirnya adalah telpon silaturahmi dari sepupu, tapi ternyata telpon berita kepergian seseorang.

Kepergian sesosok figur yang ia tahu sangat mengasihinya. Seseorang yang dia ketahui dalam 2 bulan ini, sejak ia meninggalkan kampung halamannya untuk kembali bekerja di tanah rantau, sedang berjuang dengan sakit yang dia derita. Seseorang yang akan dia kunjungi saat kembali ke kampung halaman pada waktu off nanti, yang terhitung seminggu dari sekarang. Seseorang yang saat dia kunjungi nanti, akan diajak ngobrol, berdoa bersama, agar dia melupakan sejenak sakit yang dideritanya. Tapi seseorang itu ternyata sudah mengakhiri perjuangannya di dunia. Mengakhiri segala sakit yang dialami selama masih diberikan napas oleh Sang Pencipta.

Si gadis kehilangan seorang sosok pekerja keras, yang setiap pagi dan sore akan melangkahkan kakinya ke kebun untuk mengurus sayur. Tidak ada lagi sosok yang tidak pernah mengeluh dengan sakit yang di deritanya. Bahkan, si gadis tidak pernah secara langsung melihatnya sakit sekalipun. Si gadis hanya mendengarnya berbicara di telpon, minta untuk di doakan, saat masuk rumah sakit beberapa waktu yang lalu.

Sekarang? Gadis itu hanya bisa meringkuk di kamarnya yang dingin, mendengar berita dari sambungan telpon akibat jarak beribu-ribu kilometer yang memisahkannya dengan kampung halaman. Semua kenangan kembali berulang di otaknya. Tidak ada lagi seorang tua yang akan menyambutnya saat datang di rumahnya. Tidak ada lagi 1 ekor ayam yang akan langsung meregang nyawa saat si gadis ingin makan ayam bakar. Tidak ada lagi sapaan khasnya yang akan menanyakan keadaannya di Kalimantan, atau keadaan keluarga di Makassar, atau keadaan si adik di Toli-Toli. Tidak ada lagi ajakan untuk menginap di rumahnya, atau sekadar nongkrong di depan rumah sambil meminum bir.

Seorang gadis perantauan
meringkuk dalam kamarnya, menumpahkan setiap kesedihan yang ia rasakan melalui air mata, dan mengatakan, "selamat jalan Om Amo', Tuhan Yesus sudah angkat penyakit mu."

Dari anakmu di tanah rantau,
Eka

Dahai, 131216

Sabtu, 29 Oktober 2016

BANDARA DAN PESAWAT : Makna Sebuah Perjalanan

Anu     : Kamu udah libur lagi? Cepatnya.
Ane     : Iyah, aku kan jadwal kerjanya 8 : 2. Tiap 8 minggu kerja dapat jatah libur 2 minggu.
Anu     : Waww. Enak dong yah?
Ane     : Liburnya enak, kerjanya yaaa gitu deh. Lagian aku kerjanya kan senin sampe Minggu
Anu     : Ya tetep aja enak, bisa sering-sering pulang. Daripada kita cuma sehari liburnya.
Ane     : (sambil nyengir kuda nahan boker) iya aja deh (dalam hati: “kamu gak tau aja gimana tertekannya di lokasi, jadi libur segitu udah wajarlah, kurang malahan”)

Kalian yang baca percakapan di atas pasti juga berpikir bahwa kerjaan saya enak karena liburnya setiap 2 bulan kan? Saya gak heran sih, soalnya setiap pulkam (red: pulang kampung) pasti tanggapan orang lain yang bertanya kepada saya mengenai jadwal kerja akan sama seperti di atas, kecuali mungkin yang pernah merasakan atau minimal memiliki keluarga dekat yang bekerja di lokasi, utamanya seperti tambang dan Oil & Gas. Setiap pulang, saya harus ngurut dada setiap kali ada pertanyaan dan tanggapan seperti itu (pengennya sih langsung sewa tukang urut yah). Bilangnya yaudahlah, diIYAkan saja. Padahal dalam hati teriak, “Hellaawwww. Liburnya emang enak, tapi bayangkan kerjaannya men. Kamu harus berada di lokasi selama 8 minggu berturut-turut dengan jadwal kerja Senin – Minggu, dengan keadaan karyawan yang luar biasa gak bisa di defenisikan, dengan ketemu orang-orang yang sama terus, dengan berbagai tuntutan klien dan atasan, plus anak buah yang susah dikasi tau. Rasain dulu baru kamu bisa bilang libur 2 minggu itu enak apa tidak.” Hufftthh, demikianlah Curahan Hati Seorang Karyawan Lokasi (CHSKL), jadi sinetron bisa kali yah. Saya siap jadi pemeran utamanya koq (kalo pengen semua penontonnya langsung muntah sih pas lagi nonton, hihihi).
Saya seorang karyawan sebuah perusahaan jasa yang berlokasi kerja di daerah eksplorasi. Nah, berdasarkan PERMEN No. 15 Th. 2005 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha Pertambangan Umum pada Daerah Operasi Tertentu Pasal 2 ayat 1(b) mengatakan  “periode kerja  maksimal 10 (sepuluh) minggu berturut-turut bekerja, dengan 2 (dua) minggu berturut-turut istirahat, dan setiap 2 (dua) minggu dalam periode kerja diberikan 1 (satu) hari istirahat”. Hadeuh, mainannya sekarang sama Peraturan Pemerintah yah?? Hihi. Saya rasa sudah jelas yah kenapa tiap 2 bulan saya menginjakkan kaki di tanah kelahiran alias setor muka ke mamak sama bapak alias mengobati rindu, walaupun sering juga kurang dari seminggu di rumah. Hehehe.
Jadwal kerja seperti ini secara tidak langsung ‘memaksa’ saya menjadi seseorang yang terbiasa dengan berbagai alat transportasi, entah itu darat, laut, maupun udara. Artinya bahwa saya sering melakukan travelling. Travelling itu bukan hanya jalan-jalan loh yah. Travelling adalah kegiatan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan kerja, rekreasi, ataupun liburan. Yeah. That’s what I do every 2 months. Apalagi biaya trasportasi dibayarkan perusahaan jadi sayang aja kalo gak dimanfaatkan, gak di pake juga gak bisa diuangkan, jadi inilah saya, mencoba menikmati setiap perjalanan yang saya lalui.
Sehubungan lokasi kerja saya berbeda pulau dengan kampung halaman maka salah satu transportasi yang paling sering saya gunakan untuk menyebrangi pulau adalah pesawat, yang artinya akan sering-sering mengunjungi bandara (kata-kata Rangga langsung menari di otak, “kita terpisahkan oleh bandara dan udara” eeaaa). Pesawat menjadi salah satu transportasi favorit saya karena tidak adanya asap rokok yang lalu lalang di dalam (kedua setelah bus kece di Toraja dong, yang kursinya bahkan lebih nyaman dari pesawat). Menggunakan pesawat adalah salah satu impian saya sejak kecil. Membayangkan bagaimana rasanya terbang menggunakan pesawat adalah hal yang menyenangkan. Bahkan, saat ada kerabat yang sudah bepergian menggunakan pesawat, saya sudah merasa bahwa mereka itu cool banget, hehehe. Akhirnya kesampaian juga saya naik pesawat, bahkan setahun bisa selusin kali saya ‘menjenguk’ bandara dan menaiki pesawat, apalagi kalo saya lagi pengen memanjangkan kaki ke daerah lain sekedar untuk liburan singkat. Welcome holiday!! Ehh, holiday masiih lama yah, fokusss.
Sunrise on Ngurah Rai Airport

Bagi saya, bandara adalah suatu tempat umum yang memiliki kekuatan magis dimana di sanalah pintu gerbang kamu akan ‘berpisah’ untuk sementara dengan daratan, tempat kamu berpijak selama ini. Bagi saya, bandara menjadi saksi bisu atas berbagai kejadian antimainstream yang saya alami sebelum naik pesawat. Misalnya, awal-awal kerja dulu setiap kali ke bandara, pasti gak pernah absen untuk jogging, selain karena saya suka olahraga jogging jadi kapanpun dan dimanapun bisa dilakukan, alasan lainnya juga adalah biar gak ketinggalan pesawat, hehehe, kebiasaan ngaret sih. Yahh, walaupun kadang ujung-ujungnya pesawatnya di delay juga sih, jadi tetap aja masih nunggu. Beberapa bandara menjadi saksi bisu lari-lari saya. Bandara Sepinggan Balikpapan misalnya, menjadi saksi saat saya adalah orang yang check in paling terakhir karena telat tiba di bandara sehingga harus memohon kepada petugas check in supaya masih bisa masuk pesawat, dan akhirnya, berhasil..berhasil...berhasil hore (!!!), yang setelah itu kemampuan lari dipertaruhkan dengan lari sekuat hati dan tenaga ke gate paling ujung sambil membawa tentengan kanan kiri (adegan Cinta banget gak sih??). Bandara Hasanuddin menjadi saksi bisu saya lari-lari dari gate ujung pukul ujung karena perubahan gate secara tiba-tiba (cinta datang kepadakku, ehh), atau ketemu orang yang salah gate sampai harus mengumpat sepenuh hati karena ternyata dia udah hampir ketinggalan pesawat dan harus lari-lari lagi ke gate ujung dengan tentengan banyak banget (gue bangeett), atau udah standby di bandara dari jam 05.30 padahal flightnya 10.10 karena kapok nanti lari-lari lagi. Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru misalnya, menjadi saksi untuk pertama kalinya saya menggunakan pesawat kecil (yg dipesankan kantor) dan pada saat yang sama harus menerima berita bahwa pesawatnya akan ditunda penerbangannya selama 2 jam, mana transit lagi pesawatnya, dan petugas pesawatnya masih sempat nanya, “gimana mba? Gapapa kan?” dan saya menjawab dengan muka TERPAKSA dimanis-maniskan sambil bilang “iyah gapapa,” padahal dalam hati teriak, “menurut loe??? Emang saya mau gimana lagi kalo penerbangannya udah di tunda??”. Sementara itu, Bandara Juanda Surabaya  memiliki pengalaman antimainstreamnya sendiri dimana saat itu, pagi-pagi benar saat matahari belum terbit (tepatnya berangkat jam 4 karena penerbangan pertama pkl 05.30), saya udah tiba di bandara di antar oleh supir anjem (baca: antar jemput) teman, tapi karena keasyikan ngobrol dan di berikan petuah, akhirnya harus lari-lari juga ke gate lantai 2 paling ujung. Kejadian antimainstream paling parah sampai saat ini yang saya alami di bandara adalah pada saat di Bandara Ngurah Rai Bali, habis liburan saya akan kembali ke Makassar dan harus menerima kenyataan bahwa saya ketinggalan pesawat, sekali lagi sodara-sodara, SAYA KETINGGALAN PESAWAT, karena alasan konyol yaitu saya pergi nonton dulu di XXI dan saya tiba di tempat check in 10 menit setelah check in di tutup. Meeennnn, gila aja kan. First time on my life ditinggalkan pesawat, kacau banget rasanya, makanya kamu jangan ninggalin aku yah *ehh. Sialnya lagi, saat itu tiket pesawat yang saya beli 3 kali lipat harga normal karena saya harus pulang hari itu dan saya beli tiketnya beberapa jam sebelum berangkat, dan itu hangus begitu saja tanpa meninggalkan bekas bahkan debu juga gak ada, rugi bandar meennn. Tapi sejak saat itu saya sudah kapok telat ke bandara, saya bersyukur aja bisa mendapatkan pengalaman seperti itu. Travelling give us so much experience, right?
Keseringan bepergian juga membuat saya harus berani mengambil keputusan-keputusan kecil yang dulu gak pernah terpikirkan. Memutuskan, untuk nunggu waktu check in yang kadang masih lama, apakah saya harus nginap di rumah keluarga yang dekat bandara, atau ke penginapan murah sekitar bandara, atau menunggu di kantor travel dengan resiko gak bisa tidur, atau mau langsung ke bandara aja (dengan resiko gak bisa tidur juga, hehehe). Memutuskan harus makan di mana, makan apa, harus pake baju apa biar ga rempong, harus menyusun pakean sedemikian rupa ke dalam tas biar gak terlalu banyak bawaan di bandara, dan banyaaakkk lagi. Namun keputusan paling luar biasa yang saya ambil sampai saat ini sehubungan dengan pengalaman travelling saya adalah, harus menerima kenyataan ditinggal pesawat di Bali dan harus mengambil keputusan nginap di hotel teman atau cari hotel dekat bandara. Panik iyah. Sambil duduk di lantai bandara bersama beberapa orang yang sepertinya ketinggalan pesawat juga (bedanya mereka bertiga, lah saya sendirii, di kampung orang pula), akhirnya saya memutuskan untuk mencari hotel sesuai harga kantong di dekat bandara, dan mengurung diri seharian demi untuk merenungi nasib. Hahaha. What a life! Hal simple seperti itu yang gak pernah saya dapat sebelumnya dan bersyukur bisa saya dapatkan saat travelling.

A teenager girl who travel alone from Banjar to Lombok
Kabin pesawat juga memiliki kisah tersendiri selama pengalaman perjalanan saya. Bepergian artinya kamu akan bertemu dengan orang lain, mengenal budaya lain, mengenal kebiasaan lain, dan membuat dirimu terbiasa untuk memilih jenis interaksi apa yang sebaiknya kamu terapkan saat bertemu orang asing. Seperti kata Ika Natassa dalam novelnya yang berjudul ‘Critical Eleven’, “Travel is a remarkable thing, right? Di pesawat, di bus, di kereta api, berjalan kaki, it somehow brings you to a whole other dimension more than just the physical destination. It’s the simple chance of reinventing ourselves at new place where we are nobody but a stranger.” Kamu akan bertemu orang asing yang akan menjadi orang terdekatmu, literally, selama 1-2 jam kedepan sampai akhirnya kamu tiba kembali menapakkan kaki di tanah (kuntilanak kali ahh). Sebelum naik pesawat atau selagi menunggu pesawat, kadang saya berpikir, “siapa lagi penghuni kursi sebelah saya nanti?”. Apakah sekelompok pemuda yang lagi liburan bareng? Atau seorang anak SMA yang sedang travelling sendiri? Atau sebuah keluarga kecil dengan anak cewek yang cerewet sepanjang perjalanan? Atau bapak-bapak yang sedang dalam perjalanan dinas dan ternyata satu kampung dengan kita? Atau om-om genit yang ngajak ngobrol dan ujung-ujungnya ngajak pulang bareng? Atau mungkin seorang pemuda yang dari take off sampai landing hanya mengunjungi alam mimpi alias tidur? Yeahhh, I ever felt all of that. Kejadian paling horror yaa ‘om-om genit’ itu, eeuuhhhh. Disini saya belajar untuk membangun komunikasi dengan mereka, tapi juga tetap self protection, apalagi saya seorang perempuan yang kemungkinan mengalami tindakan kejahatan di alat transportasi umum lebih besar dibandingkan laki-laki. Cemumuthhhh wanita!!!  Be setronggg.
"Mommy, where are we going??" ask the kid.
Melakukan penerbangan juga artinya kamu akan siap dengan segudang pesan masuk di handphone setelah beberapa jam dinonaktifkan sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan. Masih dari buku Ika Natassa mengatakan bahwa “Travel is deciding who will be the last call before you take off and the first call after you landed” (Maapkan yah, saya masih belum move on dari buku kece ini, yang bicara juga tentang travelling). Iyuhuuuu, hal ini yang paling sering saya alami soalnya, utamanya dari the one and only mamak that too much worry about doing travelling, apalagi kalo anaknya yang jadi pemeran utamanya, hahaha. Jadi pernah sekali yah, pesawat udah parkir dengan benar, saya udah mengatakan “Terima kasih Tuhan atas penyertaan-Mu selama perjalanan”, udah siap-siap turun pesawat, saya aktifkan HP, and tadaaaaaa, sedetik kemudian dia bordering dan bergetar dan ada tulisan MAMAK di layarnya. Ohhhmegatt, beneran kuat yah feeling seorang ibu. Emejing kan mamak saya? Salah satu bentuk perhatiannya adalah kekhawatirannya kepada kami, hihihi.
Saya lumayan suka jepret-jepret (pengen bilang suka fotografi tapi belum se-expert itu, aku mah apa atuh) dan salah satu tempat photogenic yang saya sukai (selain pasar, jalanan, dan langit) adalah di bandara dan pesawat. Entah kenapa bandara dan pesawat selalu kelihatan indah di mata saya, dan selalu ingin saya masukkan ke galeri saya (IG itu udah termasuk galeri kan??). Mungkin karena jarang ditemui atau gimana, tapi setiap kali ke tempat tersebut bawaannya selalu pengen mengambil foto, dan buat caption “dipisahkan oleh bandara dan udara” *ehhh tuh kan masih belum move on dari Rangga AADC 2. Selain konstruksi bangunannya yang kece, atau pesawatnya yang kece minta di foto banget, satu hal yang membuat saya suka jepret-jepret di bandara adalah ‘kelakuan’ calon penumpang pesawat yang kadang lucu untuk diperhatikan. Entah itu mereka sedang dengar music, duduk di lantai ruang tunggu, telponan sambil memberi laporan ke lawan bicaranya, ngemil, ngurusin pekerjaan di handphone, atau malah bengong melihat kelakuan orang yang sudah nyaring ketinggalan pesawat di sampingnya. Lucu aja untuk diperhatikan, dan pasti otak langsung teriak, “foto!! Foto cepetan!!” Hehh!! 
Penampakan di Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru

Last but not least, I wanna say thatTraveling is about waiting”. Kalo quote ini murni dari otak saya loh yah. Percaya aja yah, biar saya kelihatan bisa mikir gitu, hehe. Yeahh. Travelling itu memang tentang menunggu, bagaimana kamu sabar menunggu pesawat, menunggu bus, menunggu apapun itu, daannnn yang paling penting adalah apa yang kamu bisa lakukan untuk mengisi waktu-waktu kosong itu. Mungkin ada yang telpon pacar (ciee), telpon ortu (anak baik biasa kek gini), telpon teman (biasanya ini ngegosip), ngupil (kalo ada yg gini, kelaut aja lu gak usah terbang), ngemil, becanda bareng anak, ngobrol dengan orang di samping (PDKT mungkin), tidur-tiduran, atau  bahkan bengong (ini tidak disarankan karena berpotensi menyebabkan kesurupan). Saya memiliki cara tersendiri untuk mengisi kekosongan hati ini, ehh maksudnya kekosongan waktu sselama menunggu (kamu), *ehh ahhsudahlahh. Karena saya gak punya pacar jadi gak mungkin telponan sama pacar dan gak mungkin gangguin pacar orang karena saya belum berpengalaman dalam hal tikung-menikung jadilah saya mengisi waktu menunggu dengan membaca buku, bukan membaca pikiran kamu yahh. Alasan lain saya membaca buku di bandara adalah because I think it was cool (maksudnya cool-tu buku. Hehehe). Kesannya itu, “menemukan diam dalam bising” (quote dalam Novel Petir by Dee Lestari). Walaupun bising, tapi sebenarnya gak bising-bising banget, apalagi kalo bandara kecil. Selain itu tempatnya yang adem emang bikin betah untuk baca. Intinya adalah, bagaimana kita memanfaatkan waktu menunggu kita dengan hal berguna, misalnya untuk meng-upgrade diri sendiri.
Reading is a best way for waiting


Begitu banyak hal yang bisa saya pelajari berawal dari bandara dan pesawat. Hal yang setahun belakangan ini menjadi teman saya tiap 2 bulan. Simple, tapi sebenarnya mengajarkan begitu banyak hal. And I am so thankfull buat buku Ika Natassa yang melalui bukunya yang berjudul Critical Eleven yang memberikan inspirasi untuk kembali mengunjungi blog ini setelah sebulan dicuekin. Mata saya terbuka mengenai makna sebuah perjalanan berawal dari bandara dan pesawat. So, saya mencoba belajar dari hal-hal simple, dan ternyata hal simple itu sebenarnya berpengaruh bagi kehidupan kita. Mencoba mempelajari hal-hal baru, dan membagikan apa yang bisa saya bagikan, tapi kalo hati saya gak bisa di bagi-bagi, cukup untuk kamu seorang. Ehhh, apacihhh. Mulai ngawur deh.
Okehh, sekian tulisan saya tentang bandara dan pesawat. Just leave a comment or suggest about my post or by e-mail on ekaismaliliany@gmail.com , karena saya mencoba terbuka dengan setiap masukan dan kritikan. Tapi kalo tanya perasaan ku jangan lewat komen yah. Ahhhhsudahlah, STOP IT!! J
Thanks for reading. Bye!

Dahai 291016


Selasa, 27 September 2016

DIBALIK HESTEG #pictureoftheday & #coffeestory (Episode: Kopi Ku Bercerita)


Mandailing Coffee by Handpresso

Haluuuu...
Long time no see yah fans. Hihihi.
Akhirnya dari beberapa postingan #dibalikhesteg yang dicuekin, saya sadar bahwa nyuekin itu gak baik, kasihan yang merasa tercuekin (bukan pengalaman pribadi loh yahh, haha). Saya kembali tertarik untuk mengunjungi bloggy (sekarang namanya bloggy, kemarin apa, besok berubah lagi, namanya juga kehidupan, tidak ada yang statis *tsaahhh), and tadaaaaa, sekarang tentang kopi.
Lihat gambar yang di atas? Itu beneran hasil jepretan ku, kemarin siang, di pantry ruang medic (kalo itu pantas dibilang pantry yah), sambil nunggu kopi yang ditawarkan sementara di buat. Ciyuuussss. Dan dengan diedit sedemikian rupa sehingga jadilah postingan itu. Deep in my heart, saya pengen bilang bahwa, saya suka dengan karya satu ini.(saya narsis boleh kan?? Kamu naksir boleh koq. Haha).
So,belakangan saya memang sudah berteman dengan kopi. Saya suka kopi. Dulu, saya termasuk salah satu parasit yang menghabiskan kopi di cangkir bapak saya.Saya mulai intens menyukai makhluk hitam nan wangi saat di seduh ini saat jalan-jalan bareng teman-teman ke acara Toraja International Festival  2015 lalu di Ke’te’ Kesu. Saya diajakin minum kopi Sapan tanpa gula yang rasanya gileeeeee banget pahitnya, tapi cuma bentar sih rasa pahitnya, gak lama berubah menjadi rasa biasa aja. Karena itu kalo ke lokasi, saya udah bawa kopi dari kampung alias Kopi Toraja yang terkenal dengan enaknya (masa?). Jadi kalo pengen buat kopi saya ke kantin sambil menenteng wadah kopi saya yang merupakan bekas botol selai yang kubersihkan sepenuh hati supaya kopiku bisa memiliki rumah yang layak. Bukannya di kantin sini gak ada kopi yah. Ada koq. Hanya kopinya adalah kopi kemasan yang merk Kampak Api yang rasanya gak banget. kalo di biki kopi tubruk (dan memang hanya itu satu-satunya pilihan metode pembuatan kopi di sini), ampasnya terlalu banyak bahkan kadang mengapung-apung di permukaan kopi kek tai cicak yang bagian putihnya tenggelam, dan rasanya gak enak, walaupun aromanya masih ada sih. Entahlah, mungkin karna terbiasa minum kopi Toraja jadinya kek gitu kali yah.
Saya menjadi penikmat kopi selama di lokasi. Minum teh atau susu palingan sekali-kali doang. Ada kenikmatan tersendiri saat mencium aroma kopi sesaat setelah diseduh dengan air yang hotnya maksimal. Waaaaannngggiiiii banget, damai banget, segar banget (ini lagi minum kopi atau lagi jalan-jalan ke air terjun yah?). Dari wanginya itu membawa ketenangan kedalam diri (soalnya sebelum minum kopi rasanya ngantuk banget jadinya gak tenang, hahaha). Entah kenapa, saya rasanya tenang banget setelah mencium aroma kopi yang baru diseduh. Kadang saya mikir, jangan-jangan ada kandungan semacam zat adiktif di dalam kopi ini sampe saya kek orang ngefly abis cium aromanya. Jadi kalo abis seduh kopi gitu, diaduk bentar, trus hidung didekatkan ke bibir gelas (gelas bisa ngomong yah?) endeenn tarik napas dalam-dalam secara perlahan sambil memejamkan mata, buang nafas sambil tidak lupa pita suara ikut ambil bagian dalam kenyamanan itu “hhhmmmmmmm”dan rasakan sensasi aroma kopinya. Ciri-ciri orang fly kek gitu kan yah? Mirip-mirip anak jalanan yang suka ngelem, bedanya ini namanya ‘ngopi’. Ehhh, ngopi??? Wahh, sudah kuduga. Hehehe.

Bagi saya, kopi adalah teman nongkrong. Berawal dari kopi maka silaturahmi bisa terjadi. Toraja adalah salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Mungkin karena jumlahnya yang tumpeh-tumpeh makanya setiap kegiatan yang dilakukan di daerah kami ini, rasanya tidak afdol kalo gak ditemani secangkir kopi. Bahkan, kemungkinan di setiap rumah memiliki simpanan kopi yang kelak akan disajikan jika ada tamu yang bertandang ke rumah. Seperti di kediaman kami. Mamak adalah salah satu orang yang paling ribut kalo ada yang datang ke rumah dan tidak langsung disuguhi kopi. Baginya, tamu adalah pembawa berkat jadi harus diservis baik-baik kalo datang ke rumah (servis dalam hal ini adalah disuguhkan kopi). Jadi, kalo ada yang duduk di teras rumah, entah itu niatnya Cuma mau nongkrong bentar, pasti langsung disuguhkan kopi, dan gelasnya gak tanggung-tanggung men. Tau gelas gede yang di pake di iklan Kratingdaeng? Nah, kurang lebih kek gitu gelasnya. Tinggi menjulang ke langit dengan kopi Toraja terisi manjah di dalamnya sangat siap untuk dinikmati (entah itu yang minum siap atau tidak siap loh yah). Jadi bisa dikatakan, orang yang tidak niat duduk di teras rumah‘terpaksa’harus tinggal berlama-lama di rumah untuk menghabiskan kopi yang disajikan, tentunya sambil ngobrol dengan bapak. Maka di situlah silaturahmi terjalin. Seperti sebuah quote,“jangan menghakimi secangkir kopi, karena dalam secangkir kopi ada hangat untuk dibagi”. Mungkin itu juga yang membuat saya suka nongkrong sambil minum kopi, kadang ngopinya di sebuah Café tidak jauh dari lokasi kerja saya.Salah satu tempat pilihan nongkrong di sekitar Tanjung, Tabalong yang menu kopinya lumayan enak dengan pilihan metode seduh yang ada. Selain itu,tempatnya juga bersih dan cozy. Kalo lagi bosan di mess, yaudin, ajakin teman kerja ke sana, ngobrol, MEMANFAATKAN WIFI, dan minum kopi. Sepertinya kopi memiliki ikatan mempersatukan yah, cocok banget dengan salah satu sila Pancasila, persatuan Indonesia. Jadi kalo lagi ada yang berantem apalagi saling tonjok-tonjokan, ajak mereka minum kopi, kalo masih gak mau dengar, tuang segelas kopi panas ke dalam gelas, nikmati aromanya sebentar, lalu siram mereka yang lagi berantem itu, jangan lupa menambahkan kalimat,“JANGAN BERANTEM DISINI, WOYY!!” Hahaha. Atau mempersatukan akuh dan kamuh?? Mulai deh baper...baper....
Try to Use French Press
Di lokasi yang kadang bikin puyeng, eneg, bête, dan banyak pikiran, kopi bisa menjadi penyelamat. Entah kenapa, setiap kali saya sudah minum kopi, pikiran jadi terbuka, rasanya kek semua ide langsung muncul, apalagi kalo udah mumet banget. Jadi kadang saya memanfaatkan ini untuk menyalurkan hobi menulis saya saat sedang semangat-semangatnya pengen mengeluarkan isi otak. Perfecto banget dah. Seperti  abis menerima suntikan vitamin penyemangat (atau suntikan narkoba yah?). Kalo pikiran udah mumet banget, pasti saya ngajakin temen buat nongrong di Dice Café untuk memesan kopinya. Kadang Cuma pengen cari suasana berbeda aja, tapi kadang juga pengen minum kopinya dengan berbagai macam pilihan cara menyeduhnya. Menu kopi terakhir yang saya nikmati adalah French Press (silahkan di googling, saya malas menjelaskannya). Atau kalau pengen banget nulis, jadilah secangkir kopi di jadikan tumbal demi untuk munculnya ide menulis yang lebih brillian. Beberapa tulisan saya di blog ini juga disponsori oleh kopi, sebagian besar kopi Toraja.
Frech Press Coffee ala Dice Cafe
Saya suka memotret. Suka aja, walaupun hasilnya jauh banget dari karya fotografer handal, tapi saya menyukainya. Nah, salah satu objek yang kadang menjadi modelku adalah secangkir kopi yang ku minum. Kopi memiliki daya tarik tersendiri untuk di potret. Menjadi tukang jepret abal-abal menjadikan saya kadang menjadi seperti orang gila yang jepret sana sini dengan kamera Xperia E4 dan kamera action andalang. Jadilah cangkir kopi itu harus menerima nasibnya kelak menjadi artis untuk diletakkan di mana saja sesuai keinginan si tukang foto demi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, andeennnn upload. Hehe. Tidak lupa mencari quote menarik sebagai teman si gambar, atau hanya sekedar caption ‘koran’ gak jelas yang lebih sering di komen teman ku padahal mereka ujung-ujungnya baca juga. hmmm.
Toraja Coffee in Frame by Curly

Percaya atau enggak, kopi bisa menjadi peningkat rasa percaya diri. Why? Karna saya menjadi salah satu bukti dari pernyataan itu. Jadi saya pernah ke kantin untuk buat kopi. Kopinya gak tanggung-tanggung pake gelas yang tinggi. Ehhh. Ternyata klient udah pada datangan, dan bapak-bapak klient tersebut komen ke saya, “wow, kamu minum kopi mba?” You know-lah arti pertanyaan itu, apa harus saya gambarkan mengenai suara takjubnya dan mata melototnya? Gak usah kan yah? Dari situ rasa kepercayaan diri meningkat, dada dibusungkan, kepala di angkat, jalan tegak, SOMBONG! Ehh Hahahaha. Namun sampai skarang,, saya masih bingung, ada apa dengan cewek yang suka minum kopi (apakah terlihat kece) gak usah minum kopi juga saya tetep kece? Atau karena minum kopi membuat saya menjadi lebih manis? Udahhh, gak usah memuji begitu. Hehehe.
Kopi juga adalah salah satu minuman yang melek-able, alias bikin gak bisa tidur karena kandungan kafein di dalamnya.  Iyah, saya salah satu manusia yang bisa melek kalo minum kopi, dalam hal ini BUKAN kopi kemasan yang udah memiliki darah campuran yah. Salah satu yang paling sering saya minum di sini adalah Kopi Toraja yang saya bawa langsung dari Toraja, kampungku yang indah permai banyak tedong dan babinya. Sebagai salah satu penikmati kopi, saya merupakan salah satu penganut paham ‘kopi bikin gak tidur’, apalagi kalo minumnya udah malam. Makanya kenapa saya katakan bahwa untuk mencari atau memperkuat inspirasi di otak yang butuh dikeluarkan, saya kadang butuh minum kopi di malam hari, karena kadang inspirasi saya itu lagi berkualitas banget pada malam hari apalagi ditambah suntikan cafein (seperti, kalong peminum kopi). Hehe. Kalo lagi pengen nulis, saya kadang ngajakin temen dulu nongkrong di tempat ngopi dan tegukan kopi terakhir jam 10 udah bisa bikin melek sampai sekitar jam 2 pagi. Tapi tergantung kopinya juga sih, karena ada kopi yang ternyata kandungan kafeinnya udah sampai pada stadium 4 alias parah banget (menurut eike yah).Seperti yang baru-baru ini saya alami, yaitu dijajah kafein.
Beberapa hari lalu, tepatnya malam minggu kemarin, saya lagi menjadi pencari dollar paling semangat di kantor, makanya pulangnya jam 9 malam. Saat semua orang udah pada menikmati malmingnya (sebagian besar penghuni mess sih main PS yah), saya malah baru pulang kantor, dengan badan pegal dan pikiran melayang ke rencana paginya yang gagal total yaitu pengen ngopi dan nongkrong. Tapi, ternyata ‘DIA buka jalan saat tiada jalan’. Baru mau masuk pintu mess, eehhh, ada panggilan dari fans mess sebelah (fans: penjahat & tukang bully sejati), ternyata nawarin kopi, dan kopi jenis tersebut belum pernah saya cobain sebelumnya, kebetulan ada yang baru tiba dari tempat asal kopi tersebut, makanya saya penasaran. Kopi Mandailing namanya. Karena keinginan nongkrong tidak terpenuhi, jadilah saya menghabiskan waktu sambil ngopi di sana. Kopi ini ternyata nikmat juga. Mari saya gambarkan nikmatnya. Dengan perbandingan gula dan kopi 1 : 2 saya masukkan kedua bahan tersebut ke dalam gelas kecil warna putih yang alasnya udah mulai retak (warna gelas sebenarnya gak ngaruh sih) lalu saya seduh dengan air panas dari dispenser, aroma wanginya mulai keluar menyeruak memenuhi kamar, ehhhh ternyata airnya kebanyakan, hampir aja tumpeh-tumpeh, aduk secara perlahan (ini lebih kepada biar airnya gak tumpeh ke mane-mane yah), andeennnn, dekatkan bibir gelas ke hidung, tarik napas, “hhmmmmm”, sama aja wanginya dengan Kopi Toraja. Yahhhh, ekspektasi saya terlalu tinggi rupanya. Tapi, kopi tetaplah kopi. Saya suka. So I spend that night with sitting and talking there, sambil menikmati seteguk demi seteguk kopi Mandailing di malam  minggu yang dingin. Lama-kelamaan baru saya merasakan perbedaan kopi ini dengan kopi yang biasa saya minum. Rasanya beda, kek ada manis-manisnya gitu, yaheeyalahhhh orang ditambahin gula, gimana gak manis coba, hahaha, focus yah. Kopi ini memang berbeda dari kopi Toraja, tingkat keasamannya lebih rendah dari kopi Toraja, dan saya merasa kopi ini enak (entah enaknya dari mana saya juga gak tau, mungkin karena GRATIS). Karena enaknya yang keterlaluan, saya akhirnya nambah segelas lagi, mumpung gratis , ehh gak ding, soalnya emang enak. Jadilah saya mempersiapkan diri untuk tidak tidur malam itu dengan 2 gelas kopi Mandailing (pst, segelas itu saya pake 1 sdm kopi yah). Malamnya saya emang bener gak bisa tidur cepat, jadi saya manfaatkan untuk melahap buku “Petir” di kamar. Tapi, sekali lagi, kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Ketika ekspektasi mengatakan bahwa saya tidak akan tidur cepat, ternyata kenyataan menghapuskan kata ‘cepat’ itu. Iyahh, SAYA GAK BISA TIDUR (ditambah lagi dengan klimat) SAMPE BESOK PAGI BAHKAN SAMPAI SIANG. Gileeeee. Kali ini ekspektasi saya terlalu rendah rupanya.
Biasanya 4 jam setelah minum kopi saya sudah bisa tepar, jadi saya perhitungkan sekitar jam 2 udah bisa mimpi indah, ehhhh ternyata sampe jam 3 tidak ada tanda-tanda otak kehilangan kesadarannya. Akhirnya saya mencoba berhitung, sampai pada hitungan ke 270 (kalo gak salah) saya berhenti, pikirnya udah mau tidur, ternyata mata doang yang ketutup, kesadaran masih 100%, hitungannya berhenti mungkin karena udah capek ngomong. Hufftthh. Maka jadilah si kopi hitam 2 gelas jadi kambing hitam. Bener aja, keesokan harinya saya nanya teman kerja dan dia ngomong kalo kopi Mandailing memang keras (entah bijinya yang keras atau hatinya, ehh). Jadilah saya pasrah pada takdir dan nasib, menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan kedua kelopak mata dan membawa kealam bawah sadar. Takdir akhirnya memberikan kesempatan itu pada pukul 1 siang, sepulang gereja, sehabis makan siang. Finally bisa tidur. Saya masih berharap bisa tidur sampai malam, tapi takdir tidak senekat itu memberikan saya waktu tidur lama. Saya hanya tidur selama 3,5 jam dan efek malam harinya sama kek kalo abis siang tidur lama, gak bisa tidur cepat. Sempurna sudah penjajahan kafein Kopi Mandailing ini. Besoknya saya bangun dengan kepala sakit banget ke abis di pukul palu Thor, terpaksa harus pake cara keras juga, yaitu minum obat tidur. Inisiatif pengen obat tidur membawa saya ke klinik perusahaan (bermodalkan kata GRATIS di otak, hahaha), tapi ternyata takdir masih belum menyerah. Beberapa langkah memasuki pintu klinik, ada suara gak sopan yang langsung teriak, “Curly, kamu suka espresso kah? Mau kah? Tak buatin yah kalo kamu mau?” Ummm..ummm.. kegalauan melanda. Antara pengen tidur atau tidak enak nolak GRATISAN eh maksudnya gak enak udah di tawarin kopi dan (kebetulan) radar ‘pengen minum kopi’ langsung naik (tidiittt...ttiiddiittt..). Ternyata takdir menang lagi, jadilah saya pulang membawa segelas Espresso Mandailing Coffee made by Mas Galih dengan menggunakan handpresso yang membuat eike terkagum-kagum melihat benda kecil, lonjong, nan ajaib itu. Disitulah cikal bakal adanya postingan foto hitam putih di atas. Selain secangkir kopi (ini beneran bawa kopi sama cangkirnya ke kantor, total dong kalo mau gratisan, hahaha), saya juga berhasil membawa 2 tablet obat alergi (yang katanya bisa bikin tepar). Praise the Lord. Jadilah saya berjanji untuk menghabiskan kopi ini sebelum malam, supaya malamnya bisa tidur ditambah sebutir obat penolong merem.
Malamnya, takdir belum memberikan kesempatan untuk tidur cepat. Sebenarnya postingan ini sudah harus selesai tadi malam. Jadi sambil nunggu jam 9 untuk bisa minum obat tidur, saya akhirnya ngetik postingan ini, tapiii, sampai jam 10 belum kelar karena otak lagi gak ada ide, saking gak ada idenya akhirnya saya berhenti tepat pukul 10 dan langsung minum obatnya. Guess what tidurnya jam berapa? Tadaaaa, jam 1 dong. Yaelahhh, sama aja gak minum obat tidur. Sambil nunggu mata terpejam, saya sempat bertanya tentang kopi espresso kepada temen yang lumayan paham dunia per-kopi-an. Yang paling saya ingat dan sekalian membuat saya pasrah kembali kepada takdir malam ini adalah dia mengatakan bahwa, espresso itu adalah proses pembuatan kopi dengan suhu dan tekanan tertentu, jadi ekstrak kopi yang dikeluarkan, makanya kafeinnya lebih tinggi dibandingkan dengan kopi tubruk, dan kadang rasanya lebih pahit. Oke fine, saya paham sekarang bahwa yang bisa mengalahkan sebutir obat tidur yang sudah saya teguk ini adalah embel-embel ‘espresso’ pada kopi yang saya minum tadi. huhuhuhu. Keesokannya efek ngantuknya baru berasa, dan berhasil tidur siang dan bablas sampai jam 4. Bener-bener magabut deh rasanya. Hufftthh. Sampai saya menuliskan blog ini, saya masih merasa segar dan baik-baik saja, dan berharap penjajahan Kafein Kopi Mandailing sudah berakhir.
Wahhhh, ternyata postingan IG kemarin yang memenuhi postingan tentang kopi ini. Hihihi. Penjajahan kafein kopi mandailing ini tidak membuat saya menjauhi kopi. saya bahkan berniat merasakan kopi yang ada, dengan proses pembuatan yang ada. Berkat postingan ini juga saya jadi tahu sedikit tentang handpresso, aeropress, cafflano, shipon, kopi gayo dan sayur dua’ kayu, ehhh. Mungkin di postingan lainnya akan saya ceritakan mengenai istilah kopi tersebut. Hehehe ..
Demikian Coffee Story hari ini. Enjoy your coffee, enjoy your life.
.
.
.
.
Dahai, 270916

Selasa, 13 September 2016

DIBALIK HESTEG #pictureoftheday & #bicaranyajicurly (Episode : SECANGKIR KOPI PAHIT)

Black Coffee French Press ala Dice Coffee

SECANGKIR KOPI PAHIT
Saya paham pahitnya secangkir kopi.
Gula bahkan tidak menutupi rasa pahitnya
Karna pada dasarnya pahit adalah sifatnya

Namun saya tidak paham dengan pribadi ciptaan Tuhan (yang katanya) paling mulia
Kadang terbungkus dengan manis, namun pahitnya bisa melebihi kopi gosong tanpa gula.
Munafik bukan sifat dasarnya kan?
Renungkan!

 Uwewwww. Is that you Cur?? Cant believe that u can write it!! Sejak kapan lu jadi mellow. Yah, kalo udah baper, apa sih yang gak bisa. Lagian, hellaawwww, eike mellow kali orangnya. Casing-nya aja kelihatan tegar setegar batu karang yang diterpa ombak lautan luas padahal didalamnya kek kerupuk bawang abis disiram air panas yang dibiarkan tergeletak di ruangan terbuka selama sebulan. **ehh basi dong. Salah perumpamaan ihh, au ahh.  Hahaha. Untung dampak bapernya ke arah yang lebih baik, sekalian melatih diri membuat tulisan diluar prosa. Jadi di balik baper, ada karya yang tak ternilai yang bisa tercipta. Eeaaaa. Iyah, TAK TERNILAI alias gak bangeettt. Hahaha.
Gak tau yah seharian ini bawaannya baper teyuusss soal kerjaan, lebih tepatnya mulai kemarin sih.  Merasa diri gak di anggap di kerjaan. Gimana enggak. Saya udah bolak balik ingetin untuk pake APD saat bekerja, besoknya di ulang lagi. Gak di pake kalo gak dikasitau. Pas dikasih APDnya malah pergi dan ganti kerjaan lain. Gimana gak dongkol tuh, tapi karena saya adalah artis professional papan penggilasan paling terkenal di seantero Holiboot, saya tetap stay cool. Oke fine. I know you now men, saya lagi membaca karakter kamu aja. Apakah dengan karakter kamu yang seperti itu, kamu bisa lolos menjadi pendamping saya dalam film terbaru yang akan mulai shooting tahun depan. Kamu gak tau kan kalo saya ini artis papan penggilasan yang sedang menyamar bekerja di sini, dan sedang mencari bibit-bibit unggul untuk di boyong ke Malaysia untuk shooting sinetron terbaru saya dengan judul Majikan ku dan bekas setrika di wajahku. For your information, saya sebagai majikannya. Hahahaha.
Merasa diri kerja sendiri yang harusnya ini adalah team yang seyogyanya bisa bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang mulia (nge?). Yaeyalahhh kek kerja sendiri. Yang harusnya pengawas memberi contoh yang baik bagi karyawannya, istilahnya itu jadi role model, tapi justru mereka sendiri yang melanggar. Selain melanggar, kalo ada yang buat salah atau gak pake APD, malah didiamkan, gak ditegur sama skali (apa mungkin mereka lagi musuhan yah sampe gak saling tegur gitu? Bukan tegur itu maksudnya anuuuu), malah harus saya yang datang negur. Kesannya tuh saya devil dan mereka angel-nya. Harusnya kan saya yang Angel, kan saya cewek, Angelina Karam Di Laut gitu, ehhh salah fokus deh. Gaje banget sih. -_-
Merasa diri dipermainkan. Gimana engga. Kalo saya datang, mereka langsung pake APD, saling tegur (tapi sambil cengengesan trus ada yang nimpalin, pinter kamu yah), atau langsung mulut mereka bersuara liuliuliu, lu kate lagi ada patroli. Bahkan pengawasnya sendiri yang ngomong ke anak buahnya, hati-hati kamu, di sini ada sidak.Ya namanya juga baper kan, pasti eike merasa diri lah. Apalagi kan aku wanita yang memiliki perasaan yang sangat peka, PEKALI maksudnya, hahaha. Dikiranya saya gak tau yah kalo itu ditujukan ke saya (Ge-er dikit gapapalah, namanya juga baper. Hubungannya?) Ya saya taulah drama-drama ke gituan, orang dulu masa SMA, saya dan teman-teman kek gitu kalo guru Biologi udah dekat kelas, masih untung kalo dibilangin lagi patrol, guru Bahasa Inggris saya aja dulu kami sebut musibah kalo udah menuju kelas (entah atas dasar apa). Dari situ saya mulai sadar bahwa hukum tabur tuai itu really exist. Kapok Lytozz!!!! Hahahaha. Akhirnya saya senyumin aja. Oh,  gini toh rasanya jadi Guru Biologi saya dulu, ternyata beliau tau aja kalo di zalimi, hanya pura-pura gak tau. Pasti dulu makannya banyak, karena pura-pura tegar itu butuh energi yang besar, ehhh. Baru sadar kalo dulu kami jahat banget (kami loh yah, bukan saya doang). Ampuni kami guru-guruku atas perbuatan tidak terpuji kami yang membuat perasaan dan hatimu sedih, plissss jangan hukum kami menjadi cantik dan ganteng *ehh. Haha.
Dan terakhir, merasa diri karibo ehh, emang karibo koq yah, kece lagi. Hahaha. Kalo ini mah nikmat Tuhan yang tidak akan terdustakan. Baper gak baper mah tetap aja kece.
You know, pada saat seperti itu saya mulai merasa berjalan sendiri. No one on my side. Terpuruk dalam situasi seperti itu.Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam , e busett, malah konser (maklum suara merdu, saying kalo dianggurin, hehe). Back to topic!! Ibaratnya sebuah botol kaca yang dijatuhkan ke lantai sampai akhirnya pecah berkeping-keping. Sakit hati adek bang (ehh, koq bikin sinetron sih. Focus!). So I choose to be silent. Diam seribu bahasa, dan cukup memperhatikan.  Hati-hati aja yah, karena di balik diamnya seseorang, ada kentut yang sedang ditahan, ehhhh, hahaha (maap salah focus). Jadi hati-hati aja kalian mendapatkan tembakan kentut super dahsyat (yang bagian ini jorok banget, sumpah). Saya memilih untuk diam. Memilih untuk mengamati alih-alih menegur. Tapi dibalik itu, saya memilih untuk introspeksi diri alih-alih menghakimi. So, I take my solitary moment and talk to God, I ask Him about my problem, and He told me that ILL NEVER WALK ALONE and I do believe that. Saya sadar bahwa saya bukan botol kaca yang dibanting ke lantai sampai pecah berkeping-keping, tapi saya adalalh HAPE NOKIA yang di banting ke lantai dan menghancurkan lantainya. Hahahahahaha, gak ada perumpaan lain yah? Korban meme di Instagram nih. And I say, Huuuffftttt (buang nafas jauh-jauh serasa beban di pundak terangkat, tapi hati-hati ada yang pingsan dengan bau jigongnya mulut. Hehehe). Maka jadilah postingan video alay yang lagi jalan sendiri di pantai itu. Hahahaha. Kadang ke-baper-an juga bisa bikin alay yah, tapi bangga juga sih bisa ngedit video kek gitu. Kalo bisa sombong yah, itu adalah video terkece yang pernah saya buat. Hihihi.
Nahhh, pada saat itu saya bener-bener pengen menjauh sebentar dari situasi itu alias gak mau ketemu orang-orangnya. I need fresh air, an stay away from that situation. Sedikit menenangkan diri. Jadilah saya mengajak beberapa teman-teman untuk ngopi syaannntiikkk di tempat langganan ngopi. Pokoknya pengeeennnn banget mengenyahkan diri untuk sementara dari lingkungan tersebut. Maka jadilah postingan #pictureoftheday & #bicaranyajicurly malam ini. setelah ngopi-ngopi, balik ke mess, dan saya yakin gak bakalan bisa tidur cepat karena efek segelas Black Coffee French Press tadi dan di sinilah saya di depan laptop menuliskan kisah ini ,yang efeknya ternyata juga luar biasa, merasa lebih tenang and feel good (kesannya koq kek saya abis kesurupan yah? hihi). Sebelumnya saya juga mencoba membuat puisi untuk caption foto saya itu (dan saya baru sadar kalo itu alay banget). Entahlah kalo itu tergolong puisi yah. But, I did it. Susah tau cari kata-katanya, salut deh sama para penuli puisi di luar sana, KAMU LUAR BIASA (sambil mengacungkan golok, ehh, jempol maksudnya). Tapi untungnya efek kopi luar biasa untuk menyegarkan otak ini. hahaha.
So, kesimpulan saya sampai saat ini adalah. I choose to be silent for a few day. Watching. Talk less. Memilih untuk melihat keadaan sebelum saya benar-benar mengambil sikap (semoga bukan hanya wacana). Karena kata orang, diam adalah emas. Siapa tau nanti setelah diam beberapa hari, saya dapat penglihatan bahwa ada emas batangan yang tertimbun di sini, lalu saya gali, saya bawa pulang kampung, saya pake beli Ekkim Cone McD tanpa taburan apa-apa di atasnya, saya buka McD cabang Toraja yang isinya Cuma ekkim Cone biar orang-orang bisa merasakan nikmatnya, dan akhirnya mari kita ber-IMAJINASI. Hahahaha.

Be Strong, Stronger!!
.
.
.
.
Dahai, 130916

Jumat, 02 September 2016

DIBALIK HESTEG #pictureoftheday (Episode berlalunya bulan sekarat keuangan seorang fakir)

A lamp on Megumie Ramen Tanjung

What an amazing day (cos everyday is amazing yah). Dibalik hesteg #pictureoftheday kali ini took place on Megumie Ramen ala-ala (maksudnya, kelihatannya seperti mie ramen dari Jepang itu loh, tapi rasanya lebih mendekati mie keriting dengan kuah kebanyakan merica tapi ini versi enak- ala Tanjung. Haha). Yuhuu, ini adalah  makan di luar pertama pake duit sendiri selama beberapa minggu hidup dengan (terpaksa) tidak mengeluarkan duit karena jadi fakir, entah itu fakir duit atau fakir kuota, tapi bukan fakir cinta dan kasih sayang dong. Saya menggunakan kata “fakir” bukan berarti saya tidak bersyukur dengan keadaan hidup saya sekarang. Saya menggunakan kata tersebut hanya untuk menggambarkan keadaan saya pada saat itu. Mari memahami kata ‘fakir’ terlebih dahulu. Jadi, di dalam KBBI, kata fakir bisa bermakna ‘orang yang sangat berkekurangan, orang yang terlalu miskin’, bisa juga berarti ‘orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan batin’. Nah, saya merasa ada pada pengertian kedua itu.
Jadi bulan lalu adalah bulan yang berat bagi saya utamanya dalam hal financial(bukan karena separu hatimu tertinggal di sini yah, eeaa) karena ada suatu hal yang saya lakukan untuk mencampai kesempurnaan batin sehingga saya menjadi fakir. Iyuhuu, wanita sok tajir ini AKHIRNYA ketinggalan pesawat saat di Bali yang membuatnya harus menginap selama semalam lagi di Bali baru bisa balik Makassar, padahal tiket hangus itu harganya 3 kali lipat harga normal, mana hasil ngutang lagi. Sempurnalah, jadi duit gajian bulan lalu di pake beli tiket baru plus bayar utang plus akomodasi tambahan selama 27 jam lost in Bali plus kehidupan selama sisa offduty. Maka sukseslah, tiba di lokasi jadi gak pengen jokka ke mana-mana (kecuali di traktir) demi untuk menjaga stabilitas keuangan lainnya (menahan diri untuk gak ngutang lebih tepatnya).  Kalo yang biasanya semangat ngajakin nongkrong sambil ngopi, sekarang jadi tahanan kamar yang pulang kerja langsung masuk kamar kunci pintu terus nangis, ehh gak nangis ding, emang orang patah hati. Untungnya ada 2 bacaan kece (‘AMAZING YOU’ Karya Basrin Harsono Sigalingging dan ‘ANTOLOGI RASA’ Karya Ika Natassa) yang menemani di kamar dan kebetulan saya lagi semangat-semangatnya bekerja jadi gak terlalu kepikiran.
Bulan tersebut akhirnya berlalu dan segala utang (negara) di lunaskan dengan niat GAK BOLEH NGUTANG LAGI (kecuali kepepet banget, jiahh) dan lagi rencana menabung demi masa depan yang lebih cerah (atau demi kau dan si buah hati?). Seiring dengan berlalunya bulan penuh penghematan tersebutdan bertepatan dengan gajian yang masih hangat-hangatnya, saya dan rekan kerja cuss ke Megumie Ramen (our favourite Japanese food in Tanjung) yang udah lama banget gak turun ke leher, setelah sebelumnya di jemput di Klinik Tutupan 73 karena insiden ditinggal-pulang-oleh-bos (for the second time). Maklum, anak kecil yang tubuhnya masih imut-imut seperti ini kadang gak kelihatan terselip di mana makanya kadang AGAK terlupakan, hiks. I just try to enjoy using my money to buy something that I want to buy, walaupun mungkin itu bukan needed yah, tapi karena saya suka melakukan pembenaran makanya saya mengatakan bahwa itu adalah needed karena saya makan dan makan adalah salah satu kebutuhan primer manusia yang bertujuan untuk bertahan hidup. Hihihi.
So, sedikit menikmati hidup itu perlu dong (apalagi setelah melalui masa-masa terhempas manjahh, *ehh), tapi ingat aja untuk berhikmat, walaupun kadang ada manusia yang khilaf sih (seperti eike yang langsung ngiler lihat dress dan novel kece apalagi kalo udah diskon). But now, I’m trying to be tame dalam hal penggunaan duit. So, start this month, saya mencoba sebuah metode pengaturan gaji yang sempat saya pelajari dari SUK, seorang supir anjem keturunan Tionghoa di sebuah kampus swasta di Surabaya yang sempat membagi sedikit ilmu per-duit-annya. Seperti yang kita ketahui (atau saya doang yang tahu?) bahwa orang Tionghoa itu hitung-hitungannya mantap, apalagi soal duit, dan penjelasan beliau tentang cara pengaturan uang itu masuk akal. Soo, I try to implement his way. Berawal dari pertanyaannya yaitu “kamu mau gak gajimu naik tiap bulan?” Siapa sih yang gak mau. Jadi beliau menjelaskan panjang lebar  dan satu hal yang paling saya ingat adalah, “jadilah seperti orang kaya yang membayar segala sesuatunya dengan cara cash, bukan dengan ngutang (mis, pake kartu kredit)”. So ini langkah pertama saya untuk memulainya, karena seperti kata pepatah, “tidak ada langkah ke-1000 kalo gak ada langkah pertama.” Bdw, bener kan pepatah itu? Kalo gak ada, plisss di pahami aja yah, saya yakin koq kalian orang cerdas yang bisa memahami susunan kata si IQ jongkok ini. hehehe.
On this post, I just want to tell you that, di masa-masa sulit sekalipun kamu gak ditinggalkan koq. Gunung yang diletakkan di hadapan kita mungkin gak bisa berpindah tapi kita diberikan kekuatan untuk mendakinya, so you can pass away the mountain. Kamu pasti bisa. Tinggal dari pribadi kamu aja yang menghadapinya, apakah kamu akan tinggal bersungut-sungut atau berusaha untuk mendaki gunung tersebut dan melewatinya. The choice is in your hand. Seperti saya yang berusaha tidak tinggal dalam penyesalan karena duit habis untuk bayar utang gara-gara ketinggalan pesawat dengan harga tiket 3 kali lipat, tapi saya berusaha untuk meminimalisir pengeluaran dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terlalu saya perlukan sampai waktu gajian tiba, dan yang paling penting saya belajar dari pengalaman itu. Meennn, sampai kapan kalo mau tinggal dalam penyesalan. Wajarlah kalau salah, jadikan itu pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Seperti kata atasan saya di lokasi, “Melakukan kesalahan itu wajar, yang tidak wajar adalah saat kamu tidak bisa memperbaiki kesalahanmu.”
So, keep moving guys, and don’t forget to be thankfull for everything that happened in your life. Tetaplah bersyukur. JJJJJ
.
.
.

 Dahai, 02 September 2016

Rabu, 31 Agustus 2016

DIBALIK HESTEG #pictureoftheday (Episode: Kantor dan Saunanya)

I call it "Kantor"

Hellaaww. Di balik hesteg hari ini tentang sebuah gedung yang di foto itu, yang kelihatannya dari luar lebih mirip rumah pembantaian dibandingkan “kantor”, namun kenyataannya ya kek gitu. Yes, that is my (our) office in site. Sore ini saya baru menemukan angle yang (lumayan) tepat untuk mengambil gambar gedung tua tempat kami berkantor ini.
Sore yang bener-bener menguras tenaga banget karena pada saat itu sebenarnya saya sedang melakukan inspeksi bulanan di area dan kebetulan yang sedang kami inspeksi letaknya di belakang kantor. Hari yang bener-bener full of job banget karena bertepatan dengan akhir bulan (yang notabene perampungan laporan semakin dekat), loading bahan makanan yang seabrek dan banyak banget itu, dan inspeksi bulanan (yang notabene objek inspeksinya lebih detail dan buanyakk karena sekali sebulan). So, sukseslah saya hari itu kebanyakan berdiri dengan sepatu safety yang kalo di pake gampar nenek-nenek bisa rontok giginya plus otak sedikit bergeser. Hahaha. Dan dibalik kelelahan kaki dan keroncongan perut (suka seni juga yah perut eike) itu saya menemukan angle ini. Yup angle gedung kantor kami.
Tepat sekali, itu kantor. Bukan kos-kosan pinggiran kota Jakarta (kek gitu sih bahasanya atasan kami saat berkunjung ke lokasi ini dan memasuki breadtoast eh maksudnya kantor ini). Kelihatannya memang dari luar agak-agak gimanaa gitu karena merupakan bangunan lama peninggalan perusahaan sebelumnya di tempat ini. Bahan utama bangunannya yang dari kayu juga mempertegas betapa lamanya bangunan ini, tapi jangan salah, ini kayu bukan sembarang kayu. Kayunya khusus kayu dari Kalimantan yang tahan lama banget kalo dirawat baek-baek (yaheyalahhh). Haha. Sebagian besar bangunan di Kalimantan memang menggunakan kayu ini (kayu ulin) untuk membangun rumah karena sifatnya yang tahan lama dan tahan air (tapi mungkin gak tahan kalo digantungin, hehe).
Kantor kami ini sama halnya dengan kantor lainnya, tapiiii memasuki ruangannya yang saya sebut sebagai breadtoaster ini yang membedakannya dengan kantor lain (mungkin). Iyah, breadtoaster alias pemanggang roti. Jadi saya merasa jadi roti yang siap dibakar setiap kali masuk ruangan di kantor ini, dan semakin sempurna karena ruangan saya adalah salah satu ruangan breadtoaster dengan tingkat kepanasan yang optimal apalagi kalo udah siang. Mau buat roasted chicken di ruangan ini bisa kali yah. Kadang kalo udah lewat jam makan siang dan matahri sedang terik-teriknya, kami lebih memilih pindah tempat kerja. Pindah ke mana aja asalkan gak terbakar, biasanya saya pindah ke kamar sih. Hahaha, modus dong.
Ruangan saya itu adalah salah satu ruangan langganan jadi temuan tiap kali ada inspeksi dari klien. Temuan karena suhunya yang bisa bikin orang gemuk kek roti sobek berubah jadi roti canai kering siap santap, saking panasnya. Jendela sih ada, tapi di tutup rapat dan gak bisa dibuka karena alasan ada AC di ruangan tersebut. Kalian gak salah baca koq, itu memang AC, Air Condition, antimainstream tapinya. Kalo AC lainnya meniupkan udara yang dingin, segar, dan bisa bilang “sayonara panas”, AC di ruangan saya ini saking antimainstreamnya mungkin gak ada yang mampu beli kalo dijual di pasaran. Gak mampu dengan baunya maksudnya. Yup. ACnya bermasalah di bau. AC ini tergolong AC yang dermawan karena tubuhnya dijadikan sebagai rumah bagi hewan-hewan yang butuh tempat tinggal di luar sana, dan di pinggir hutan seperti di sini kelelawar adalah salah satu hewan yang butuh tempat berlindung dari derasnya hujan dan panasnnya matahari. Iyuhuuu, AC ini kadang gak mau nyala karena gak tahu kabel apanya lagi yang tersenggol kelelawar tidur pada siang hari. Setiap kali menyalakan AC, pasti bau semerbak yang bisa langsung bikin bengek itu langsung tertiup dan terhirup hidung. Namun, karena udah gak ada pilihan ruangan lain lagi (karena emang udah gak ada ruangan, kan gak mungkin tiduran di parkiran sambil kerja), ya TERPAKSA kami bertahan di ruangan itu. Kadang wangi semerbak indehoinya gak tercium sih (entah emang gak tercium atau hidung kami yang sudah resisten, huhuhu). Poor us. Belum periksa fungsi hidung dan paru-paru aja ini, jangan sampai dah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya menjadi tempat tinggal hewan lain yang udah bosan tinggal di AC. Amit-amit.
Bukan hanya bau, si binatang itu juga kadang meninggalkan jejak yang gak banget di ruangan yaitu semacam produk akhir hasil metabolism tubuh (silahkan cari tahu sendiri namanya, gak perlu saya jelaskan). Luar biasanya, tempat pembuangannya itu ya di AC itu yang menuju ruangan saya. Sempurnalah penderitaan fisik dan batin di sana. Hulalala. Kadang saya mau mengibarkan bendera putih, tapi susah dapat bendera putih di sini makanya belum kesampean.
Berharapnya ada tindakan perbaikan sih dari si pemilik gedung. Mengingat kondisi kami yang sangat memprihatinkan di ruangan tersebut, yang hanya bermodalkan air minum botol menghindari dehidrasi berkepanjangan akibat menahan panas dan bau yang sukses bikin bengek. Hihihi. Tapi kalo ada yang minat sauna gretong plus aromaterapi antimainstream, silahkan datang. pleas contact us. hehehe.
.

.
.
Dahai, 31 Agustus 2016

Selasa, 30 Agustus 2016

DIBALIK hesteg #sceneryoftheday & #bicaranyajicurly (Episode: Sunset & Lapangan Basket)

            Judul apa lagi ini? Mungkin ada yang repot-repot bertanya? Kalo gak ada yang bertanya seperti itu, plisssss, dari hati yang paling dalam, ku mohon bertanyalah, jangan membiarkan harapan ku bertepuk sebelah hati. Hehe. So, sebelum melangkah lebih jauh, mungkin sebaiknya saya memperkenalkan tentang judul ini soalnya tidak kenal makan tidak sayang, tidak sayang maka tidak suka, tidak suka maka tidak nembak, tidak nembak maka tidak jadian, tidak jadian maka tidak cuek-cuekan, tidak cuek-cuekan maka tidak marahan, dan tidak marahan maka tidak putus. So, silahkan simpulkan sendiri. Egilee, pembukaan aja bertele-tele banget yah kek gini. Bukan Curly namanya kalo tidak bertele-tele. Hihi.
So, belakangan saya agak-agak suka sama fotografi. Entahlah yah itu latah atau gimana, yang jelasnya suka aja. Abis itu di posting di instagram eike dengan nama akun @ekaismaliliany. Dari situ saya mulai belajar tentang fotografi, dari cari tahu aplikasi editing, cara edit gambar, cara melihat angle, dan belajar melihat situasi yang menarik untuk di ambil gambarnya, bukan hatinya loh yah. Itu semua masih yang bertaraf handphone biasa  yang harganya gak mahal dan kamera dengan pixel kecil (kamera belakang 5MP dan kamera depan 2MP). Nahh, dari situ saya malah niat beli handphone dengan kamera yang lebih bagus bahkan pengen kamera professional, padahal duit aja belum ada, nabung aja belum niat. Tapi untungnya kekhilafan saya di disadarkan oleh postingan artis Dion Wiyoko, salah satu artis yang saya ikuti akunnya di IG karena foto-fotonya kece banget, dan dia mengatakan bahwa, gambar yang bagus itu bukan dari jenis kamera yang digunakan tapi dari taste si fotografer, jadi biarpun punya kamera bagus tapi gak punya taste yah sama aja. Wowww... langsung dapat angin segar bo eike, yahh walaupun jenis kamera (+ pencahayaan + model) juga sebenarnya berpengaruh sih (yang plus plus itu hasil kesimpulan bareng Poyan mah), tapi saya kembali memotivasi diri sendiri bahwa kalo gak mampu ya ngapain di paksakan? Ada saatnya koq nanti saya punya kamera kece kalo emang butuh. warbiazaakkk (ngelap ingus dan air mata kesedihan, hahaha). Jadilah saya motretnya pake kamera HP Xperia E4 Dual kebangganku saat ini. Dan mulai hari ini saya mulai menggunakan hesteg #sceneryoftheday dipostingan eike. Bukan apa-apa sih, pengen meninggalkan kesan aja kalo itu adalah (one of) the best photo that I shoot today. Selain itu, saya juga pengen mengingat momennya gitu, karena saya percaya bahwa gambar bisa bercerita, at least buat saya pribadi lah. Tsaahhh.
Selain #sceneryoftheday, ada juga hesteg #bicaranyajicurly. Apakah itu? Apakah maksudnya Curly hanya omdo alias omong doang? Mmm, mungkin awalnya emang kek gitu yah. Jadi caption yang saya tuliskan di gambar itu sebenarnya memang Cuma omongan saya doang. Karena ada sesuatu yang saya pikirkan sehingga muncul kata-kata itu menari-nari (harus yah pake istilah itu?) di otakku dan harus dituliskan, biar eksis, ahahaha. Gak ding. Biar diingat aja. Maklum, kekuatan ingatan Curly emang rada-rada gak bagus. Ehehehe. Kan sayang kalo dibiarkan lewat begitu aja.

Nahh, sehubungan dengan itu, maka saya berniat untuk rajin-rajin mengunjungi blog sayang ku ini makanya saya cari bahan yang bisa di tulis-tulis gitu. Kan lumayan buat blog gak dianggurin. Nah, blog aja gak dianggurin, apalagi kamu. Hehe.
Caption: "Hidup itu (mungkin)(sebaiknya) seperti S.E.N.J.A. Bagaimana kamu mengakhirinya dengan indah.
Seperti gambar di atas yang adalah postingan pertama saya tentang #sceneryoftheday hari ini. Itu sebenarnya gambar langit di sore hari kalo kalian ada yang bertnya itu gambar apaan, dan sekalian menegaskan kalo saya ambil gambarnya di lapangan basket (merangkap lapangan tenis). Biasanya saya lagi lari sore kalo jam segitu ada di lapangan. Biasa, gaya hidup sehat dong (trus malamnya jam 9 makan mi instan karna kelaparan, jiahhh). Tempat ini menjadi salah satu tempat favorit saya untuk menikmati sunset. Yes, I like sunset. Saya suka melihat warnanya, dan suka dengan kata senja. I dont know why. Nah, sejak saya tau bahwa di tempat ini bisa menikmati sunset, akhirnya motivasi saya ke lapangan sore hari kadang sudah bukan untuk lari sore lagi, tapi pengen enjoying sunset & catching sunset, pake kamera loh yah catchingnya. Jadi bisa dikatakan kalo lari sore hanya modus aja, ada hal yang lebih menarik untuk di kejar. Hehehe.
Beberapa hari kemarin saya sebenarnya lagi malas kelapangan untuk lari sore, sooo gak pernah niat lagi ke lapangan, apalagi udah jarang lihat sunset kece karena sempat mendung dan hujan juga beberapa hari sampai akhisrnya panggilan sunset itu datang. Kemarin sore, lebih tepatnya udah hampir malam, ada pemandangan sunset luar biasa dalam perjalanan saya pulang ke mess, dan berhasil menarik perhatian hati dan pikiranku. Jadilah eike lari-lari dulu ke kamar simpan tas, ganti sepatu, trus lari ke bawah lapangan basket (lebih tepatnya Cuma sampai di ujung tangga bawah  jalanan ke lap basket sih) untukmenikmati sekalian mengambil gambarnya. SAYANGNYA sodara-sodara, semesta sedang tidak mendukung, ternyata sunsetnya udah mulai hilang, gak dapat moment bagusnya, dan lampu lapangan terang banget cahayanya, jadinya hanya dapatgambar apa adanya. Tapi dalam keadaan seperti itu, SUNSET tetap megah. Huhuhu. Makanya, besok sorenya saya udah standby di lapangan dari stengah 6 sore, biar gak telat lagi dapat momennya. Jadi, sambil nunggu sunset saya lari-lari keliling lapangan dong, kan gak enak juga mau nungguin sunset sambil ngupil di tengah lapangan. Bosan banget kali. Tapi sayang seribu sayang (lagi), sunsetnya gak muncul sekece kemarin. Hiks, padahal udah di niatkan. Tapi tetap indah koq, dan tetap memanjakan mata. eeaaaa
Sementara lari itu, saya akhirnya mikir. Kenapa yah saya suka sama sunset, bukan suka kamu aja? **ehh. Maka muncullah #bicaranyajicurly saat sedang lari itu, kebetulan sambil mikir juga. Saya berpikir matahari aja sebelum dia hilang dia tetap memberikan keindahan, tetap megah, harusnya Curly juga bisa dong. Keindahan melalui sikap hidup dan ketaatannya. Tsaahhh. Maka muncullah caption itu. Thats it! Yah, berharapnya sih semoga saya bisa menjadi seperti senja yang tetap memberikan berkat bagi orang lain, karena matahari memberi berkat kepada saya, melalui rasa tentram yang dihasilkannya setiap kali saya menikmatinya. Uhuhuhu, koq baper gini sih. Syudah syudah. Lanjut saja.
Karena angle itu penting

Postingan kedua ini sebenarnya bukan tentang captionnya sih, gagal mencantumkan caption awal. Hahaha. Saya sore ini lagi liar matanya untuk cari objek foto yang kece (menurut saya) dan pada saat matahari lagi bagus-bagusnya, dan dengan angle yang sesuai akhirnya terciptalah foto itu. Masih sambil lari, saya mikirin caption yang sesuai and you know what? Lagi sok-sok pengen pake bahasa inggris, jadi tadi sempat kepikiran dengan caption begini, if you want to get the point, put the ball into the ring. It same with heart. Eaaaa. Apa lagi ini? Tapi gak jadi buat kek gitu, soalnya agak-agak eeuuhh banget dan takutnya bahasa Inggrisnya abal-abal. Kan malu di eike kali sampe bahasa Inggris amburadul. Jadilah Cuma pengen pamer foto dan editannya. Hihihi.
Umm, jadi ini postingan pertama tentang dibalik hesteg itu dan mungkin akan berlanjut lagi solnya udah dari lama punya rencana pengen buat cerita dibalik gambar yang saya posting di IG, Cuma karena (as always) malas makanya belum kesampean. Ternyata sekarang baru kejadian. Semoga berlanjut yah. Supaya om spider gak numpang di blog eike terus.
Mungkin ini postingan yang gaje (gak jelas, istilah pas kuliah dulu masih terbawa, hehehe), but for me, everything that happened in my life is not gaje. Saya yakin bahwa saya adalah pribadi luar biasa yang diciptakan Tuhan dengan alasan yang tepat, never gaje. Saya berharap kalian juga berpikir seperti itu, bahwa kita adalah rencana terindah Tuhan. Maapkeun aja yah kalo nyampah. Hihi.
.
.
.
Dahai, 30 Agustus 2016


Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts