Rabu, 03 Oktober 2018

Pantai Pasir Putih di Alor Barat Daya


“Sempatkanlah setidaknya sekali seumur hidupmu untuk berkunjung ke salah satu pantai pasir putih di Indonesia.”

          Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Indonesia kan negara kepulauan, ada sekitar 13ribu pulau, gimana gak mungkin punya garis pantai terpanjang. Wagelaseh! Tapi sepanjang-panjangnya garis pantai di Indonesia, saya adalah salah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang jarang sekali berkunjung ke pantai, soalnya saya adalah anak gunung. Dari kecil hidup di dataran tinggi (tanpa pantai) membuat ku terlalu excited jika bertemu dengan pantai. Pantai tanpa pasir pun membuatku mencoba menikmatinya. Untungnya ibukota provinsi memberikan kesempatan untuk menikmati pantai. 4 tahun menghabiskan waktu di ibukota provinsi, aku bisa refreshing sejenak ke beberapa pantai, dari pantai berpasir, berbatu, bahkan berbeton pun ada. Mulai dari pantai pasir halus maupun pantai batu, ataupun dari pantai pasir putih sampai pasir hitam di suguhkan di Sulawesi Selatan.

          Penempatan tugas di salah satu pulau di wilayah kepulauan NTT menambah lokasi pantai yang dapat di kunjungi oleh perempuan gunung ini. Berbicara tentang Nusa Tenggara Timur, sudah bukan rahasia lagi kalau tempat ini adalah surganya pantai dan wisata bawah laut, salah satunya Pulau Alor. Pulau ini sukses meningkatkan standar pantai keren di dalam otakku. Pantai bersih, belum terjamah public, dan menjadi tempat warga asli untuk beraktivitas. Perjalanan menuju lokasi kerja juga melewati beberapa pantai yang bagi orang di sana biasa banget tapi bagi pendatang seperti saya dan beberapa orang kota lainnya akan menganggapnya sebagai pantai yang ‘super-duper-keren-yang-tak-tertandingi’.

          Beberapa minggu lalu, kebetulan kami sedang ada di Kota Kalabahi, ibukota kabupaten Alor. Mumpung libur jadi turun gunung dulu, sekalian refreshing (lebih tepatnya sebelum di tahan di Kalabahi untuk mengerjakan berkas akreditasi yang sukses bikin otak mumet). Di hari libur itu kami di ajak untuk piknik ke salah satu pantai yang lokasinya berada di kampung halaman dokter, teman 1 instansi  kami. Ajakan jalan-jalan gak mungkin ku tolak kan? Itu kan tujuan ku ke Kalabahi, walaupun jalan-jalan ini tidak direncakanan jadi agak kurang prepare.  So, here we go.
         
Kami berangkat dari kontrakan di daerah Kadelang sekitar pukul 2 siang ketika matahari lagi terik teriknya dan perut sedang lapar laparnya. Perjalanan selama kurang lebih 30 menit ke rumah dokter di Moru untuk ganti kendaraan plus numpang isi perut. Maklum yah, anak kontrakan jadi jarang masak dan gak kepikiran untuk makan setelah dapat ajakan jalan-jalan kek gini, hehe. Dari Moru kami menuju Pantai Langleki yang bertempat di Kecamatan Alor Barat Daya atau kadang disingkat Abad.
Mogok di tengah jalan

Perjalanan menuju pantai melalui jalan aspal harus terhambat sedikit karena masalah motor. Motor yang dikendarai oleh saya dan Seno tiba-tiba gak bisa jalan dan mesinnya mati tepat sebelum masuk di Desa Wolwal Tengah, Tamalpei. Awalnya kami pikir motornya ‘ngambek ‘ lagi karena motor pinjaman yang kami gunakan dari Padang Alang ini sempat mogok di tengah jalan. Segala macam kemungkinan diluncurkan sampai kami harus menunggu motor pengganti datang (pinjam motor dokter). Dari segala spekulasi yang ada, AKI soak lah, ini lah, itulah, ternyata motor kami gak bisa jalan karenaaaaaa BENSIN HABIS! Gubrak!!! Ini mah suuzon parah namanya, hehe.. … Fuel meter motornya juga udah gak fungsi sih jadi gak ketahuan dari awal, hehehe.
Mogok boleh, dokumentasi wajib :)

Permasalahan motor sudah selesai dengan mengganti motor lalu kami melanjutkan perjalanan. Kembali melewati jalanan aspal yang tidak lama berganti menjadi aspal ‘robek’ lalu akhirnya berganti jalanan berbatu dengan sumbangan debu di sepanjang perjalanan, sepertinya masih jalan perintis sih. Ternyata jalanan ke pantai tidak semulus yang ku pikir. Pemandangan sepanjang perjalanan cukup menarik karena kami berjalan di sepanjang tepi Teluk Mutiara dengan suguhan perahu motor, tambak ikan, nelayan yang sedang mencari ikan. Satu hal yang menarik adalah kami melewati sebuah tambak mutiara, tapi sayang kami tidak singgah karena katanya tambak tersebut tidak dibuka untuk umum.

Sekitar pukul 4 kami memasuki sebuah desa, yang belakangan saya tahu bernama Desa Probur, Kec. Alor Barat Daya, yang ternyata adalah lokasi pantai tujuan kami. Sebelum memasuki desa kami melewati pantai-pantai yang menurutku keren sekali untuk dijadikan spot hunting foto. Pantai pasir putih dengan batu berlumut di ujung pantainya. Gradasi warna dari biru laut menjadi hijau terang begitu jelas terlihat, bahkan airnya begitu jernih. Back to our destination. Tiba di desa, parkir motor, and then ku berlari kepantai, ku bertemu air laut.. yaheyalahhh…
Landscape Pantai Langleki

Pantai pasir putih dengan suguhan Pulau Pura dan beberapa pulau lain di depannya. What an amazing place. Gradasi warnanya air lautnya keren banget apalagi saat kami tiba, matahari masih lumayan terik. Sendal udah lepas dan mari kita berlari-lari. Gak mandi laut? Wah, gak tuh, gak bisa berenang soalnya. Jiaahhhh, hahaha. Ya ini kekurangannya, aku gak bisa berenang, dan masih belum berani untuk berenang. Bisa sih berenang, apke gaya dada..dadaaaahhhhh (sambil melambaikan tangan). Jadi deh kalau ke pantai bisanya cuma main air doang, injak-injak pasir, main-main ombak dan foto-foto. Yasudahlah, mau gimana lagi, dinikmati saja kan yah? Aku dan Butet menghabiskan waktu main-main sambil saling foto aja. Sementara itu Ical dan Dokter pergi mencari kelapa muda untuk melengkapi main-main di pantai sore itu. Wessss, pantai dan kelapa muda katanya perpaduan yang sempurna.

Pantai ini tergolong sepi karena ketika kami datang, tidak ada satupun pengunjung lain berlalu lalang di pantai ini, padahal hari libur loh. Mungkin pantainya belum dikenal sampai seantero negri jadi belum dikunjungi kali yah. Anak-anak desa juga tidak ada yang bermain di tempat ini, apa mereka udah bosan kali yah main di pantai sekeren ini, tiap hari di lihatin soalnya. Jadinya malah enak liburan di sini, karena esensi pikniknya benar-benar terasa. Sepi tanpa gangguan orang lain, entah itu terganggu oleh orang selfi (Cuma kami yang selfie di sana), oleh anak-anak yang teriak-teriak, ataupun bule berjemur di sana-sini, hehe. Taulah yah, bule sukanya berjemur di pantai, ada pantai keren dikittt aja, langusng rebahan di sono. Jadi ingat ada sebuah pantai di Bali, lumayan tersembuyi dan sempit, tapi sekalinya turun ke pantainya, wadawwww, malah banyakan bulenya daripada pasir pantainya. Jadi bagi yang ingin menikmati pantai dengan suasana tenang tanpa banyak gangguan, untuk saat ini pantai Langleki lebih rekomendasi, tapi lain hal kalo udah terkenal kemana-mana. Selama kami main di Pantai Langleki, hanya ada satu orang bapak yang menyelam dan kembali dengan membawa tangkapan beberapa ikan. Menyelamnya gak pake alat bantu macam-macam loh, hanya mengandalkan goggle aja. Gilakkk, keren. Oyah, kebersihan pantai ini juga masih terjaga, tidak ada sampah yang berarti, yah walaupun ada satu dua sih bertebaran manjah di ujung pantai, tapi overall masih bersih. Semoga kebersihan pantai ini tidak ternodai yah. Sayang aja kan pantai kece seperti ini harus jadi jelek karena orang kamseupay yang gak bisa membedakan mana pantai dan mana tempat sampah.
Pantai Langleki dengan Latar belakang Pulau Pura

Bermain ombak sambil lari-lari. Lelah. Duduk di balik perahu yang lagi parkir di pantai. Ngobrol, bercandaan. Udah gak capek. Balik lagi ke pantai. Main lagi ke pantai sebelahnya. Gitu aja terus sirkulasi permainan kami saat itu, sampai kelapa yang dinantikan akhirnya datang juga. Yeayyy! Katanya minum air kelapa di pantai itu rasanya beda dengan minum air kelapa selain di pantai. Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Soalnya kan kalo di pantai, kelapanya fresh from the oven, baru di petik dari pohon langsung minum jadi lebih segar, lah kalo yang udah di gerobak kan fresh from gerobak, hehe (garing yah? Gak bermaksud melucu sih). Selain itu suasananya juga mendukung karena di pantai tujuannya piknik sedangkan kalo di gerobak tujuannya minum karena haus aja. Itulah sedikit analisis singkat super gak penting dari saya yang pada akhirnya harus kamu baca J
Pantai X Kelapa Muda
Pantai X Kelapa Muda X Teman

          Sebenarnya salah satu tujuan kami berangkat siang adalah untuk menikmati sunset di Pantai Langleki ini. Menurut si dokter, di pantai ini kita bisa menikmati sunset. Salah satu hal yang membuatku lebih excited lagi. Soalnya tidak semua pantai di Pulau Alor bisa dijadikan lokasi untuk menikmati sunset. Pantainya menghadap barat sih, tapi masih di tutupi pulau lain. Pulau-pulau di sini jaraknya dekat-dekat, seperti anak MABA (mahasiswa baru) yang kemana-mana harus jalan rombongan, hehe. Menghabiskan waktu lagi sambil bermain air (sementara Ical dan Bu Andi sudah berenang) sambil menunggu matahari turun.
Berenang X Main Air

          Sekitar pukul 5.11 matahari sudah mulai menguning. It’s time to enjoy the sunset!! How to? Sebagai orang Indonesia, hal yang kami lakukan adalah, poseeeeee. Sepertinya segala sesuatu harus di rekam di lensa kamera yah. Setelah puas foto dan bikin video, kami duduk sebentar untuk menikmati sunset yang sesungguhnya. Melihat semburat jingganya, menikmati sang surya tenggelam di balik Pulau Pantar. Lah, koq pulau? Iyup, di hadapan pantai ini juga ada 2 pulau, yaitu Pulau Pura dan di baliknya lagi ada Pulau Pantar, jadi mataharinya tenggelam di balik Pulau Pantar. Tapi lumayanlah, daripada tidak sama sekali. 
Sunset di Pantai Langleki

          Semakin lama matahari semakin tenggelam yang menandakan kami harus kembali, mengingat perjalanan kami ke Moru tidaklah singkat. Harus melewati 1 jam perjalanan melintasi sepanjang Teluk Mutiara. Kami meninggalkan pantai sambil menyapa warga sekitar yang sedang membersihkan diri di sumur, sekalian pamit dan berterima kasih telah sudi menerima kami masuk di wilayahnya. Akhir dari perjalanan kami, ternyata dokter membawa kami ke sebuah dataran tinggi dekat pantai untuk melihat landscape ‘Senja di Desa Probur’ dari  ketinggian, lengkap dengan siluet Pulau Pura dan Pulau Pantar, bahkan siluet Pulau Kepa (atau Pulau Buaya yah?) pun terlihat dari dataran ini. 
Landscape Desa Probur dengan Latar  Beberapa Pulau

          Hari semakin gelap, waktunya kami kembali. Kembali ke Kalabahi, kembali kepada kenyataan, hehe. Bukan hanya kenyataan bahwa kami harus kembali ke pedalaman dengan berbagai permasalahan yang tidak penting, namun sebenarnya kenyataan bahwa kami harus melanjutkan hari-hari di Kalabahi untuk tidur 4 jam setiap hari untuk mengerjakan berkas akreditasi dengan berbagai drama yang tidak penting namun juga merasakan kebersamaan dalam tekanan (jiaahhh).

          What a great short trip to Langleki Beach. Meninggalkan pantai ini dengan harapan, semoga nanti kembali lagi ke sini untuk hunting foto soalnya kali ini karena tanpa rencana jadi gak bawa Sonya dari Padang Alang. Pantai pasir putih dengan airnya yang jernih dan batu-batu karangnya yang bersandingan dengan pasir putih (minta banget untuk di foto sihhhhh). Dan spot-spot lainnya di sepanjang perjalanan di pinggir pantai. Arrgghhh, take me back there, to Langleki, a beautiful beach on Alor Barat Daya. Pokoknya keindahan pantainya sulit digambarkan lewat foto apalagi tulisan, harus dilihat langsung.

          Jadi, kapan kamu ke sini? Kamu! Iyah kamu! 
Travelmates

Travelmates - full team


Padang Alang, 25 September 2018

Nb.
Akhirnyaaaaa bisa selesaikan tulisan ini setelah 14 hari terbengkalai dan kepikiran terus diakibatkan harus mendahulukan akreditasi, padahal udah sempat curi-curi waktu nulis pagi-pagi sebelum yang lain bangun, bahkan kepikiran untuk nulis di Pantai Sebanjar tapi sayangnya gak jadi nginap, hehe. Soon yah nginapnya.


Oyah, video tentang pantai ini bisa kamu lihat di sini. Enjoy it.





0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts