Rabu, 16 Maret 2016

MAHAVIHARA BUDDHAMANGGALA BALIKPAPAN

Jangan berpikir kalo saya lagi jalan-jalan ke Thailand. Mohon dengan sangat jangan terlalu jauh pemikirannya . Bahkan kalo saya mau bohong pun kalo ini di Thailand gak bakalan bisa karena udah ada Ahli Analisis Informatika dari Kerajaan Sahabat (dengan hormat saya sebut inisialnya “PIA”) yang bakalan membongkar kebohongan sampai ke akar-akarnya.   Walaupun yahh salah satu harapan saya adalah jalan-jalan ke luar negeri (tolong di aminkan kalo perlu di like dan dan di share, maka berkat melimpah akan menghampiri anda. Hehe).  Masih dalam negeri koq, tapi bukan di Lombok juga, masih terlalu jauh untuk ke sana, budget liburan belum cukup. Tempat ini terdapat di sebuah kota kecil yang dijuluki sebagai ‘Kota Minyak’, Kota Balikpapan. Sebuah kota yang secara territorial tergolong kecil tapi ternyata menyimpan keindahan yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Tsaahh. (Masih dalam proses pembuatan artikel yang serius).

Beberapa hari lalu, saya dan teman menemukan sebuah postingan di Instagram tentang suatu tempat wisata di Balikpapan. Mahavihara Buddhamanggala nama tempat tersebut. Menurut informasi yang kami dapatkan dari hasil browsing, tempat tersebut adalah tempat ibadah Agama Buddha.
Kami mengumpulkan seluruh informasi  mengenai tempat tersebut. Akhirnya dengan kemampuan smartphone yang ada, kami berhasil mendapatkan info mengenai lokasi, syarat masuk lokasi, akses, dan waktu berkunjung ke lokasi tersebut.


Mahavihara Buddha Manggala merupakan sebuah vihara yang berlokasi di Jl. M.T. Haryono, RT. 033, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur Indonesia. Lokasi ini sebenarnya sangat berdekatan dengan lokasi tempat tinggal kami pada saat ini sehingga dari tempat tinggal ke lokasi vihara dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki, namun karena kami belum tahu lokasi pada saat itu maka kami mengendarai angkot dengan membayar 5rb rupiah/orang. Tidak ada jalur angkot ke vihara tersebut . Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan  naik motor, mobil pribadi, atau berjalan kaki. Berhubung tempatnya belum tahu, maka kami menyewa angkot khusus untuk mengantarkan ke lokasi  vihara. Padahal ternyata dekat banget kalo mau jalan kaki, hanya sekitar 100 meter dari jalan utama.
Papan Selamat Datang di Mahavihara Buddha Manggala

Sesampainya di lokasi Vihara, kami di sambut oleh penjaga Vihara yang menanyakan maksud dan tujuan kami ke Vihara tersebut. Dari si penjaga Vihara kami mendapatkan informasi mengenai peraturan-peraturan yang harus di taati selama berada dalam lokasi Vihara, salah satunya adalah berpakaian yang sopan. Salah satu rekan kami terpaksa harus kembali untuk mengganti pakaian karena menggunakan celana pendek. Selain itu, ada beberapa peraturan tertulis yang di berikan dan harus di pahami sebelum memasuki area Vihara, diantaranya :
1.    Dilarang masuk ruangan Dhammasala (Buddha tidur), kecuali ibadah.
2.    Dilarang memanjat/menaiki arca-arca/patung-patung
3.    Dilarang masuk area/halaman Kuti utama
4.    Dilarang memetik bunga/merusak tanaman
5.    Alas kaki mohon dilepas ketika berada di area Candi dan Stupa
6.    Jagalah ketertiban dan kenyamanan serta kesopanan di tempat ibadah. Terima kasih.
Si penjaga sangat menekankan pada peraturan nomor 1 dan nomor 5. Untuk peraturan nomor 1, si penjaga menekankan bahwa yang masuk hanyalah untuk orang yang akan beribadah, jika tidak melakukan peribadatan maka tidak boleh masuk (saya rasa peraturannya sangat jelas). Namun, apabila ingin melihat patung Buddha tidur atau ingin mengambil gambar, pengunjung hanya boleh sampai di pintu masuk saja, tidak boleh menginjakkan kaki di ruangan. Selain memasuki ruangan Buddha tidur, si penjaga juga menekankan pada peraturan nomor 5, melepaskan alas kaki pada area Candi dan Stupa. 
Peraturan tertulis bagi pengunjung Mahavihara Buddha Manggala

Selain mendapatkan informasi mengenai peraturan di Vihara, kami juga harus mengisi buku tamu di pos tersebut. Bapak penjaga juga menyampaikan informasi jadwal kunjungan di Vihara tersebut. Lokasi ini dibuka untuk pengunjung setiap hari Senin-Sabtu pukul 08.00-17.00, dan pada hari Minggu pukul 14.00-17.00. Kemungkinan jadwal kunjungan ini di luar hari raya keagamaannya. Oyah, untuk masuk ke lokasi ini tidak di pungut biaya sepeser pun, yang penting anda menjaga ketertiban dan kebesihan aja, dan jangan lupa menaati peraturan yang sudah diberlakukan. Setelah mengisi buku tamu, perjalanan pun di mulai.

Dari pos penerimaan tamu, stupa dengan warna emas sudah begitu menarik perhatian kami. Melewati jalanan menanjak menuju stupa, pikiran saya pada saat itu hanya satu. Di mana kami harus melepaskan alas kaki. Sesampainya di ujung tanjakan, bangunan stupa semakin jelas dengan patung yang berdiri di depannya, dan kami masih mancari papan informasi mana yang memberikan tanda untuk melepaskan alas kaki. Namun mata saya tertuju pada sebuah papan peraturan yang berada di sebuah taman. Peraturan tersebut lebih spesifik dibandingkan yang kami dapatkan di pos tadi.
Papan peraturan di Wilayah Mahavuhara Buddha Manggala

Jujur, peraturan ini tidak saya baca saat berada di lokasi karena otak saya hanya mencari tulisan “alas kaki di lepas”. Pada saat menulis postingan ini baru saya baca baik-baik peraturan ini dan ternyata peraturan ini lebih spesifik. Harusnya di baca dulu sebelum melangkahkan kaki ke tempat suci ini.
Peraturan ini berhadapan dengan stupa, sehingga setelah mencari tulisan “alas kaki di lepas” pada peraturan ini dan tidak ada, kami memutuskan untuk mendekati stupa.
Landscape Wilayah Mahavihara Buddha Manggala

Di depan stupa tersebut terdapat undakan dan kolam yang berisi bunga teratai. Area kolam sampai stupa tersebut adalah area suci sehingga di area itu alas kaki sudah harus di buka. Jangan khawatir, ada informasi untuk melepaskan alas kaki koq. Yahh, walaupun lantai nya itu panas banget, soalnya langsung kena matahari. Tapi untungnya saat kami datang ke sana, cuaca sedang tidak terlalu panas.
Tanda Larangan Menggunakan Alas kaki

Batas Alas Kaki


Satu hal yang menarik perhatian saya adalah, ukiran pada kolam dan lantainya yang menurut saya unik, hanya saja saya tidak tahu apa maksud dari ukiran tersebut. Tidak ada guide yang menjelaskan tentang tempat ini.

Setelah melepaskan alas kaki, kami memasuki area stupa dan naik sampai ke depan stupa tersebut. Ukiran-ukiran dan desainnya memanjakan mata banget. Suasananya sangat berbeda, seperti berada di sisi lain Indonesia. Selama ini saya yang bergaul di daerah dengan mayoritas Kristen dan Islam, memasuki tempat ini di suguhkan dengan kenyataan bahwa Indonesia kaya dengan ragam budaya dan kepercayaan. So I proud to be a part of this country. Selayaknya para traveler, yang kemudian akan saya sebut sebagai tukang jalan, tentunya kami mencari angle yang bagus untuk mendokumentasikan perjalanan kami kali ini. Banyak spot yang dapat dijadikan pilihan sebagai latar belakang foto. Namun perlu diingat bahwa tempat ini memiliki peraturan yang harus di patuhi, salah satunya adalah dilarang memanjat stupa. Jadi pastikan saja saat anda berkunjung ke sini untuk tidak memanjat atau berdiri di atas stupa.

Setelah puas mengambil gambar di depan stupa, kami melanjutkan perjalanan ke belakang stupa. Di bagian belakang terdapat 2 buah kolam yang di pisahkan oleh jalan menuju candi. Saya pikir kolam itu tidak ada isinya, namun setelah semakin mendekat ternyata di dalam kolam tersebut terdapat kura-kura. Belasan kura-kura berenang di dalam kolam tersebut. Saya gak tahu apa makna dari kura-kura yang diletakkan di belakang stupa tersebut karena sekali lagi, gak ada guide yang memberikan informasi mengenai hal itu di tempat ini. Namun dari yang saya search, kura-kura bagi umat Buddha adalah simbol umur panjang. Kura-kura di kolam ini juga sangat ramah, malam terkesan agresif. Saat saya mendekati kolam, mereka berbondong-bondong menuju ke arah saya, dan saat tangan di turunkan dekat kolam mereka mengangkat kepala seakan ingin menerkam. Singa kali menerkam.
Kolam Kura-Kura

Kura-Kura Mendekat

Aturan tertulis diterapkan di tempat ini untuk mengingatkan para pengunjung untuk tetap menjaga kenyamanan Vihara ini. salah satunya adalah larangan untuk mencoret dinding vihara.
Informasi Larangan mencoret di Belakang Stupa

Di belakang Stupa tersebut terdapat bangunan candi yang kemungkinan juga dijadikan sebagai tempat berdoa. Di area candi ini, pengunjung diharapkan untuk tidak menginjak rumput, ada jalan khusus yang diberikan apabila ingin memasuki area candi. Selain itu larangan untuk memanjat juga di tuliskan di area tersebut.
Larangan Menginjak Rumput dan Memanjat Candi
View Candi 

Di sebelah kiri candi terdapat jalan setapak menuju bangunan yang bernama “Area Kuti” namun pengunjung dilarang memasuki area tersebut. Terlihat dari papan larangan melintas ke area tersebut.

Larangan Memasuki Kuti Area (Tampak Samping)

Larangan Memasuki Kuti Area (Tampak Depan)



Setelah puas dengan pesona yang diberikan oleh stupa dan candi, kami melanjutkan ke sebuah gedung di sebelah kiri stupa. Saya kurang tahu gedung itu fungsinya untuk apa, soalnya pintunya tertutup. Setelah puas dengan bentuk-bentuk candi dan stupa yang memanjakan mata, kami pun segera menuju ke tempat tujuan kami dari awal yang di simpan-simpan biar penasarannya numpuk, yaitu patung Buddha tidur. Berhubung sesuai informasi dari penjaga tadi bahwa kami tidak boleh memasuki gedung tempat Patung Buddha Tidur, maka kami pun hanya dapat melihat dan mengambil gambar patung tersebut dari luar ruangan.
Patung Buddha Tidur

Finally, keliling-keliling di Vihara udah selesai, lumayan capek lah. Apalagi jalannya bareng si Adelia yang super aktif tapi ngegemesin. Keringat yang udah di produksi udah berliter-liter, beluum lagi si kacuping minta dinyanyiin lagu twinkle-twinkle sementara dia muter-muter di atas kursi kayu. Setidaknya kami sudah melanggar salah satu peraturan tertulis yang disampaikan sebelum masuk tadi, yaitu pada point terakhir. Keributan bisa menimbulkan ketidaknyamanan kan? Iyuhuuu.. Berkat kacuping kecil Adelia yang di sepanjang tempat selalu ribut dengan panggilan andalannya “woii” atau “hei kawan” atau “guys”, membuat suasana jadi gak pernah diam, kecuali saat dia bilang “sssttt”. Dan badan gempalnya yang lari ke sana ke mari hanya untuk lihat rusa atau kura-kura dan manjat sana sini membuat perjalanan kali ini membutuhkan keringat extra. :D Maklum, anak kecil. Hanya saja belum ada teguran selama di dalam, berarti frekuensi suara si kacuping ini masih berada dalam batas normal dong yah. Jadi saya sarankan, dalam melakukan perjalanan ke tempat wisata, gak usah bawa anak kecil terutama bagi yang tidak sanggup menjinakkannya :D. Apalagi jika belum tahu peraturan di tempat tersebut. Berhubung kami masih bisa menghadapi si kacuping kecil unyu-unyu ini, jadi perjalanan masih bisa dinikmati dan aman terkendali.

That was our best picture. Maksudnya foto versi lengkap yah. Di telinga kami itu ada bunga sementara tadi ada peraturan gak boleh memetik bunga kan? Tapi tenang aja, kami bukan pengunjung yang tidak taat aturan. Bunga itu udah gugur dan berhubung kami orang yang tidak tega melihat sesuatu tergeletak terkulai lemah di tanah, akhirnya kami ambil dan manfaatkan untuk jadi property. Hehehe. Setelahnya kami balikin lagi koq bunganya, di tempat sebelumnya ia tergeletak.

Kamipun mengakhiri perjalanan kami siang itu. Harapan saya untuk tempat ini adalah, semoga ada pemandu yang bisa menjelaskan mengenai tempat ini agak para pelancong juga dapat memahami tentang Mahavihara Buddha Manggala.

Happy Holiday.

Balikpapan, 1603116

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Haha.. Ahhsudahlah nd usah di baca.. Kerasukan ka kemarin pas buat ini.. Abal-abal 😱😱

      Hapus
  2. great information, thank you :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts