![]() |
I call it "Kantor" |
Hellaaww. Di balik hesteg hari ini tentang sebuah gedung yang di foto
itu, yang kelihatannya dari luar lebih mirip rumah pembantaian dibandingkan “kantor”,
namun kenyataannya ya kek gitu. Yes, that
is my (our) office in site. Sore ini saya baru menemukan angle yang (lumayan) tepat untuk
mengambil gambar gedung tua tempat kami berkantor ini.
Sore yang bener-bener menguras tenaga banget karena pada saat itu
sebenarnya saya sedang melakukan inspeksi bulanan di area dan kebetulan yang
sedang kami inspeksi letaknya di belakang kantor. Hari yang bener-bener full of job banget karena bertepatan
dengan akhir bulan (yang notabene perampungan laporan semakin dekat), loading bahan makanan yang seabrek dan
banyak banget itu, dan inspeksi bulanan (yang notabene objek inspeksinya lebih
detail dan buanyakk karena sekali sebulan). So, sukseslah saya hari itu kebanyakan
berdiri dengan sepatu safety yang kalo di pake gampar nenek-nenek bisa rontok
giginya plus otak sedikit bergeser. Hahaha. Dan dibalik kelelahan kaki dan
keroncongan perut (suka seni juga yah perut eike) itu saya menemukan angle ini.
Yup angle gedung kantor kami.
Tepat sekali, itu kantor. Bukan kos-kosan pinggiran kota Jakarta (kek
gitu sih bahasanya atasan kami saat berkunjung ke lokasi ini dan memasuki
breadtoast eh maksudnya kantor ini). Kelihatannya memang dari luar agak-agak
gimanaa gitu karena merupakan bangunan lama peninggalan perusahaan sebelumnya
di tempat ini. Bahan utama bangunannya yang dari kayu juga mempertegas betapa
lamanya bangunan ini, tapi jangan salah, ini kayu bukan sembarang kayu. Kayunya
khusus kayu dari Kalimantan yang tahan lama banget kalo dirawat baek-baek
(yaheyalahhh). Haha. Sebagian besar bangunan di Kalimantan memang menggunakan
kayu ini (kayu ulin) untuk membangun rumah karena sifatnya yang tahan lama dan
tahan air (tapi mungkin gak tahan kalo digantungin, hehe).
Kantor kami ini sama halnya dengan kantor lainnya, tapiiii memasuki
ruangannya yang saya sebut sebagai breadtoaster ini yang membedakannya dengan
kantor lain (mungkin). Iyah, breadtoaster alias pemanggang roti. Jadi saya
merasa jadi roti yang siap dibakar setiap kali masuk ruangan di kantor ini, dan
semakin sempurna karena ruangan saya adalah salah satu ruangan breadtoaster
dengan tingkat kepanasan yang optimal apalagi kalo udah siang. Mau buat roasted chicken di ruangan ini bisa kali
yah. Kadang kalo udah lewat jam makan siang dan matahri sedang terik-teriknya,
kami lebih memilih pindah tempat kerja. Pindah ke mana aja asalkan gak
terbakar, biasanya saya pindah ke kamar sih. Hahaha, modus dong.
Ruangan saya itu adalah salah satu ruangan langganan jadi temuan tiap
kali ada inspeksi dari klien. Temuan karena suhunya yang bisa bikin orang gemuk
kek roti sobek berubah jadi roti canai kering siap santap, saking panasnya. Jendela
sih ada, tapi di tutup rapat dan gak bisa dibuka karena alasan ada AC di
ruangan tersebut. Kalian gak salah baca koq, itu memang AC, Air Condition,
antimainstream tapinya. Kalo AC lainnya meniupkan udara yang dingin, segar, dan
bisa bilang “sayonara panas”, AC di ruangan saya ini saking antimainstreamnya
mungkin gak ada yang mampu beli kalo dijual di pasaran. Gak mampu dengan baunya
maksudnya. Yup. ACnya bermasalah di bau. AC ini tergolong AC yang dermawan
karena tubuhnya dijadikan sebagai rumah bagi hewan-hewan yang butuh tempat
tinggal di luar sana, dan di pinggir hutan seperti di sini kelelawar adalah
salah satu hewan yang butuh tempat berlindung dari derasnya hujan dan panasnnya
matahari. Iyuhuuu, AC ini kadang gak mau nyala karena gak tahu kabel apanya
lagi yang tersenggol kelelawar tidur pada siang hari. Setiap kali menyalakan
AC, pasti bau semerbak yang bisa langsung bikin bengek itu langsung tertiup dan
terhirup hidung. Namun, karena udah gak ada pilihan ruangan lain lagi (karena
emang udah gak ada ruangan, kan gak mungkin tiduran di parkiran sambil kerja),
ya TERPAKSA kami bertahan di ruangan itu. Kadang wangi semerbak indehoinya gak
tercium sih (entah emang gak tercium atau hidung kami yang sudah resisten,
huhuhu). Poor us. Belum periksa fungsi hidung dan paru-paru aja ini, jangan
sampai dah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya menjadi tempat
tinggal hewan lain yang udah bosan tinggal di AC. Amit-amit.
Bukan hanya bau, si binatang itu juga kadang meninggalkan jejak yang
gak banget di ruangan yaitu semacam produk akhir hasil metabolism tubuh
(silahkan cari tahu sendiri namanya, gak perlu saya jelaskan). Luar biasanya,
tempat pembuangannya itu ya di AC itu yang menuju ruangan saya. Sempurnalah penderitaan
fisik dan batin di sana. Hulalala. Kadang saya mau mengibarkan bendera putih,
tapi susah dapat bendera putih di sini makanya belum kesampean.
Berharapnya ada tindakan perbaikan sih dari si pemilik gedung. Mengingat
kondisi kami yang sangat memprihatinkan di ruangan tersebut, yang hanya
bermodalkan air minum botol menghindari dehidrasi berkepanjangan akibat menahan
panas dan bau yang sukses bikin bengek. Hihihi. Tapi kalo ada yang minat sauna gretong plus aromaterapi antimainstream, silahkan datang. pleas contact us. hehehe.
.
.
.
Dahai, 31 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar