![]() |
Mandailing Coffee by Handpresso |
Haluuuu...
Long time no see yah fans.
Hihihi.
Akhirnya dari beberapa
postingan #dibalikhesteg yang dicuekin, saya sadar bahwa nyuekin itu gak baik,
kasihan yang merasa tercuekin (bukan pengalaman pribadi loh yahh, haha). Saya
kembali tertarik untuk mengunjungi bloggy (sekarang namanya bloggy, kemarin
apa, besok berubah lagi, namanya juga kehidupan, tidak ada yang statis
*tsaahhh), and tadaaaaa, sekarang
tentang kopi.
Lihat gambar yang di atas?
Itu beneran hasil jepretan ku, kemarin siang, di pantry ruang medic (kalo itu
pantas dibilang pantry yah), sambil nunggu kopi yang ditawarkan sementara di
buat. Ciyuuussss. Dan dengan diedit sedemikian rupa sehingga jadilah postingan
itu. Deep in my heart, saya pengen
bilang bahwa, saya suka dengan karya satu ini.(saya narsis boleh kan?? Kamu
naksir boleh koq. Haha).
So,belakangan saya memang
sudah berteman dengan kopi. Saya suka kopi. Dulu, saya termasuk salah satu
parasit yang menghabiskan kopi di cangkir bapak saya.Saya mulai intens menyukai
makhluk hitam nan wangi saat di seduh ini saat jalan-jalan bareng teman-teman
ke acara Toraja International Festival 2015 lalu di Ke’te’ Kesu. Saya diajakin minum
kopi Sapan tanpa gula yang rasanya gileeeeee banget pahitnya, tapi cuma bentar
sih rasa pahitnya, gak lama berubah menjadi rasa biasa aja. Karena itu kalo ke lokasi,
saya udah bawa kopi dari kampung alias Kopi Toraja yang terkenal dengan enaknya
(masa?). Jadi kalo pengen buat kopi saya ke kantin sambil menenteng wadah kopi
saya yang merupakan bekas botol selai yang kubersihkan sepenuh hati supaya
kopiku bisa memiliki rumah yang layak. Bukannya di kantin sini gak ada kopi
yah. Ada koq. Hanya kopinya adalah kopi kemasan yang merk Kampak Api yang
rasanya gak banget. kalo di biki kopi tubruk (dan memang hanya itu satu-satunya
pilihan metode pembuatan kopi di sini), ampasnya terlalu banyak bahkan kadang
mengapung-apung di permukaan kopi kek tai cicak yang bagian putihnya tenggelam,
dan rasanya gak enak, walaupun aromanya masih ada sih. Entahlah, mungkin karna
terbiasa minum kopi Toraja jadinya kek gitu kali yah.
Saya menjadi penikmat kopi
selama di lokasi. Minum teh atau susu palingan sekali-kali doang. Ada
kenikmatan tersendiri saat mencium aroma kopi sesaat setelah diseduh dengan air
yang hotnya maksimal. Waaaaannngggiiiii banget, damai banget, segar banget (ini
lagi minum kopi atau lagi jalan-jalan ke air terjun yah?). Dari wanginya itu
membawa ketenangan kedalam diri (soalnya sebelum minum kopi rasanya ngantuk
banget jadinya gak tenang, hahaha). Entah kenapa, saya rasanya tenang banget
setelah mencium aroma kopi yang baru diseduh. Kadang saya mikir, jangan-jangan
ada kandungan semacam zat adiktif di dalam kopi ini sampe saya kek orang ngefly
abis cium aromanya. Jadi kalo abis seduh kopi gitu, diaduk bentar, trus hidung
didekatkan ke bibir gelas (gelas bisa ngomong yah?) endeenn tarik napas
dalam-dalam secara perlahan sambil memejamkan mata, buang nafas sambil tidak
lupa pita suara ikut ambil bagian dalam kenyamanan itu “hhhmmmmmmm”dan rasakan
sensasi aroma kopinya. Ciri-ciri orang fly kek gitu kan yah? Mirip-mirip anak
jalanan yang suka ngelem, bedanya ini namanya ‘ngopi’. Ehhh, ngopi??? Wahh,
sudah kuduga. Hehehe.
Bagi saya, kopi adalah teman
nongkrong. Berawal dari kopi maka silaturahmi bisa terjadi. Toraja adalah salah
satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Mungkin karena jumlahnya yang
tumpeh-tumpeh makanya setiap kegiatan yang dilakukan di daerah kami ini,
rasanya tidak afdol kalo gak ditemani secangkir kopi. Bahkan, kemungkinan di
setiap rumah memiliki simpanan kopi yang kelak akan disajikan jika ada tamu
yang bertandang ke rumah. Seperti di kediaman kami. Mamak adalah salah satu
orang yang paling ribut kalo ada yang datang ke rumah dan tidak langsung
disuguhi kopi. Baginya, tamu adalah pembawa berkat jadi harus diservis
baik-baik kalo datang ke rumah (servis dalam hal ini adalah disuguhkan kopi).
Jadi, kalo ada yang duduk di teras rumah, entah itu niatnya Cuma mau nongkrong
bentar, pasti langsung disuguhkan kopi, dan gelasnya gak tanggung-tanggung men.
Tau gelas gede yang di pake di iklan Kratingdaeng? Nah, kurang lebih kek gitu
gelasnya. Tinggi menjulang ke langit dengan kopi Toraja terisi manjah di
dalamnya sangat siap untuk dinikmati (entah itu yang minum siap atau tidak siap
loh yah). Jadi bisa dikatakan, orang yang tidak niat duduk di teras rumah‘terpaksa’harus
tinggal berlama-lama di rumah untuk menghabiskan kopi yang disajikan, tentunya
sambil ngobrol dengan bapak. Maka di situlah silaturahmi terjalin. Seperti sebuah
quote,“jangan menghakimi secangkir kopi, karena dalam secangkir kopi ada hangat
untuk dibagi”. Mungkin itu juga yang membuat saya suka nongkrong sambil minum
kopi, kadang ngopinya di sebuah Café tidak jauh dari lokasi kerja saya.Salah
satu tempat pilihan nongkrong di sekitar Tanjung, Tabalong yang menu kopinya
lumayan enak dengan pilihan metode seduh yang ada. Selain itu,tempatnya juga bersih
dan cozy. Kalo lagi bosan di mess,
yaudin, ajakin teman kerja ke sana, ngobrol, MEMANFAATKAN WIFI, dan minum kopi.
Sepertinya kopi memiliki ikatan mempersatukan yah, cocok banget dengan salah
satu sila Pancasila, persatuan Indonesia. Jadi kalo lagi ada yang berantem
apalagi saling tonjok-tonjokan, ajak mereka minum kopi, kalo masih gak mau
dengar, tuang segelas kopi panas ke dalam gelas, nikmati aromanya sebentar,
lalu siram mereka yang lagi berantem itu, jangan lupa menambahkan kalimat,“JANGAN
BERANTEM DISINI, WOYY!!” Hahaha. Atau mempersatukan akuh dan kamuh?? Mulai deh baper...baper....
![]() |
Try to Use French Press |
Di
lokasi yang kadang bikin puyeng, eneg, bête, dan banyak pikiran, kopi bisa
menjadi penyelamat. Entah kenapa, setiap kali saya sudah minum kopi, pikiran
jadi terbuka, rasanya kek semua ide langsung muncul, apalagi kalo udah mumet
banget. Jadi kadang saya memanfaatkan ini untuk menyalurkan hobi menulis saya
saat sedang semangat-semangatnya pengen mengeluarkan isi otak. Perfecto banget dah. Seperti abis menerima suntikan vitamin penyemangat
(atau suntikan narkoba yah?). Kalo pikiran udah mumet banget, pasti saya
ngajakin temen buat nongrong di Dice Café untuk memesan kopinya. Kadang Cuma
pengen cari suasana berbeda aja, tapi kadang juga pengen minum kopinya dengan
berbagai macam pilihan cara menyeduhnya. Menu kopi terakhir yang saya nikmati
adalah French Press (silahkan di
googling, saya malas menjelaskannya). Atau kalau pengen banget nulis, jadilah
secangkir kopi di jadikan tumbal demi untuk munculnya ide menulis yang lebih
brillian. Beberapa tulisan saya di blog ini juga disponsori oleh kopi, sebagian
besar kopi Toraja.
![]() |
Frech Press Coffee ala Dice Cafe |
Saya suka memotret. Suka
aja, walaupun hasilnya jauh banget dari karya fotografer handal, tapi saya
menyukainya. Nah, salah satu objek yang kadang menjadi modelku adalah secangkir
kopi yang ku minum. Kopi memiliki daya tarik tersendiri untuk di potret. Menjadi
tukang jepret abal-abal menjadikan saya kadang menjadi seperti orang gila yang
jepret sana sini dengan kamera Xperia E4 dan kamera action andalang. Jadilah
cangkir kopi itu harus menerima nasibnya kelak menjadi artis untuk diletakkan
di mana saja sesuai keinginan si tukang foto demi untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, andeennnn upload. Hehe. Tidak lupa mencari quote menarik sebagai
teman si gambar, atau hanya sekedar caption ‘koran’ gak jelas yang lebih sering
di komen teman ku padahal mereka ujung-ujungnya baca juga. hmmm.
![]() |
Toraja Coffee in Frame by Curly |
Percaya atau enggak, kopi
bisa menjadi peningkat rasa percaya diri. Why? Karna saya menjadi salah satu bukti
dari pernyataan itu. Jadi saya pernah ke kantin untuk buat kopi. Kopinya gak
tanggung-tanggung pake gelas yang tinggi. Ehhh. Ternyata klient udah pada
datangan, dan bapak-bapak klient tersebut komen ke saya, “wow, kamu minum kopi
mba?” You know-lah arti pertanyaan
itu, apa harus saya gambarkan mengenai suara takjubnya dan mata melototnya? Gak
usah kan yah? Dari situ rasa kepercayaan diri meningkat, dada dibusungkan,
kepala di angkat, jalan tegak, SOMBONG! Ehh Hahahaha. Namun sampai skarang,,
saya masih bingung, ada apa dengan cewek yang suka minum kopi (apakah terlihat
kece) gak usah minum kopi juga saya tetep kece? Atau karena minum kopi membuat
saya menjadi lebih manis? Udahhh, gak usah memuji begitu. Hehehe.
Kopi juga adalah salah satu
minuman yang melek-able, alias bikin
gak bisa tidur karena kandungan kafein di dalamnya. Iyah, saya salah satu manusia yang bisa melek
kalo minum kopi, dalam hal ini BUKAN kopi kemasan yang udah memiliki darah
campuran yah. Salah satu yang paling sering saya minum di sini adalah Kopi
Toraja yang saya bawa langsung dari Toraja, kampungku yang indah permai banyak
tedong dan babinya. Sebagai salah satu penikmati kopi, saya merupakan salah
satu penganut paham ‘kopi bikin gak tidur’, apalagi kalo minumnya udah malam. Makanya
kenapa saya katakan bahwa untuk mencari atau memperkuat inspirasi di otak yang
butuh dikeluarkan, saya kadang butuh minum kopi di malam hari, karena kadang
inspirasi saya itu lagi berkualitas banget pada malam hari apalagi ditambah
suntikan cafein (seperti, kalong peminum kopi). Hehe. Kalo lagi pengen nulis,
saya kadang ngajakin temen dulu nongkrong di tempat ngopi dan tegukan kopi
terakhir jam 10 udah bisa bikin melek sampai sekitar jam 2 pagi. Tapi tergantung
kopinya juga sih, karena ada kopi yang ternyata kandungan kafeinnya udah sampai
pada stadium 4 alias parah banget (menurut eike yah).Seperti yang baru-baru ini
saya alami, yaitu dijajah kafein.
Beberapa hari lalu, tepatnya
malam minggu kemarin, saya lagi menjadi pencari dollar paling semangat di
kantor, makanya pulangnya jam 9 malam. Saat semua orang udah pada menikmati
malmingnya (sebagian besar penghuni mess sih main PS yah), saya malah baru pulang
kantor, dengan badan pegal dan pikiran melayang ke rencana paginya yang gagal
total yaitu pengen ngopi dan nongkrong. Tapi, ternyata ‘DIA buka jalan saat
tiada jalan’. Baru mau masuk pintu mess, eehhh, ada panggilan dari fans mess
sebelah (fans: penjahat & tukang bully sejati), ternyata nawarin kopi, dan kopi
jenis tersebut belum pernah saya cobain sebelumnya, kebetulan ada yang baru
tiba dari tempat asal kopi tersebut, makanya saya penasaran. Kopi Mandailing
namanya. Karena keinginan nongkrong tidak terpenuhi, jadilah saya menghabiskan
waktu sambil ngopi di sana. Kopi ini ternyata nikmat juga. Mari saya gambarkan
nikmatnya. Dengan perbandingan gula dan kopi 1 : 2 saya masukkan kedua bahan
tersebut ke dalam gelas kecil warna putih yang alasnya udah mulai retak (warna
gelas sebenarnya gak ngaruh sih) lalu saya seduh dengan air panas dari
dispenser, aroma wanginya mulai keluar menyeruak memenuhi kamar, ehhhh ternyata
airnya kebanyakan, hampir aja tumpeh-tumpeh, aduk secara perlahan (ini lebih
kepada biar airnya gak tumpeh ke mane-mane yah), andeennnn, dekatkan bibir
gelas ke hidung, tarik napas, “hhmmmmm”, sama aja wanginya dengan Kopi Toraja. Yahhhh,
ekspektasi saya terlalu tinggi rupanya. Tapi, kopi tetaplah kopi. Saya suka. So I spend that night with sitting and
talking there, sambil menikmati seteguk demi seteguk kopi Mandailing di
malam minggu yang dingin. Lama-kelamaan
baru saya merasakan perbedaan kopi ini dengan kopi yang biasa saya minum. Rasanya
beda, kek ada manis-manisnya gitu, yaheeyalahhhh orang ditambahin gula, gimana
gak manis coba, hahaha, focus yah. Kopi ini memang berbeda dari kopi Toraja,
tingkat keasamannya lebih rendah dari kopi Toraja, dan saya merasa kopi ini
enak (entah enaknya dari mana saya juga gak tau, mungkin karena GRATIS). Karena
enaknya yang keterlaluan, saya akhirnya nambah segelas lagi, mumpung gratis ,
ehh gak ding, soalnya emang enak. Jadilah saya mempersiapkan diri untuk tidak
tidur malam itu dengan 2 gelas kopi Mandailing (pst, segelas itu saya pake 1
sdm kopi yah). Malamnya saya emang bener gak bisa tidur cepat, jadi saya
manfaatkan untuk melahap buku “Petir” di kamar. Tapi, sekali lagi, kenyataan
tidak sesuai ekspektasi. Ketika ekspektasi mengatakan bahwa saya tidak akan
tidur cepat, ternyata kenyataan menghapuskan kata ‘cepat’ itu. Iyahh, SAYA GAK
BISA TIDUR (ditambah lagi dengan klimat) SAMPE BESOK PAGI BAHKAN SAMPAI SIANG. Gileeeee.
Kali ini ekspektasi saya terlalu rendah rupanya.
Biasanya 4 jam setelah minum
kopi saya sudah bisa tepar, jadi saya perhitungkan sekitar jam 2 udah bisa
mimpi indah, ehhhh ternyata sampe jam 3 tidak ada tanda-tanda otak kehilangan
kesadarannya. Akhirnya saya mencoba berhitung, sampai pada hitungan ke 270
(kalo gak salah) saya berhenti, pikirnya udah mau tidur, ternyata mata doang
yang ketutup, kesadaran masih 100%, hitungannya berhenti mungkin karena udah capek
ngomong. Hufftthh. Maka jadilah si kopi hitam 2 gelas jadi kambing hitam. Bener
aja, keesokan harinya saya nanya teman kerja dan dia ngomong kalo kopi
Mandailing memang keras (entah bijinya yang keras atau hatinya, ehh). Jadilah saya
pasrah pada takdir dan nasib, menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan
kedua kelopak mata dan membawa kealam bawah sadar. Takdir akhirnya memberikan
kesempatan itu pada pukul 1 siang, sepulang gereja, sehabis makan siang. Finally bisa tidur. Saya masih berharap
bisa tidur sampai malam, tapi takdir tidak senekat itu memberikan saya waktu
tidur lama. Saya hanya tidur selama 3,5 jam dan efek malam harinya sama kek
kalo abis siang tidur lama, gak bisa tidur cepat. Sempurna sudah penjajahan
kafein Kopi Mandailing ini. Besoknya saya bangun dengan kepala sakit banget ke
abis di pukul palu Thor, terpaksa harus pake cara keras juga, yaitu minum obat
tidur. Inisiatif pengen obat tidur membawa saya ke klinik perusahaan
(bermodalkan kata GRATIS di otak, hahaha), tapi ternyata takdir masih belum menyerah.
Beberapa langkah memasuki pintu klinik, ada suara gak sopan yang langsung
teriak, “Curly, kamu suka espresso kah? Mau kah? Tak buatin yah kalo kamu mau?”
Ummm..ummm.. kegalauan melanda. Antara pengen tidur atau tidak enak nolak
GRATISAN eh maksudnya gak enak udah di tawarin kopi dan (kebetulan) radar ‘pengen
minum kopi’ langsung naik (tidiittt...ttiiddiittt..). Ternyata takdir menang
lagi, jadilah saya pulang membawa segelas Espresso Mandailing Coffee made by
Mas Galih dengan menggunakan handpresso yang membuat eike terkagum-kagum
melihat benda kecil, lonjong, nan ajaib itu. Disitulah cikal bakal adanya postingan
foto hitam putih di atas. Selain secangkir kopi (ini beneran bawa kopi sama cangkirnya
ke kantor, total dong kalo mau gratisan, hahaha), saya juga berhasil membawa 2
tablet obat alergi (yang katanya bisa bikin tepar). Praise the Lord. Jadilah saya berjanji untuk menghabiskan kopi ini
sebelum malam, supaya malamnya bisa tidur ditambah sebutir obat penolong merem.
Malamnya, takdir belum
memberikan kesempatan untuk tidur cepat. Sebenarnya postingan ini sudah harus
selesai tadi malam. Jadi sambil nunggu jam 9 untuk bisa minum obat tidur, saya
akhirnya ngetik postingan ini, tapiii, sampai jam 10 belum kelar karena otak
lagi gak ada ide, saking gak ada idenya akhirnya saya berhenti tepat pukul 10
dan langsung minum obatnya. Guess what
tidurnya jam berapa? Tadaaaa, jam 1 dong. Yaelahhh, sama aja gak minum obat
tidur. Sambil nunggu mata terpejam, saya sempat bertanya tentang kopi espresso
kepada temen yang lumayan paham dunia per-kopi-an. Yang paling saya ingat dan
sekalian membuat saya pasrah kembali kepada takdir malam ini adalah dia
mengatakan bahwa, espresso itu adalah proses pembuatan kopi dengan suhu dan
tekanan tertentu, jadi ekstrak kopi yang dikeluarkan, makanya kafeinnya lebih
tinggi dibandingkan dengan kopi tubruk, dan kadang rasanya lebih pahit. Oke fine, saya paham sekarang bahwa yang bisa
mengalahkan sebutir obat tidur yang sudah saya teguk ini adalah embel-embel ‘espresso’
pada kopi yang saya minum tadi. huhuhuhu. Keesokannya efek ngantuknya baru
berasa, dan berhasil tidur siang dan bablas sampai jam 4. Bener-bener magabut
deh rasanya. Hufftthh. Sampai saya menuliskan blog ini, saya masih merasa segar
dan baik-baik saja, dan berharap penjajahan Kafein Kopi Mandailing sudah
berakhir.
Wahhhh, ternyata postingan IG
kemarin yang memenuhi postingan tentang kopi ini. Hihihi. Penjajahan kafein
kopi mandailing ini tidak membuat saya menjauhi kopi. saya bahkan berniat
merasakan kopi yang ada, dengan proses pembuatan yang ada. Berkat postingan ini
juga saya jadi tahu sedikit tentang handpresso,
aeropress, cafflano, shipon, kopi
gayo dan sayur dua’ kayu, ehhh. Mungkin di postingan lainnya akan saya
ceritakan mengenai istilah kopi tersebut. Hehehe ..
Demikian Coffee Story hari ini.
Enjoy your coffee, enjoy your life.
.
.
.
.
Dahai, 270916