Dahai dan segala kebosanannya.
Tau kan Dahai itu apa? Bukan sejenis makanan ringan
atau sejenis alat transportasi loh yah. Dahai itu nama desa di Provinsi
Kalimantan Selatan, seperti yang sempat sedikit saya singgung di blog-blog
sebelumnya. Curly di Desa?? Omegat!! Jadi kembang desa dong. Haha.
Ngapain di Dahai? Main-main. Ya kerja lah!! Bikin
emosi aja.
Kenapa bisa di Desa Dahai? Kerja apa?
Huufftthhh. Mungkin mending saya berikan sedikit
gambaran mengenai pekerjaan saya di Dahai yah. Okeh, buka buku gambarnya, ambil
pensil dan cat warnanya. Itu menggambar anuu!! Hahaha, salah focus.
Selama setahun belakangan ini saya sudah menempati
Desa Dahai, Kabupaten Balangan, Prov. Kalsel ini untuk mencari nasi bungkus
yang isinya berlian. Uwewww (ngarep tingkat dewa). Saya bekerja sebagai seorang
nutritionist (bahasa kerennya, ahli gizi atau bisa juga anda menyebutnya
sebagai polisi makanan) di sebuah perusahaan catering yang menjadi vendor pada
sebuah perusahaan batu-bara di bumi Kalimantan ini. Tsahhh, bahasa mu cewek..
Tapi orang luar kebanyakan taunya saya kerja di kalimantan yang notabene erat
kaitannya dengan batu bara yang erat kaitannya dengan banyak duit, yang erat
kaitannya dengan dimintain traktir dan beli sana-sini, yang erat kaitannya
dengan di porotin, yang erat kaitannya dengan merasa terzalimi. (capek
ngetiknya bo). Hahaha, di situ kadang saya merasa sedih. Sudah jangan nangis
dulu, belum sampai pada klimaksnya loh, simpan dulu air mata(buaya)nya. *ehh.
Back to my job. Jadi kerjaan saya kan berhubungan
dengan makanan, dapur, kantin, gudang makanan, soooo kehidupan saya sehari-hari
ya gak jauh dari tempat itu (udah nikahable banget gak sih, hal yang
berhubungan dengan dapur udah jadi makanan sehari-hari? Hahaha -_-). So, main job ku itu memastikan agar makanan
yang sampai kepada klien sehat dan aman. Dengan cara, mengawasi pelaksanaan
keamanan pangan di lokasi kerja mulai dari penerimaan bahan baku sampai pada
makanan siap di santap. Trus saya ngapaiinnn??? To the point aja kale. Jadi ya
saya ngecek di dapur mulai pagi sampai sore hari, memastikan setiap
komponen-komponennya baik.
Selain berkutat dengan dapur and the gank, saya juga
berkoordinasi dengan klient. Soo, gak hanya di dapur bulak baliknya, emang kita
setrikaan, lagian setrikaan gak ada di dapur, adanya di laundry, hehe. Kalo
paginya ngecek di dapur, siangnya kadang ke kantor klien yang jaraknya sekitar
15 menit dari kantor kami menggunakan sarana mobil. Selain kantor, di sana juga
ada kantin, jadi area pengawsan saya juga ada di sana.
Kalo soal tempat tinggal, kami tinggalnya di
tenda-tenda darurat. Hehe, gak ding. Perusahaan partner kerja kami menyediakan
mess bagi karyawan kami yang juga satu area dengan Dapur dan kantin. Jadi kalo
dari kamar ke kantor hanya di tempuh selama 30 DETIK berjalan kaki dengan
kecepatan super (dalam hal ini berjalan santai, itu udah super banget menn).
Jadi kalian bisa bayangin gimana kegiatan saya
sehari-hari selama berada di lokasi. Bisa gak?? Woyy..jawab woy!! Knapa diam
aja? Kamu udah gak care lagi sama aku? Oke fine. Cut..cut..cut.. ini koq malah
jadi cerita novel melankolis sih, kita lagi syuting drama “UTANGRAN”. *ehh
focus euyy!! Maap..maap.. Jadi kalian bisa bayangkan kehidupan saya sehari-hari
di lokasi.
Bangun pagi ku terus mandi, tidak lupa menggosok
gigi, habis mandi ku pergi briefing, dan lanjut mengais rezeki. Eeaaa, koq
malah mengeluarkan suara emas sih? haha. Jadi bangun pagi di lokasi yang sama,
berangkat kerja di lokasi yang sama, ngecek di dapur dengan lokasi yang sama,
makan siang di kantin dengan lokasi yang sama, istirahat siang (biasanya boboci
alias bobo bobo ciantikk) di lokasi yang sama, sore hari ngecek lagi di dapur
dengan lokasi yang sama, selesai kerja balik ke mess dengan lokasi yang sama.
That’s it! Kalian tau defenisi “dengan lokasi yang sama” kan? Itu bisa juga
diartikan sebagai “melihat orang yang sama setiap hari gak ganti-ganti gak
berhenti-berhenti”. Bosen euuyyy.
Masih lebih beruntung kalo ke kantor klient di area
tambang jadi masih bisa melihat wajah lain selain di area mess, yang walaupun perjalanannya
kadang memuakkan dengan hanya melihat trailer batu bara dan kendaraan tambang
lalu lalang di jalan hauling (jalanan khusus kendaraan pengangkut batu bara). Kadang
saya masih mengeluh dengan waktu tempuh yang lumayan lama di jalan,
sampai-sampai saya berpikir kalo waktu tempuh ke kantor ini di total saya
bisa-bisa tua di jalan. Hal-hal seperti ini juga lama kelamaan bikin bosan,
apalagi harus dialami selama 8 minggu. Manajement stress harus bener-bener baik
nih, kalo gak mau pulang-pulang udah jadi penghuni RSJ.
Udah kebayang gak kerjaan, atau keberadaan saya di
sini? Belum? Mungkin anda harus mengalaminya sendiri, dan saya hanya bisa
bilang, selamat yah!! Hahaha. Kadang saya berpikir untuk menyerah dengan
melambai-lambaikan bendera putih ke kamera di sbelah sana dan di sebelah sana (pikir
sendiri kameranya di mana) dan mencari kerja di tempat yang lebih terbuka dan
tidak terisolasi seperti di sini. Sayangnya, saya gak menemukan kamera satupun
jadi gak bisa melambaikkan tangan jadi gak bisa menyerah. Haha. Gak boleh
menyerah intinya, tsahhh. Mulai mata berkaca-kaca, narsis juga ini mata sukanya
ngaca mulu. Haha.
Bekerja di lokasi dengan jadwal kerja 8 – 2 (8 minggu
pulllll di lokasi darii Senin – Minggu dan 2 minggu libur, pulkam, liburan, eksis)
suatu tantangan tersendiri buat saya, wanita, anak mami yang awalnya gak mau
dilepaskan ke alam liar jauh dari mamak bapak. Saya orang yang tidak terlalu
suka dengan hal yang itu-itu saja, aliasnya cepat bosan. Tapi kalo sama kamu
aku gak akan bosan koq bang, haha. FOKUS EUYY!! Hahaha. Tantangannya
wwarbiassaaahhh men,, apalagi dengan tantangan pekerjaan yang lumayan menguras
tenaga dan pikiran, maka sempurnalah.
Kadang saya bosan dengan hal-hal konsisten yang
setiap hari di temui itu. Sooo, sebagai manusia yang gak mau terhimpit dalam
keadaan seperti itu (tsahhh, bahasanya men), sebagai orang kece nan kreatif,
saya berusaha menikmati nikmat Tuhan yang ada disekitarku. Like what??
Tau gak sih, langit pagi, embun pagi, pohon,
pelangi, awan, sunset, bahkan kucing bisa menjadi sesuatu yang menarik bagi
saya. Berhubung saya suka cekrek-cekrek, yang dengan SOKnya ku katakana sebagai
“scenery hunter” jadi objek tadi itu difotoin sana-sini, trus upload instagram.
Iyah,, jadi generasi nunduk aja di sini (generasi nunduk = nunduk memandangi
HP). Bagi saya pekerja lokasi, memiliki android, baterai full, dan kuota
memadahi itu sudah menjadi penyelamat di tengah tekanan kerja yang
warbiassaahhh berat. Dikit-dikit, cekrek, upload, tulis ‘koran’ (Istilahnya
Batara). Pokoknya berusaha melihat sesuatu yang menarik diantara hal yang
itu-itu aja setiap harinya. Dan hebatnya, itu menyenangkan banget.
Kalo udah bosan dengan rutinitas sehari-hari, kadang
saya di dalam kantor aja duduk, trus selfi-selfi gak jelas -_-. Atau saat sore
hari, menuju kantor, dan harus melewati teriknya matahari yang sukses bisa
bikin belang, kadang bayangan saya di jalan tiba-tiba menjadi menarik (untuk di
foto). Hehe. Saya termasuk orang yang suka langit jadi pemandangan yang
disuguhkan langit setiap sore menjadi obat letih, entah itu di lihat dari teras
kantor, atau saat jogging. Iyah, di sini saya kadang jogging, biar badan tetap
bugar *eaa meningkatkan aktifitas fisik maksudnya.
Pada saat jogging inilah kadang banyak objek yang
menarik perhatian, jadi kalo ke lapangan basket untuk jogging, selain bawa hape
kadang juga bawa kamera (kamera action KW super yah, pengennya sih bilang
kamera DSLR tapi belum kesampean belinya, hihihi). Entah itu genangan air, entah
itu ujung pohon yang berjejer di samping lapangan, entah itu sepatu ku yang
kadang kelihatan kece banget kalo di foto, bahkan menunggu matahari terbenam
pun pernah saya lakukan. Habis jogging, kebetulan langit sore lagi kece banget,
warna orange kece parah (maap, eike pecinta sunrise), jadi disitulah saya duduk
selonjoran di atas rumput menikmati sunrise (sambil di videokan tentunya) yang
selanjutnya akan di posting ke instagram sambil meluncurkan kemampuan membuat
captionku (kemampuan buat Koran lebih tepatnya). Semenjak kejadian sunset itu,
jogging sudah bukan menjadi tujuan utama saya ke lapangan. Itu hanya modus
dengan tujuan sebenarnya adalah ‘mengejar matahari’ (pinjam istilah lagu yah). Kadang
saya gak enak sih sama jogging hanya menjadi alasan sampingan aja, entah gimana
perasaannya. Apacih!! Sayangnya setelah momen mendapatkan video matahari
terbenam itu, matahari sudah gak kece lagi kalo sore, adanya malah dapat catching sunset gagal.
Setelah jogging, atau setelah matahari terbenam lebih
tepatnya, saya balik kamar. Nah, seperti malam-malam seperti biasanya yang
biasanya langit gelap, yaeyalahhh!! Maksudnya dimana kegiatan ku ya biasanya
langsung masuk kamar. Bukan gak mau bersosialisasi yah sama bapak-bapak di
ruang nonton (maklum, eike yang paling cantik tiada saingan di mess ini). saya Cuma
gak suka aja terpapar asap rokok, baunya itu loh, gak kece banget, lagian siapa
juga mau ngisaip asap bekas dari paru-paru orang, eeuuhhh. Jadi sebisa mungkin
saya hindari lah, toh kalo ada fans yang mau minta foto dan tandatangan bisa
langsung ketok pintu kamar. Hehehe. Selain rokok, PS juga menjadi kendala saya
gak bisa nonton. Yuhuu, permainan sejuta pria sepertinya ini. jadi kadang,
sepulang dari kantor, kalo udah tiba di mess itu, pasti bapak-bapak ini udah
pada ramai olahraga, entah itu olahraga seluruh tubuh atau olahraga jempol
(baca: main PS). Jadi kalo udah tiba, udah ada aja minimal 2 orang main sepak
bola di mess (via PS maksudnya), itu kadang sampai malam, paling berhenti buat
shalat dan makan malam doang. Kan gak mungkin saya duduk ongol tontonin orang
main PS. Masih lebih nyaman kamar ku kemana-mana keless.
Tapi gak berarti saya memingit diri (istilah apa sih
ini?0 di kamar secara terus-terusan loh. kadang kalo pengen banget nonton, yaa
aku nonton. Bodo amat yang lain mau main PS, saya Cuma bentar doang kali pegang
remote. Hihihi. Penjajahan dimulai. Tapi itu gak lama koq, paling 2-3 jam aja. Lama?
Dibandingkan mereka yang main PS dari sore sampai malam coba?? Pembelaan tingkat
tinggi banget. Kalo beneran malas nonton, yaudah dikamar aja. Melahap novel-novel
yang sengaja di bawa untuk menemani Curly di kamar. Kalo udah baca di kamar,
udah malas mau ngapa-ngapain dah. Mager stadium 8. Hahaha.
Kalo lagi bosan banget di mess, kadang saya dan
teman kerja lain jalan-jalan ke kota terdekta. Entah itu Kota Tanjung atau
Paringin. Entah itu hanya sekedar cuci mata, nongrong or ngopi, makan di luar,
yang penting keluar dari tempat ini untuk sementara waktu dah. Untungnya lokasi berdekatan dengan kota,
tinggal bermodalkan driver aja trus bisa melepas penat ke sono. Sekali lagi,
kadang ke kota terdekat itu sambil bawa kamera (kamera action KW super per),
lumayan dapat sesuatu yang bisa di abadikan. Hihihi.
Jadi, hal seperti itu yang saya lakukan selama 8
minggu. Bayangin, orang yang cepat bosan kek saya harus menghadapi 8 bulan itu.
But, Happines’ Around You. Hal-hal menyenangkan itu ada koq di dekat kamu,
tinggal kamu perhatikan dengan baik-baik saja. Hanya kamu yang bisa menciptakan
kebahagiaan itu. Saya? Dengan hal-hal kecil dan biasa itu. I try to enjoy my
life.
Pokoknya HP, Baterai Full, kuota banyak, HIDUP DAH
DI LOKASI..
Happy working.
Dahai, 25 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar