Selasa, 27 September 2016

DIBALIK HESTEG #pictureoftheday & #coffeestory (Episode: Kopi Ku Bercerita)


Mandailing Coffee by Handpresso

Haluuuu...
Long time no see yah fans. Hihihi.
Akhirnya dari beberapa postingan #dibalikhesteg yang dicuekin, saya sadar bahwa nyuekin itu gak baik, kasihan yang merasa tercuekin (bukan pengalaman pribadi loh yahh, haha). Saya kembali tertarik untuk mengunjungi bloggy (sekarang namanya bloggy, kemarin apa, besok berubah lagi, namanya juga kehidupan, tidak ada yang statis *tsaahhh), and tadaaaaa, sekarang tentang kopi.
Lihat gambar yang di atas? Itu beneran hasil jepretan ku, kemarin siang, di pantry ruang medic (kalo itu pantas dibilang pantry yah), sambil nunggu kopi yang ditawarkan sementara di buat. Ciyuuussss. Dan dengan diedit sedemikian rupa sehingga jadilah postingan itu. Deep in my heart, saya pengen bilang bahwa, saya suka dengan karya satu ini.(saya narsis boleh kan?? Kamu naksir boleh koq. Haha).
So,belakangan saya memang sudah berteman dengan kopi. Saya suka kopi. Dulu, saya termasuk salah satu parasit yang menghabiskan kopi di cangkir bapak saya.Saya mulai intens menyukai makhluk hitam nan wangi saat di seduh ini saat jalan-jalan bareng teman-teman ke acara Toraja International Festival  2015 lalu di Ke’te’ Kesu. Saya diajakin minum kopi Sapan tanpa gula yang rasanya gileeeeee banget pahitnya, tapi cuma bentar sih rasa pahitnya, gak lama berubah menjadi rasa biasa aja. Karena itu kalo ke lokasi, saya udah bawa kopi dari kampung alias Kopi Toraja yang terkenal dengan enaknya (masa?). Jadi kalo pengen buat kopi saya ke kantin sambil menenteng wadah kopi saya yang merupakan bekas botol selai yang kubersihkan sepenuh hati supaya kopiku bisa memiliki rumah yang layak. Bukannya di kantin sini gak ada kopi yah. Ada koq. Hanya kopinya adalah kopi kemasan yang merk Kampak Api yang rasanya gak banget. kalo di biki kopi tubruk (dan memang hanya itu satu-satunya pilihan metode pembuatan kopi di sini), ampasnya terlalu banyak bahkan kadang mengapung-apung di permukaan kopi kek tai cicak yang bagian putihnya tenggelam, dan rasanya gak enak, walaupun aromanya masih ada sih. Entahlah, mungkin karna terbiasa minum kopi Toraja jadinya kek gitu kali yah.
Saya menjadi penikmat kopi selama di lokasi. Minum teh atau susu palingan sekali-kali doang. Ada kenikmatan tersendiri saat mencium aroma kopi sesaat setelah diseduh dengan air yang hotnya maksimal. Waaaaannngggiiiii banget, damai banget, segar banget (ini lagi minum kopi atau lagi jalan-jalan ke air terjun yah?). Dari wanginya itu membawa ketenangan kedalam diri (soalnya sebelum minum kopi rasanya ngantuk banget jadinya gak tenang, hahaha). Entah kenapa, saya rasanya tenang banget setelah mencium aroma kopi yang baru diseduh. Kadang saya mikir, jangan-jangan ada kandungan semacam zat adiktif di dalam kopi ini sampe saya kek orang ngefly abis cium aromanya. Jadi kalo abis seduh kopi gitu, diaduk bentar, trus hidung didekatkan ke bibir gelas (gelas bisa ngomong yah?) endeenn tarik napas dalam-dalam secara perlahan sambil memejamkan mata, buang nafas sambil tidak lupa pita suara ikut ambil bagian dalam kenyamanan itu “hhhmmmmmmm”dan rasakan sensasi aroma kopinya. Ciri-ciri orang fly kek gitu kan yah? Mirip-mirip anak jalanan yang suka ngelem, bedanya ini namanya ‘ngopi’. Ehhh, ngopi??? Wahh, sudah kuduga. Hehehe.

Bagi saya, kopi adalah teman nongkrong. Berawal dari kopi maka silaturahmi bisa terjadi. Toraja adalah salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Mungkin karena jumlahnya yang tumpeh-tumpeh makanya setiap kegiatan yang dilakukan di daerah kami ini, rasanya tidak afdol kalo gak ditemani secangkir kopi. Bahkan, kemungkinan di setiap rumah memiliki simpanan kopi yang kelak akan disajikan jika ada tamu yang bertandang ke rumah. Seperti di kediaman kami. Mamak adalah salah satu orang yang paling ribut kalo ada yang datang ke rumah dan tidak langsung disuguhi kopi. Baginya, tamu adalah pembawa berkat jadi harus diservis baik-baik kalo datang ke rumah (servis dalam hal ini adalah disuguhkan kopi). Jadi, kalo ada yang duduk di teras rumah, entah itu niatnya Cuma mau nongkrong bentar, pasti langsung disuguhkan kopi, dan gelasnya gak tanggung-tanggung men. Tau gelas gede yang di pake di iklan Kratingdaeng? Nah, kurang lebih kek gitu gelasnya. Tinggi menjulang ke langit dengan kopi Toraja terisi manjah di dalamnya sangat siap untuk dinikmati (entah itu yang minum siap atau tidak siap loh yah). Jadi bisa dikatakan, orang yang tidak niat duduk di teras rumah‘terpaksa’harus tinggal berlama-lama di rumah untuk menghabiskan kopi yang disajikan, tentunya sambil ngobrol dengan bapak. Maka di situlah silaturahmi terjalin. Seperti sebuah quote,“jangan menghakimi secangkir kopi, karena dalam secangkir kopi ada hangat untuk dibagi”. Mungkin itu juga yang membuat saya suka nongkrong sambil minum kopi, kadang ngopinya di sebuah Café tidak jauh dari lokasi kerja saya.Salah satu tempat pilihan nongkrong di sekitar Tanjung, Tabalong yang menu kopinya lumayan enak dengan pilihan metode seduh yang ada. Selain itu,tempatnya juga bersih dan cozy. Kalo lagi bosan di mess, yaudin, ajakin teman kerja ke sana, ngobrol, MEMANFAATKAN WIFI, dan minum kopi. Sepertinya kopi memiliki ikatan mempersatukan yah, cocok banget dengan salah satu sila Pancasila, persatuan Indonesia. Jadi kalo lagi ada yang berantem apalagi saling tonjok-tonjokan, ajak mereka minum kopi, kalo masih gak mau dengar, tuang segelas kopi panas ke dalam gelas, nikmati aromanya sebentar, lalu siram mereka yang lagi berantem itu, jangan lupa menambahkan kalimat,“JANGAN BERANTEM DISINI, WOYY!!” Hahaha. Atau mempersatukan akuh dan kamuh?? Mulai deh baper...baper....
Try to Use French Press
Di lokasi yang kadang bikin puyeng, eneg, bête, dan banyak pikiran, kopi bisa menjadi penyelamat. Entah kenapa, setiap kali saya sudah minum kopi, pikiran jadi terbuka, rasanya kek semua ide langsung muncul, apalagi kalo udah mumet banget. Jadi kadang saya memanfaatkan ini untuk menyalurkan hobi menulis saya saat sedang semangat-semangatnya pengen mengeluarkan isi otak. Perfecto banget dah. Seperti  abis menerima suntikan vitamin penyemangat (atau suntikan narkoba yah?). Kalo pikiran udah mumet banget, pasti saya ngajakin temen buat nongrong di Dice Café untuk memesan kopinya. Kadang Cuma pengen cari suasana berbeda aja, tapi kadang juga pengen minum kopinya dengan berbagai macam pilihan cara menyeduhnya. Menu kopi terakhir yang saya nikmati adalah French Press (silahkan di googling, saya malas menjelaskannya). Atau kalau pengen banget nulis, jadilah secangkir kopi di jadikan tumbal demi untuk munculnya ide menulis yang lebih brillian. Beberapa tulisan saya di blog ini juga disponsori oleh kopi, sebagian besar kopi Toraja.
Frech Press Coffee ala Dice Cafe
Saya suka memotret. Suka aja, walaupun hasilnya jauh banget dari karya fotografer handal, tapi saya menyukainya. Nah, salah satu objek yang kadang menjadi modelku adalah secangkir kopi yang ku minum. Kopi memiliki daya tarik tersendiri untuk di potret. Menjadi tukang jepret abal-abal menjadikan saya kadang menjadi seperti orang gila yang jepret sana sini dengan kamera Xperia E4 dan kamera action andalang. Jadilah cangkir kopi itu harus menerima nasibnya kelak menjadi artis untuk diletakkan di mana saja sesuai keinginan si tukang foto demi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, andeennnn upload. Hehe. Tidak lupa mencari quote menarik sebagai teman si gambar, atau hanya sekedar caption ‘koran’ gak jelas yang lebih sering di komen teman ku padahal mereka ujung-ujungnya baca juga. hmmm.
Toraja Coffee in Frame by Curly

Percaya atau enggak, kopi bisa menjadi peningkat rasa percaya diri. Why? Karna saya menjadi salah satu bukti dari pernyataan itu. Jadi saya pernah ke kantin untuk buat kopi. Kopinya gak tanggung-tanggung pake gelas yang tinggi. Ehhh. Ternyata klient udah pada datangan, dan bapak-bapak klient tersebut komen ke saya, “wow, kamu minum kopi mba?” You know-lah arti pertanyaan itu, apa harus saya gambarkan mengenai suara takjubnya dan mata melototnya? Gak usah kan yah? Dari situ rasa kepercayaan diri meningkat, dada dibusungkan, kepala di angkat, jalan tegak, SOMBONG! Ehh Hahahaha. Namun sampai skarang,, saya masih bingung, ada apa dengan cewek yang suka minum kopi (apakah terlihat kece) gak usah minum kopi juga saya tetep kece? Atau karena minum kopi membuat saya menjadi lebih manis? Udahhh, gak usah memuji begitu. Hehehe.
Kopi juga adalah salah satu minuman yang melek-able, alias bikin gak bisa tidur karena kandungan kafein di dalamnya.  Iyah, saya salah satu manusia yang bisa melek kalo minum kopi, dalam hal ini BUKAN kopi kemasan yang udah memiliki darah campuran yah. Salah satu yang paling sering saya minum di sini adalah Kopi Toraja yang saya bawa langsung dari Toraja, kampungku yang indah permai banyak tedong dan babinya. Sebagai salah satu penikmati kopi, saya merupakan salah satu penganut paham ‘kopi bikin gak tidur’, apalagi kalo minumnya udah malam. Makanya kenapa saya katakan bahwa untuk mencari atau memperkuat inspirasi di otak yang butuh dikeluarkan, saya kadang butuh minum kopi di malam hari, karena kadang inspirasi saya itu lagi berkualitas banget pada malam hari apalagi ditambah suntikan cafein (seperti, kalong peminum kopi). Hehe. Kalo lagi pengen nulis, saya kadang ngajakin temen dulu nongkrong di tempat ngopi dan tegukan kopi terakhir jam 10 udah bisa bikin melek sampai sekitar jam 2 pagi. Tapi tergantung kopinya juga sih, karena ada kopi yang ternyata kandungan kafeinnya udah sampai pada stadium 4 alias parah banget (menurut eike yah).Seperti yang baru-baru ini saya alami, yaitu dijajah kafein.
Beberapa hari lalu, tepatnya malam minggu kemarin, saya lagi menjadi pencari dollar paling semangat di kantor, makanya pulangnya jam 9 malam. Saat semua orang udah pada menikmati malmingnya (sebagian besar penghuni mess sih main PS yah), saya malah baru pulang kantor, dengan badan pegal dan pikiran melayang ke rencana paginya yang gagal total yaitu pengen ngopi dan nongkrong. Tapi, ternyata ‘DIA buka jalan saat tiada jalan’. Baru mau masuk pintu mess, eehhh, ada panggilan dari fans mess sebelah (fans: penjahat & tukang bully sejati), ternyata nawarin kopi, dan kopi jenis tersebut belum pernah saya cobain sebelumnya, kebetulan ada yang baru tiba dari tempat asal kopi tersebut, makanya saya penasaran. Kopi Mandailing namanya. Karena keinginan nongkrong tidak terpenuhi, jadilah saya menghabiskan waktu sambil ngopi di sana. Kopi ini ternyata nikmat juga. Mari saya gambarkan nikmatnya. Dengan perbandingan gula dan kopi 1 : 2 saya masukkan kedua bahan tersebut ke dalam gelas kecil warna putih yang alasnya udah mulai retak (warna gelas sebenarnya gak ngaruh sih) lalu saya seduh dengan air panas dari dispenser, aroma wanginya mulai keluar menyeruak memenuhi kamar, ehhhh ternyata airnya kebanyakan, hampir aja tumpeh-tumpeh, aduk secara perlahan (ini lebih kepada biar airnya gak tumpeh ke mane-mane yah), andeennnn, dekatkan bibir gelas ke hidung, tarik napas, “hhmmmmm”, sama aja wanginya dengan Kopi Toraja. Yahhhh, ekspektasi saya terlalu tinggi rupanya. Tapi, kopi tetaplah kopi. Saya suka. So I spend that night with sitting and talking there, sambil menikmati seteguk demi seteguk kopi Mandailing di malam  minggu yang dingin. Lama-kelamaan baru saya merasakan perbedaan kopi ini dengan kopi yang biasa saya minum. Rasanya beda, kek ada manis-manisnya gitu, yaheeyalahhhh orang ditambahin gula, gimana gak manis coba, hahaha, focus yah. Kopi ini memang berbeda dari kopi Toraja, tingkat keasamannya lebih rendah dari kopi Toraja, dan saya merasa kopi ini enak (entah enaknya dari mana saya juga gak tau, mungkin karena GRATIS). Karena enaknya yang keterlaluan, saya akhirnya nambah segelas lagi, mumpung gratis , ehh gak ding, soalnya emang enak. Jadilah saya mempersiapkan diri untuk tidak tidur malam itu dengan 2 gelas kopi Mandailing (pst, segelas itu saya pake 1 sdm kopi yah). Malamnya saya emang bener gak bisa tidur cepat, jadi saya manfaatkan untuk melahap buku “Petir” di kamar. Tapi, sekali lagi, kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Ketika ekspektasi mengatakan bahwa saya tidak akan tidur cepat, ternyata kenyataan menghapuskan kata ‘cepat’ itu. Iyahh, SAYA GAK BISA TIDUR (ditambah lagi dengan klimat) SAMPE BESOK PAGI BAHKAN SAMPAI SIANG. Gileeeee. Kali ini ekspektasi saya terlalu rendah rupanya.
Biasanya 4 jam setelah minum kopi saya sudah bisa tepar, jadi saya perhitungkan sekitar jam 2 udah bisa mimpi indah, ehhhh ternyata sampe jam 3 tidak ada tanda-tanda otak kehilangan kesadarannya. Akhirnya saya mencoba berhitung, sampai pada hitungan ke 270 (kalo gak salah) saya berhenti, pikirnya udah mau tidur, ternyata mata doang yang ketutup, kesadaran masih 100%, hitungannya berhenti mungkin karena udah capek ngomong. Hufftthh. Maka jadilah si kopi hitam 2 gelas jadi kambing hitam. Bener aja, keesokan harinya saya nanya teman kerja dan dia ngomong kalo kopi Mandailing memang keras (entah bijinya yang keras atau hatinya, ehh). Jadilah saya pasrah pada takdir dan nasib, menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan kedua kelopak mata dan membawa kealam bawah sadar. Takdir akhirnya memberikan kesempatan itu pada pukul 1 siang, sepulang gereja, sehabis makan siang. Finally bisa tidur. Saya masih berharap bisa tidur sampai malam, tapi takdir tidak senekat itu memberikan saya waktu tidur lama. Saya hanya tidur selama 3,5 jam dan efek malam harinya sama kek kalo abis siang tidur lama, gak bisa tidur cepat. Sempurna sudah penjajahan kafein Kopi Mandailing ini. Besoknya saya bangun dengan kepala sakit banget ke abis di pukul palu Thor, terpaksa harus pake cara keras juga, yaitu minum obat tidur. Inisiatif pengen obat tidur membawa saya ke klinik perusahaan (bermodalkan kata GRATIS di otak, hahaha), tapi ternyata takdir masih belum menyerah. Beberapa langkah memasuki pintu klinik, ada suara gak sopan yang langsung teriak, “Curly, kamu suka espresso kah? Mau kah? Tak buatin yah kalo kamu mau?” Ummm..ummm.. kegalauan melanda. Antara pengen tidur atau tidak enak nolak GRATISAN eh maksudnya gak enak udah di tawarin kopi dan (kebetulan) radar ‘pengen minum kopi’ langsung naik (tidiittt...ttiiddiittt..). Ternyata takdir menang lagi, jadilah saya pulang membawa segelas Espresso Mandailing Coffee made by Mas Galih dengan menggunakan handpresso yang membuat eike terkagum-kagum melihat benda kecil, lonjong, nan ajaib itu. Disitulah cikal bakal adanya postingan foto hitam putih di atas. Selain secangkir kopi (ini beneran bawa kopi sama cangkirnya ke kantor, total dong kalo mau gratisan, hahaha), saya juga berhasil membawa 2 tablet obat alergi (yang katanya bisa bikin tepar). Praise the Lord. Jadilah saya berjanji untuk menghabiskan kopi ini sebelum malam, supaya malamnya bisa tidur ditambah sebutir obat penolong merem.
Malamnya, takdir belum memberikan kesempatan untuk tidur cepat. Sebenarnya postingan ini sudah harus selesai tadi malam. Jadi sambil nunggu jam 9 untuk bisa minum obat tidur, saya akhirnya ngetik postingan ini, tapiii, sampai jam 10 belum kelar karena otak lagi gak ada ide, saking gak ada idenya akhirnya saya berhenti tepat pukul 10 dan langsung minum obatnya. Guess what tidurnya jam berapa? Tadaaaa, jam 1 dong. Yaelahhh, sama aja gak minum obat tidur. Sambil nunggu mata terpejam, saya sempat bertanya tentang kopi espresso kepada temen yang lumayan paham dunia per-kopi-an. Yang paling saya ingat dan sekalian membuat saya pasrah kembali kepada takdir malam ini adalah dia mengatakan bahwa, espresso itu adalah proses pembuatan kopi dengan suhu dan tekanan tertentu, jadi ekstrak kopi yang dikeluarkan, makanya kafeinnya lebih tinggi dibandingkan dengan kopi tubruk, dan kadang rasanya lebih pahit. Oke fine, saya paham sekarang bahwa yang bisa mengalahkan sebutir obat tidur yang sudah saya teguk ini adalah embel-embel ‘espresso’ pada kopi yang saya minum tadi. huhuhuhu. Keesokannya efek ngantuknya baru berasa, dan berhasil tidur siang dan bablas sampai jam 4. Bener-bener magabut deh rasanya. Hufftthh. Sampai saya menuliskan blog ini, saya masih merasa segar dan baik-baik saja, dan berharap penjajahan Kafein Kopi Mandailing sudah berakhir.
Wahhhh, ternyata postingan IG kemarin yang memenuhi postingan tentang kopi ini. Hihihi. Penjajahan kafein kopi mandailing ini tidak membuat saya menjauhi kopi. saya bahkan berniat merasakan kopi yang ada, dengan proses pembuatan yang ada. Berkat postingan ini juga saya jadi tahu sedikit tentang handpresso, aeropress, cafflano, shipon, kopi gayo dan sayur dua’ kayu, ehhh. Mungkin di postingan lainnya akan saya ceritakan mengenai istilah kopi tersebut. Hehehe ..
Demikian Coffee Story hari ini. Enjoy your coffee, enjoy your life.
.
.
.
.
Dahai, 270916

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts