![]() |
A lamp on Megumie Ramen Tanjung |
What an amazing day (cos
everyday is amazing yah). Dibalik hesteg
#pictureoftheday kali ini took place on
Megumie Ramen ala-ala (maksudnya, kelihatannya seperti mie ramen dari Jepang
itu loh, tapi rasanya lebih mendekati mie keriting dengan kuah kebanyakan
merica –tapi ini versi enak- ala Tanjung. Haha). Yuhuu, ini adalah makan di luar pertama pake duit sendiri selama
beberapa minggu hidup dengan (terpaksa) tidak mengeluarkan duit karena jadi
fakir, entah itu fakir duit atau fakir kuota, tapi bukan fakir cinta dan kasih sayang
dong. Saya menggunakan kata “fakir” bukan berarti saya tidak bersyukur dengan
keadaan hidup saya sekarang. Saya menggunakan kata tersebut hanya untuk
menggambarkan keadaan saya pada saat itu. Mari memahami kata ‘fakir’ terlebih
dahulu. Jadi, di dalam KBBI, kata fakir bisa bermakna ‘orang yang sangat
berkekurangan, orang yang terlalu miskin’, bisa juga berarti ‘orang yang dengan
sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan batin’.
Nah, saya merasa ada pada pengertian kedua itu.
Jadi bulan lalu adalah bulan yang berat bagi saya utamanya
dalam hal financial(bukan karena separu hatimu tertinggal di sini yah, eeaa) karena
ada suatu hal yang saya lakukan untuk mencampai kesempurnaan batin sehingga
saya menjadi fakir. Iyuhuu, wanita sok tajir ini AKHIRNYA ketinggalan pesawat
saat di Bali yang membuatnya harus menginap selama semalam lagi di Bali baru
bisa balik Makassar, padahal tiket hangus itu harganya 3 kali lipat harga
normal, mana hasil ngutang lagi. Sempurnalah, jadi duit gajian bulan lalu di
pake beli tiket baru plus bayar utang plus akomodasi tambahan selama 27 jam lost
in Bali plus kehidupan selama sisa offduty.
Maka sukseslah, tiba di lokasi jadi gak pengen jokka ke mana-mana (kecuali di
traktir) demi untuk menjaga stabilitas keuangan lainnya (menahan diri untuk gak
ngutang lebih tepatnya). Kalo yang
biasanya semangat ngajakin nongkrong sambil ngopi, sekarang jadi tahanan kamar
yang pulang kerja langsung masuk kamar kunci pintu terus nangis, ehh gak nangis
ding, emang orang patah hati. Untungnya ada 2 bacaan kece (‘AMAZING YOU’ Karya
Basrin Harsono Sigalingging dan ‘ANTOLOGI RASA’ Karya Ika Natassa) yang
menemani di kamar dan kebetulan saya lagi semangat-semangatnya bekerja jadi gak
terlalu kepikiran.
Bulan tersebut akhirnya berlalu dan segala utang (negara) di
lunaskan dengan niat GAK BOLEH NGUTANG
LAGI (kecuali kepepet banget, jiahh) dan lagi rencana menabung demi masa
depan yang lebih cerah (atau demi kau dan si buah hati?). Seiring dengan
berlalunya bulan penuh penghematan tersebutdan bertepatan dengan gajian yang
masih hangat-hangatnya, saya dan rekan kerja cuss ke Megumie Ramen (our favourite Japanese food in Tanjung)
yang udah lama banget gak turun ke leher, setelah sebelumnya di jemput di Klinik
Tutupan 73 karena insiden ditinggal-pulang-oleh-bos (for the second time). Maklum, anak kecil yang tubuhnya masih
imut-imut seperti ini kadang gak kelihatan terselip di mana makanya kadang AGAK
terlupakan, hiks. I just try to enjoy
using my money to buy something that I want to buy, walaupun mungkin itu
bukan needed yah, tapi karena saya
suka melakukan pembenaran makanya saya mengatakan bahwa itu adalah needed karena saya makan dan makan
adalah salah satu kebutuhan primer manusia yang bertujuan untuk bertahan hidup.
Hihihi.
So, sedikit menikmati hidup itu perlu dong (apalagi setelah
melalui masa-masa terhempas manjahh, *ehh), tapi ingat aja untuk berhikmat,
walaupun kadang ada manusia yang khilaf sih (seperti eike yang langsung ngiler
lihat dress dan novel kece apalagi kalo udah diskon). But now, I’m trying to be tame dalam hal penggunaan duit. So, start this month, saya mencoba
sebuah metode pengaturan gaji yang sempat saya pelajari dari SUK, seorang supir
anjem keturunan Tionghoa di sebuah kampus swasta di Surabaya yang sempat
membagi sedikit ilmu per-duit-annya. Seperti yang kita ketahui (atau saya doang
yang tahu?) bahwa orang Tionghoa itu hitung-hitungannya mantap, apalagi soal
duit, dan penjelasan beliau tentang cara pengaturan uang itu masuk akal. Soo, I try to implement his way. Berawal dari
pertanyaannya yaitu “kamu mau gak gajimu naik tiap bulan?” Siapa sih yang gak
mau. Jadi beliau menjelaskan panjang lebar dan satu hal yang paling saya ingat adalah, “jadilah
seperti orang kaya yang membayar segala sesuatunya dengan cara cash, bukan
dengan ngutang (mis, pake kartu kredit)”. So ini langkah pertama saya untuk
memulainya, karena seperti kata pepatah, “tidak ada langkah ke-1000 kalo gak
ada langkah pertama.” Bdw, bener kan pepatah itu? Kalo gak ada, plisss di
pahami aja yah, saya yakin koq kalian orang cerdas yang bisa memahami susunan
kata si IQ jongkok ini. hehehe.
On this post, I just want
to tell you that, di masa-masa sulit
sekalipun kamu gak ditinggalkan koq. Gunung yang diletakkan di hadapan kita
mungkin gak bisa berpindah tapi kita diberikan kekuatan untuk mendakinya, so you can pass away the mountain. Kamu
pasti bisa. Tinggal dari pribadi kamu aja yang menghadapinya, apakah kamu akan
tinggal bersungut-sungut atau berusaha untuk mendaki gunung tersebut dan
melewatinya. The choice is in your hand.
Seperti saya yang berusaha tidak tinggal dalam penyesalan karena duit habis
untuk bayar utang gara-gara ketinggalan pesawat dengan harga tiket 3 kali lipat,
tapi saya berusaha untuk meminimalisir pengeluaran dan berusaha sebisa mungkin
untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terlalu saya perlukan sampai waktu
gajian tiba, dan yang paling penting saya belajar dari pengalaman itu. Meennn,
sampai kapan kalo mau tinggal dalam penyesalan. Wajarlah kalau salah, jadikan
itu pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Seperti kata
atasan saya di lokasi, “Melakukan kesalahan itu wajar, yang tidak wajar adalah
saat kamu tidak bisa memperbaiki kesalahanmu.”
So, keep moving guys, and don’t
forget to be thankfull for everything that happened in your life. Tetaplah bersyukur. JJJJJ
.
.
.
Dahai, 02 September 2016
0 komentar:
Posting Komentar