Saya lahir di daerah di mana adat istiadat masih sangat dijunjung tinggi, Tana Toraja. Tapi saya juga lahir di mana modernisasi sudah merangkak masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan saya juga lahir dalam keluarga di mana pemali masih sering di kumandangkan.
Dan saya juga lahir dalam keluarga di mana pemali masih sering di kumandangkan.
Pemali.
Sebuah paham dimana ada sesuatu yang tidak boleh dilakukan karena apabila hal tersebut dilanggar maka dipercaya akan membawa petaka kepada yang bersangkutan, dan ini sudah menjadi pesan turun temurun dari nenek moyang.
Sebagai anak yang sudah terpapar modernisasi, kadang saya tidak percaya dengan pemali itu, apalagi sekarang kita sudah memeluk kepercayaan, yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, ketidakpercayaan itu terbentur dengan orang tua yang sampai saat ini masih kadang mempercayainya.
Sebuah paham dimana ada sesuatu yang tidak boleh dilakukan karena apabila hal tersebut dilanggar maka dipercaya akan membawa petaka kepada yang bersangkutan, dan ini sudah menjadi pesan turun temurun dari nenek moyang.
Sebagai anak yang sudah terpapar modernisasi, kadang saya tidak percaya dengan pemali itu, apalagi sekarang kita sudah memeluk kepercayaan, yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, ketidakpercayaan itu terbentur dengan orang tua yang sampai saat ini masih kadang mempercayainya.
Beberapa pemali yang pernah saya dengar dari orang Tua.
Kalo baru bangun tidur, jangan duduk di tangga, ntar bisa ditendang bombo (setan). Itu kata2 nenek dulu, tapi sekarang saya paham kenapa gak boleh. Jadi penjelasannya, saat anda baru bangun tidur (terutama org dulu yang bangunnya subuh) tingkat kesadaran kita masih belum sempurna, jangan sampai anda duduk di tangga dalam keadaan masih mengantuk, dan karena kesadaran masih berkurang anda akhirnya rebah. Jatuh ke hati aku, ehh, maksudnya jatuh terguling2 di tangga.
Gak boleh duduk di depan pintu, nanti berkat gak masuk ke rumah. Ini mah karena alasan kita nutupin jalan aja yah. Pada saat kita duduk di pintu, akses untuk lewat akan lebih kecil sehingga susah untuk melewati pintu dan kita akan menghalangi orang yang akan lewat. Jadi alasannya supaya kita tidak menghalangi akses di pintu, utamanya pintu hati adek tidak akan tertutup buat abang.
Ayah saya juga pernah berkata, jangan meletakkan gayung di air dalam bak kamar mandi, nanti rezeki kita terombang-ambing kek gayung di air tersebut. Rezekinya gak tetap. Tapi jangan sampai jodoh juga terombang-ambing ding . Tapi saya selalu mencari alasan yang bisa di terima logika, tapi kalo soal cinta lain lagi yah, kadang-kadang tak ada logika. Jadi alasan yang bisa saya terima adalah gayung kalo keseringan terendam akan kotor dan di tumbuhi lumut, jadi bersihkannya susah. Gayung aja bisa di tumbuhi lumut kalo lama gak dibersihkan, apalagi hati. *ehh Jadi gitu.
Namun ada satu pemali yang masih belum dapat saya pahami dan masih sering di terapkan di keluarga saya. Kedua orang tua saya sangat melarang apabila kami akan meninggalkan rumah bersamaan dengan arah yang berbeda, misalnya satu ke utara dan salah satunya ke selatan. Saya mengalaminya secara langsung. Saat itu saya sekeluarga di Makassar dalam acara wisuda adik. Setelah kegiatan berlangsung, kami berencana kembali ke daerah masing-masing, orang tua kembali ke Toraja dan saya kembali ke Kalimantan. Penerbangan saya ke Balikpapan pada saat itu pukul 13.00, dan pada hari yang sama orang tua dan keluarga yg lain juga akan kembali ke Toraja. Berhubung tiket pesawat saya sudah tidak bisa diundur dan keluarga juga sudah harus balik Toraja pada saat itu maka di aturlah jadwal keberangkatan. Tssaaahhhh..
Akhirnya diputuskan bahwa orang tua saya harus berangkat subuh dari Makassar agar diperhitungkan bahwa mereka tiba di rumah dulu baru saya berangkat dari Makassar. Dengan estimasi waktu 8 jam perjalanan dari Makassar - Toraja maka mereka berangkat pukul 05.00 pagi agar tiba di Toraja sebelum pukul 13.00 (waktu penerbangan saya).
Akhirnya diputuskan bahwa orang tua saya harus berangkat subuh dari Makassar agar diperhitungkan bahwa mereka tiba di rumah dulu baru saya berangkat dari Makassar. Dengan estimasi waktu 8 jam perjalanan dari Makassar - Toraja maka mereka berangkat pukul 05.00 pagi agar tiba di Toraja sebelum pukul 13.00 (waktu penerbangan saya).
Di lain waktu, saat itu saya sedang libur dan pulang ke Toraja. Karena ada kegiatan yang ingin saya ikuti di Makassar sehingga saya berencana mempercepat kepulangan sy ke Makassar. Setelah saya menjadwalkan waktu kepulangan ke Makassar, ternyata sehari sebelumnya ayah saya akan berangkat ke Toli-Toli, dan perjalanan darat ke Toli-Toli di tempuh selama kurang lebih 2 hari. Dengan kata lain, ayah saya belum tiba di tempat tujuan sementara saya sudah akan berangkat lagi. Dan itu tidak boleh dilakukan. Sooo, saya harus menunggu beliau tiba di Toli-Toli dulu baru bisa berangkat ke Makassar.
Kadang saya merasa pemali ini terlalu merepotkan. Saya pernah sharing dengan indo' saya tentang hal ini. Saya bahkan menyampaikan bahwa, kita sekarang udah percaya pada Tuhan, hidup mati kita di tanganNya, kenapa masih percaya dengan pemali seperti itu. Beliau memberikan jawaban bahwa ada memang 'pepasan tomatua' istilahnya (pesan dari nenek moyang) yang sebisa mungkin tidak kita langgar karena biar bagaimana pun mereka pernah mengalaminya sehingga menyampaikan pesan tersebut kepada anak-anaknya. Entahlah. Dan sekarang saya juga melakukan itu, tapi alasannya lebih kepada saya gak mau orang tua kepikiran karena melanggar pemali. Itu aja, gak lebih.
Kadang saya merasa pemali ini terlalu merepotkan. Saya pernah sharing dengan indo' saya tentang hal ini. Saya bahkan menyampaikan bahwa, kita sekarang udah percaya pada Tuhan, hidup mati kita di tanganNya, kenapa masih percaya dengan pemali seperti itu. Beliau memberikan jawaban bahwa ada memang 'pepasan tomatua' istilahnya (pesan dari nenek moyang) yang sebisa mungkin tidak kita langgar karena biar bagaimana pun mereka pernah mengalaminya sehingga menyampaikan pesan tersebut kepada anak-anaknya. Entahlah. Dan sekarang saya juga melakukan itu, tapi alasannya lebih kepada saya gak mau orang tua kepikiran karena melanggar pemali. Itu aja, gak lebih.
Tapi satu hal yang saya pegang teguh, pemali to ke pabali-bali ki lako tomatuan ta.
Meoli ko toraya.
Balikpapan, 220316
0 komentar:
Posting Komentar