Judul apa lagi ini? Mungkin ada yang
repot-repot bertanya? Kalo gak ada yang bertanya seperti itu, plisssss, dari
hati yang paling dalam, ku mohon bertanyalah, jangan membiarkan harapan ku
bertepuk sebelah hati. Hehe. So, sebelum melangkah lebih jauh, mungkin
sebaiknya saya memperkenalkan tentang judul ini soalnya tidak kenal makan tidak
sayang, tidak sayang maka tidak suka, tidak suka maka tidak nembak, tidak
nembak maka tidak jadian, tidak jadian maka tidak cuek-cuekan, tidak
cuek-cuekan maka tidak marahan, dan tidak marahan maka tidak putus. So,
silahkan simpulkan sendiri. Egilee, pembukaan aja bertele-tele banget yah kek
gini. Bukan Curly namanya kalo tidak bertele-tele. Hihi.
So, belakangan saya agak-agak suka sama fotografi. Entahlah
yah itu latah atau gimana, yang jelasnya suka aja. Abis itu di posting di
instagram eike dengan nama akun @ekaismaliliany.
Dari situ saya mulai belajar tentang fotografi, dari cari tahu aplikasi
editing, cara edit gambar, cara melihat angle, dan belajar melihat situasi yang
menarik untuk di ambil gambarnya, bukan hatinya loh yah. Itu semua masih yang
bertaraf handphone biasa yang harganya
gak mahal dan kamera dengan pixel kecil (kamera belakang 5MP dan kamera depan
2MP). Nahh, dari situ saya malah niat beli handphone dengan kamera yang lebih
bagus bahkan pengen kamera professional, padahal duit aja belum ada, nabung aja
belum niat. Tapi untungnya kekhilafan saya di disadarkan oleh postingan artis
Dion Wiyoko, salah satu artis yang saya ikuti akunnya di IG karena foto-fotonya
kece banget, dan dia mengatakan bahwa, “gambar yang bagus itu bukan dari jenis kamera yang
digunakan tapi dari taste si
fotografer, jadi biarpun punya kamera bagus tapi gak punya taste yah sama aja”. Wowww... langsung dapat angin segar bo’ eike, yahh walaupun
jenis kamera (+ pencahayaan + model) juga sebenarnya berpengaruh sih (yang plus
plus itu hasil kesimpulan bareng Poyan mah), tapi saya kembali memotivasi diri
sendiri bahwa kalo gak mampu ya ngapain di paksakan? Ada saatnya koq nanti saya
punya kamera kece kalo emang butuh. warbiazaakkk (ngelap ingus dan air mata
kesedihan, hahaha). Jadilah saya motretnya pake kamera HP Xperia E4 Dual
kebangganku saat ini. Dan mulai hari ini saya mulai menggunakan hesteg #sceneryoftheday
dipostingan eike. Bukan apa-apa sih, pengen meninggalkan kesan aja kalo itu
adalah (one of) the best photo that I shoot today. Selain itu, saya juga pengen
mengingat momennya gitu, karena saya percaya bahwa gambar bisa bercerita, at least buat saya pribadi lah. Tsaahhh.
Selain #sceneryoftheday, ada juga hesteg #bicaranyajicurly.
Apakah itu? Apakah maksudnya Curly hanya omdo alias omong doang? Mmm, mungkin awalnya
emang kek gitu yah. Jadi caption yang saya tuliskan di gambar itu sebenarnya
memang Cuma omongan saya doang. Karena ada sesuatu yang saya pikirkan sehingga
muncul kata-kata itu menari-nari (harus yah pake istilah itu?) di otakku dan
harus dituliskan, biar eksis, ahahaha. Gak ding. Biar diingat aja. Maklum, kekuatan
ingatan Curly emang rada-rada gak bagus. Ehehehe. Kan sayang kalo dibiarkan
lewat begitu aja.
Nahh, sehubungan dengan itu, maka saya berniat untuk
rajin-rajin mengunjungi blog sayang ku ini makanya saya cari bahan yang bisa di
tulis-tulis gitu. Kan lumayan buat blog gak dianggurin. Nah, blog aja gak
dianggurin, apalagi kamu. Hehe.
Caption: "Hidup itu (mungkin)(sebaiknya) seperti S.E.N.J.A. Bagaimana kamu mengakhirinya dengan indah. |
Seperti gambar di atas yang adalah postingan pertama saya
tentang #sceneryoftheday hari ini. Itu sebenarnya gambar langit di sore hari
kalo kalian ada yang bertnya itu gambar apaan, dan sekalian menegaskan kalo
saya ambil gambarnya di lapangan basket (merangkap lapangan tenis). Biasanya
saya lagi lari sore kalo jam segitu ada di lapangan. Biasa, gaya hidup sehat
dong (trus malamnya jam 9 makan mi instan karna kelaparan, jiahhh). Tempat ini
menjadi salah satu tempat favorit saya untuk menikmati sunset. Yes, I like sunset. Saya suka melihat
warnanya, dan suka dengan kata ‘senja’. I don’t know why. Nah, sejak saya tau bahwa di tempat ini bisa
menikmati sunset, akhirnya motivasi saya ke lapangan sore hari kadang sudah
bukan untuk lari sore lagi, tapi pengen enjoying
sunset & catching sunset, pake kamera loh yah catchingnya. Jadi bisa dikatakan kalo lari sore hanya modus aja,
ada hal yang lebih menarik untuk di kejar. Hehehe.
Beberapa hari kemarin saya sebenarnya lagi malas kelapangan
untuk lari sore, sooo gak pernah niat lagi ke lapangan, apalagi udah jarang
lihat sunset kece karena sempat mendung dan hujan juga beberapa hari sampai
akhisrnya panggilan sunset itu datang. Kemarin sore, lebih tepatnya udah hampir
malam, ada pemandangan sunset luar biasa dalam perjalanan saya pulang ke mess,
dan berhasil menarik perhatian hati dan pikiranku. Jadilah eike lari-lari dulu
ke kamar simpan tas, ganti sepatu, trus lari ke bawah lapangan basket (lebih
tepatnya Cuma sampai di ujung tangga bawah
jalanan ke lap basket sih) untukmenikmati sekalian mengambil gambarnya.
SAYANGNYA sodara-sodara, semesta sedang tidak mendukung, ternyata sunsetnya udah
mulai hilang, gak dapat moment bagusnya, dan lampu lapangan terang banget cahayanya,
jadinya hanya dapatgambar apa adanya. Tapi dalam keadaan seperti itu, SUNSET
tetap megah. Huhuhu. Makanya, besok sorenya saya udah standby di lapangan dari
stengah 6 sore, biar gak telat lagi dapat momennya. Jadi, sambil nunggu sunset
saya lari-lari keliling lapangan dong, kan gak enak juga mau nungguin sunset
sambil ngupil di tengah lapangan. Bosan banget kali. Tapi sayang seribu sayang
(lagi), sunsetnya gak muncul sekece kemarin. Hiks, padahal udah di niatkan. Tapi
tetap indah koq, dan tetap memanjakan mata. eeaaaa
Sementara lari itu, saya akhirnya mikir. Kenapa yah saya
suka sama sunset, bukan suka kamu aja? **ehh. Maka muncullah
#bicaranyajicurly saat sedang lari itu, kebetulan sambil mikir juga. Saya
berpikir matahari aja sebelum dia hilang dia tetap memberikan keindahan, tetap megah,
harusnya Curly juga bisa dong. Keindahan melalui sikap hidup dan ketaatannya. Tsaahhh.
Maka muncullah caption itu. That’s it! Yah, berharapnya
sih semoga saya bisa menjadi seperti senja yang tetap memberikan berkat bagi
orang lain, karena matahari memberi berkat kepada saya, melalui rasa tentram
yang dihasilkannya setiap kali saya menikmatinya. Uhuhuhu, koq baper gini sih. Syudah
syudah. Lanjut saja.
![]() |
Karena angle itu penting |
Postingan kedua ini sebenarnya bukan tentang captionnya
sih, gagal mencantumkan caption awal. Hahaha. Saya sore ini lagi liar matanya
untuk cari objek foto yang kece (menurut saya) dan pada saat matahari lagi bagus-bagusnya,
dan dengan angle yang sesuai akhirnya terciptalah foto itu. Masih sambil lari,
saya mikirin caption yang sesuai and you
know what? Lagi sok-sok pengen pake bahasa inggris, jadi tadi sempat
kepikiran dengan caption begini, “if you want to get the
point, put the ball into the ring. It same with heart.” Eaaaa. Apa lagi ini? Tapi
gak jadi buat kek gitu, soalnya agak-agak eeuuhh banget dan takutnya bahasa Inggrisnya
abal-abal. Kan malu di eike kali sampe bahasa Inggris amburadul. Jadilah Cuma pengen
pamer foto dan editannya. Hihihi.
Umm, jadi ini postingan pertama tentang dibalik hesteg itu
dan mungkin akan berlanjut lagi solnya udah dari lama punya rencana pengen buat
cerita dibalik gambar yang saya posting di IG, Cuma karena (as always) malas makanya
belum kesampean. Ternyata sekarang baru kejadian. Semoga berlanjut yah. Supaya om
spider gak numpang di blog eike terus.
Mungkin ini postingan yang gaje (gak jelas, istilah pas
kuliah dulu masih terbawa, hehehe), but
for me, everything that happened in my life is not gaje. Saya yakin bahwa
saya adalah pribadi luar biasa yang diciptakan Tuhan dengan alasan yang tepat,
never gaje. Saya berharap kalian juga berpikir seperti itu, bahwa kita adalah rencana
terindah Tuhan. Maapkeun aja yah kalo nyampah. Hihi.
.
.
.
Dahai, 30 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar