Ironis.
Miris banget melihat keadaan mulut-mulut sekarang yang sudah sangat gampang mengeluarkan kata-kata kutuk alih-alih mengucapkan kata-kata berkat.
"Anjing"
"Anjrit"
"Bego"
Dan lebih miris lagi saat mengetahui bahwa yang berbicara ini bukan supir angkot, bukan preman pasar, bukan orang-orang yang mungkin sudah di cap WAJAR jika mengatakan kata-kata tersebut.
Tapi seorang orang tua yang notabene akan menjadi panutan bagi anak-anaknya, seorang atasan yang akan dinilai oleh bawahannya, seorang yang memiliki jabatan penting yang akan menjadi contoh bagi rekan kerja atau bawahannya.
Entahlah.
Bukan hanya itu. Rasanya sekarang sopan santun sudah tidak di kenal lagi. Seakan sudah menjadi sesuatu hal yang asing.
Sering saya dengar saat atasan dari pusat datang ke lokasi mereka saling memanggil 'gue-elu'. Okelah, mungkin mereka sudah akrab yah, tapi mungkin bisa di kondisikan lah bahasanya. Dan paling gak saya suka dengernya adalah, dia yang bisa dikatakan seumuran dengan saya malah ngomong 'gue-elu' ke atasan di area yang bisa dikata seumuran dengan ayah saya. Menurut saya bener-bener gak sopan banget.
Apa yg saya pikirkan sekarang? Bagaimana nanti seandainya mereka mendengar anak-anak mereka berkata demikian kepada mereka? Mereka akan marah, tersinggung, gak terima, atau malah biasa-biasa aja?
Saya ingat dulu, bagaimana orang tua sangat tidak terima saat anak-anak memanggil orang tua bahkan kakak mereka dengan sebutan 'KAU' (Saya dari suku Toraja yang sangat menekankan hormat kepada orang yang lebih tua. Panggilan KAU untuk orang yang seumuran atau lebih muda, dan KAMU untuk orang yang lebih tua atau dirasa perlu dihormati atau yang memiliki jabatan lebih tinggi). Kami sebagai anak-anak pasti akan langsung di tegur dan di suruh mengulangi dengan panggilan yang seharusnya. Bukan hanya saat dulu saja kami diajarkan seperti itu, tapi sekarang juga di daerah saya masih menekankan pentingnya mengajarkan anak-anak mengenai sopan santun dalam berbicara.
Terserahlah yah kalo melalui tulisan ini saya dikatakan katro, gak gaul, atau gimana. Tapi saya masih tetap berpegang pada adat yang masih menjunjung tinggi sopan santun. Karena melalui mulut kita bisa menjadi berkat, dan melalui mulut juga kita bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Karena melalui tutur kata orang dapat menilai bagaimana hidup kita.
Anda memilih yang mana?
Lokasi kerja, mess kamar nomor 2, 050416.
0 komentar:
Posting Komentar