Jangan
berpikir kalo saya lagi jalan-jalan ke Thailand. Mohon dengan sangat jangan
terlalu jauh pemikirannya . Bahkan kalo saya mau bohong pun kalo ini di
Thailand gak bakalan bisa karena udah ada Ahli Analisis Informatika dari
Kerajaan Sahabat (dengan hormat saya sebut inisialnya “PIA”) yang bakalan
membongkar kebohongan sampai ke akar-akarnya. Walaupun yahh salah satu harapan saya adalah
jalan-jalan ke luar negeri (tolong di aminkan kalo perlu di like dan dan di
share, maka berkat melimpah akan menghampiri anda. Hehe). Masih dalam negeri koq, tapi bukan di Lombok
juga, masih terlalu jauh untuk ke sana, budget liburan belum cukup. Tempat ini terdapat
di sebuah kota kecil yang dijuluki sebagai ‘Kota Minyak’, Kota Balikpapan. Sebuah
kota yang secara territorial tergolong kecil tapi ternyata menyimpan keindahan
yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Tsaahh. (Masih dalam proses pembuatan
artikel yang serius).
Beberapa
hari lalu, saya dan teman menemukan sebuah postingan di Instagram tentang suatu
tempat wisata di Balikpapan. Mahavihara Buddhamanggala nama tempat tersebut.
Menurut informasi yang kami dapatkan dari hasil browsing, tempat tersebut
adalah tempat ibadah Agama Buddha.
Kami
mengumpulkan seluruh informasi mengenai
tempat tersebut. Akhirnya dengan kemampuan smartphone yang ada, kami berhasil
mendapatkan info mengenai lokasi, syarat masuk lokasi, akses, dan waktu
berkunjung ke lokasi tersebut.
Mahavihara
Buddha Manggala merupakan sebuah vihara yang berlokasi di Jl. M.T. Haryono, RT.
033, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur Indonesia. Lokasi ini sebenarnya sangat
berdekatan dengan lokasi tempat tinggal kami pada saat ini sehingga dari tempat
tinggal ke lokasi vihara dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki, namun
karena kami belum tahu lokasi pada saat itu maka kami mengendarai angkot dengan
membayar 5rb rupiah/orang. Tidak ada jalur angkot ke vihara tersebut . Untuk
mencapai lokasi dapat ditempuh dengan
naik motor, mobil pribadi, atau berjalan kaki. Berhubung tempatnya belum
tahu, maka kami menyewa angkot khusus untuk mengantarkan ke lokasi vihara. Padahal ternyata dekat banget kalo
mau jalan kaki, hanya sekitar 100 meter dari jalan utama.
Papan Selamat Datang di Mahavihara Buddha Manggala
Sesampainya
di lokasi Vihara, kami di sambut oleh penjaga Vihara yang menanyakan maksud dan
tujuan kami ke Vihara tersebut. Dari si penjaga Vihara kami mendapatkan
informasi mengenai peraturan-peraturan yang harus di taati selama berada dalam
lokasi Vihara, salah satunya adalah berpakaian yang sopan. Salah satu rekan
kami terpaksa harus kembali untuk mengganti pakaian karena menggunakan celana
pendek. Selain itu, ada beberapa peraturan tertulis yang di berikan dan harus
di pahami sebelum memasuki area Vihara, diantaranya :
1. Dilarang masuk ruangan Dhammasala
(Buddha tidur), kecuali ibadah.
2. Dilarang memanjat/menaiki
arca-arca/patung-patung
3. Dilarang masuk area/halaman Kuti utama
4. Dilarang memetik bunga/merusak tanaman
5. Alas kaki mohon dilepas ketika berada
di area Candi dan Stupa
6. Jagalah ketertiban dan kenyamanan
serta kesopanan di tempat ibadah. Terima kasih.
Si
penjaga sangat menekankan pada peraturan nomor 1 dan nomor 5. Untuk peraturan
nomor 1, si penjaga menekankan bahwa yang masuk hanyalah untuk orang yang akan
beribadah, jika tidak melakukan peribadatan maka tidak boleh masuk (saya rasa
peraturannya sangat jelas). Namun, apabila ingin melihat patung Buddha tidur
atau ingin mengambil gambar, pengunjung hanya boleh sampai di pintu masuk saja,
tidak boleh menginjakkan kaki di ruangan. Selain memasuki ruangan Buddha tidur,
si penjaga juga menekankan pada peraturan nomor 5, melepaskan alas kaki pada
area Candi dan Stupa.
Peraturan
tertulis bagi pengunjung Mahavihara Buddha Manggala
Selain
mendapatkan informasi mengenai peraturan di Vihara, kami juga harus mengisi
buku tamu di pos tersebut. Bapak penjaga juga menyampaikan informasi jadwal
kunjungan di Vihara tersebut. Lokasi ini dibuka untuk pengunjung setiap hari
Senin-Sabtu pukul 08.00-17.00, dan pada hari Minggu pukul 14.00-17.00.
Kemungkinan jadwal kunjungan ini di luar hari raya keagamaannya. Oyah, untuk
masuk ke lokasi ini tidak di pungut biaya sepeser pun, yang penting anda
menjaga ketertiban dan kebesihan aja, dan jangan lupa menaati peraturan yang
sudah diberlakukan. Setelah mengisi buku tamu, perjalanan pun di mulai.
Dari
pos penerimaan tamu, stupa dengan warna emas sudah begitu menarik perhatian
kami. Melewati jalanan menanjak menuju stupa, pikiran saya pada saat itu hanya
satu. Di mana kami harus melepaskan alas kaki. Sesampainya di ujung tanjakan,
bangunan stupa semakin jelas dengan patung yang berdiri di depannya, dan kami
masih mancari papan informasi mana yang memberikan tanda untuk melepaskan alas
kaki. Namun mata saya tertuju pada sebuah papan peraturan yang berada di sebuah
taman. Peraturan tersebut lebih spesifik dibandingkan yang kami dapatkan di pos
tadi.
Papan peraturan di Wilayah Mahavuhara Buddha Manggala
Jujur,
peraturan ini tidak saya baca saat berada di lokasi karena otak saya hanya
mencari tulisan “alas kaki di lepas”. Pada saat menulis postingan ini baru saya
baca baik-baik peraturan ini dan ternyata peraturan ini lebih spesifik. Harusnya
di baca dulu sebelum melangkahkan kaki ke tempat suci ini.
Peraturan
ini berhadapan dengan stupa, sehingga setelah mencari tulisan “alas kaki di
lepas” pada peraturan ini dan tidak ada, kami memutuskan untuk mendekati stupa.
Landscape Wilayah Mahavihara Buddha Manggala
Di
depan stupa tersebut terdapat undakan dan kolam yang berisi bunga teratai. Area
kolam sampai stupa tersebut adalah area suci sehingga di area itu alas kaki
sudah harus di buka. Jangan khawatir, ada informasi untuk melepaskan alas kaki
koq. Yahh, walaupun lantai nya itu panas banget, soalnya langsung kena matahari.
Tapi untungnya saat kami datang ke sana, cuaca sedang tidak terlalu panas.
Tanda Larangan Menggunakan Alas kaki
Batas Alas Kaki
Satu
hal yang menarik perhatian saya adalah, ukiran pada kolam dan lantainya yang
menurut saya unik, hanya saja saya tidak tahu apa maksud dari ukiran tersebut. Tidak
ada guide yang menjelaskan tentang tempat ini.
Setelah
melepaskan alas kaki, kami memasuki area stupa dan naik sampai ke depan stupa
tersebut. Ukiran-ukiran dan desainnya memanjakan mata banget. Suasananya sangat
berbeda, seperti berada di sisi lain Indonesia. Selama ini saya yang bergaul di
daerah dengan mayoritas Kristen dan Islam, memasuki tempat ini di suguhkan
dengan kenyataan bahwa Indonesia kaya dengan ragam budaya dan kepercayaan. So I
proud to be a part of this country. Selayaknya para traveler, yang kemudian
akan saya sebut sebagai tukang jalan, tentunya kami mencari angle yang bagus
untuk mendokumentasikan perjalanan kami kali ini. Banyak spot yang dapat
dijadikan pilihan sebagai latar belakang foto. Namun perlu diingat bahwa tempat
ini memiliki peraturan yang harus di patuhi, salah satunya adalah dilarang
memanjat stupa. Jadi pastikan saja saat anda berkunjung ke sini untuk tidak
memanjat atau berdiri di atas stupa.
Setelah
puas mengambil gambar di depan stupa, kami melanjutkan perjalanan ke belakang
stupa. Di bagian belakang terdapat 2 buah kolam yang di pisahkan oleh jalan
menuju candi. Saya pikir kolam itu tidak ada isinya, namun setelah semakin
mendekat ternyata di dalam kolam tersebut terdapat kura-kura. Belasan kura-kura
berenang di dalam kolam tersebut. Saya gak tahu apa makna dari kura-kura yang
diletakkan di belakang stupa tersebut karena sekali lagi, gak ada guide yang
memberikan informasi mengenai hal itu di tempat ini. Namun dari yang saya
search, kura-kura bagi umat Buddha adalah simbol umur panjang. Kura-kura di kolam
ini juga sangat ramah, malam terkesan agresif. Saat saya mendekati kolam,
mereka berbondong-bondong menuju ke arah saya, dan saat tangan di turunkan
dekat kolam mereka mengangkat kepala seakan ingin menerkam. Singa kali
menerkam.
Kolam Kura-Kura
Kura-Kura Mendekat
Aturan
tertulis diterapkan di tempat ini untuk mengingatkan para pengunjung untuk
tetap menjaga kenyamanan Vihara ini. salah satunya adalah larangan untuk
mencoret dinding vihara.
Informasi Larangan mencoret di Belakang Stupa
Di
belakang Stupa tersebut terdapat bangunan candi yang kemungkinan juga dijadikan
sebagai tempat berdoa. Di area candi ini, pengunjung diharapkan untuk tidak
menginjak rumput, ada jalan khusus yang diberikan apabila ingin memasuki area
candi. Selain itu larangan untuk memanjat juga di tuliskan di area tersebut.
Larangan Menginjak Rumput dan Memanjat Candi
View Candi
Di
sebelah kiri candi terdapat jalan setapak menuju bangunan yang bernama “Area
Kuti” namun pengunjung dilarang memasuki area tersebut. Terlihat dari papan
larangan melintas ke area tersebut.
Larangan Memasuki Kuti Area (Tampak Samping)
Larangan Memasuki Kuti Area (Tampak Depan)
Setelah
puas dengan pesona yang diberikan oleh stupa dan candi, kami melanjutkan ke
sebuah gedung di sebelah kiri stupa. Saya kurang tahu gedung itu fungsinya
untuk apa, soalnya pintunya tertutup. Setelah puas dengan bentuk-bentuk candi dan
stupa yang memanjakan mata, kami pun segera menuju ke tempat tujuan kami dari
awal yang di simpan-simpan biar penasarannya numpuk, yaitu patung Buddha tidur.
Berhubung sesuai informasi dari penjaga tadi bahwa kami tidak boleh memasuki gedung
tempat Patung Buddha Tidur, maka kami pun hanya dapat melihat dan mengambil
gambar patung tersebut dari luar ruangan.
Patung Buddha Tidur
Finally,
keliling-keliling di Vihara udah selesai, lumayan capek lah. Apalagi jalannya
bareng si Adelia yang super aktif tapi ngegemesin. Keringat yang udah di
produksi udah berliter-liter, beluum lagi si kacuping minta dinyanyiin lagu
twinkle-twinkle sementara dia muter-muter di atas kursi kayu. Setidaknya kami
sudah melanggar salah satu peraturan tertulis yang disampaikan sebelum masuk
tadi, yaitu pada point terakhir. Keributan bisa menimbulkan ketidaknyamanan
kan? Iyuhuuu.. Berkat kacuping kecil Adelia yang di sepanjang tempat selalu ribut
dengan panggilan andalannya “woii” atau “hei kawan” atau “guys”, membuat suasana
jadi gak pernah diam, kecuali saat dia bilang “sssttt”. Dan badan gempalnya
yang lari ke sana ke mari hanya untuk lihat rusa atau kura-kura dan manjat sana
sini membuat perjalanan kali ini membutuhkan keringat extra. :D Maklum, anak
kecil. Hanya saja belum ada teguran selama di dalam, berarti frekuensi suara si
kacuping ini masih berada dalam batas normal dong yah. Jadi saya sarankan,
dalam melakukan perjalanan ke tempat wisata, gak usah bawa anak kecil terutama
bagi yang tidak sanggup menjinakkannya :D. Apalagi jika belum tahu peraturan di
tempat tersebut. Berhubung kami masih bisa menghadapi si kacuping kecil
unyu-unyu ini, jadi perjalanan masih bisa dinikmati dan aman terkendali.

That
was our best picture. Maksudnya foto versi lengkap yah. Di telinga kami itu ada
bunga sementara tadi ada peraturan gak boleh memetik bunga kan? Tapi tenang
aja, kami bukan pengunjung yang tidak taat aturan. Bunga itu udah gugur dan berhubung
kami orang yang tidak tega melihat sesuatu tergeletak terkulai lemah di tanah,
akhirnya kami ambil dan manfaatkan untuk jadi property. Hehehe. Setelahnya kami
balikin lagi koq bunganya, di tempat sebelumnya ia tergeletak.
Kamipun
mengakhiri perjalanan kami siang itu. Harapan saya untuk tempat ini adalah,
semoga ada pemandu yang bisa menjelaskan mengenai tempat ini agak para
pelancong juga dapat memahami tentang Mahavihara Buddha Manggala.
Happy
Holiday.
Balikpapan,
1603116