Jakarta, 2017
Alor
Sebuah pulau kecil di gugusan kepulauan
Nusa Tenggara Timur
Pulau
yang sekilas mungkin tidak akan kau temukan di peta Indonesia
Atau bahkan mendengar namanya pun kau belum
pernah?
Sebuah Pulau yang kelak akan menjadi tempat
tinggalku selama 2 tahun
Bukan kisah menyenangkan ketika ku dengar akan
bertugas di sana.
Kisah horor
menemani perkenalan pertamaku
dengan pulau ini
Aku percaya, apalagi sumbernya dari seorang
teman yang asli Alor
Entah itu ilmunya yang masih kental
Atau makhluk
‘terbang’nya yang masih beroperasi
Apalagi di wilayah tugas kami yang notabene
adalah daerah terpencil, pegunungan, dan akses susah
Belum lagi anjuran dari sanak family ketika
tahu diriku akan ke pulau kecil ini
Tidak boleh sebut inilah
Tidak boleh makan itulah
Kalo bertamu seperti inilah
Bahkan seorang teman mewanti-wanti untuk tidak
berjodoh dengan orang di pulau ini
Aku harus pulang dengan selamat, anjurannya
saat itu.
Aku Takut Berada di Alor, belum apa-apa sudah
ditakut-takuti
Waktunya tiba untukku ke pulau ini
Kesan pertama, indah!
Laut biru menyambut ketika pesawat akan
menapakkan rodanya di Bandara Mali (Jalan-Jalan di Pedalaman Alor)
Sepanjang jalan menuju kota, pesona laut biru
dan pantainya memanjakan mata
Kami dibuat terperangah dengan keindahannya
Tapi bukan hanya pesona alamnya yang membuat
terperangah
Kota Kalabahi, Ibukota Alor
Jam malam di kota ini juga membuat kami
terperangah
Jam 7 malam, secara serentak seluruh toko di
sekitaran Pasar Kalabahi sudah mulai tutup
Membuat kami harus berburu dengan waktu untuk membeli
keperluan,
untuk di bawa keesokan harinya ke Padang Alang
untuk di bawa keesokan harinya ke Padang Alang
Suasana kota yang gelap dan mulai sepi
sekitaran jam 8
Okeh, aku tidak akan hidup di kota ini, tapi di
sebuah desa bernama Padang Alang
Aku Takut Berada di Alor
Sebuah desa bernama Padang Alang akan menjadi
tempatku bertugas
Jaraknya dari Kota Kalabahi memang hanya 45 km
tapi kau harus melihat medannya dulu
Menurutku tidak manusiawi
Jalan yang lebih layak di sebut kali kering ini
harus dilewati selama 3 jam
2 tahun bukan waktu yang singkat untuk mencoba
‘menikmati’ jalanan ini.
(Artikel terkait: Perjalanan Indah Nan Ekstrim di Pedalaman)
Padang Alang..
Lain lagi kisahnya
Tidak ada sinyal internet
Sinyal telpon pun kadang hilang jika cuaca
buruk atau si penjaga tower belum dibayar
Lucu memang, permasalahan di desa yang tidak
akan kau temukan di kota
Tidak ada sinyal internet membuat ku sejenak
melupakan handphone
Mengobrol menjadi hal paling sering kami
lakukan
Entah itu pembicaraan penting sampai absurd.
Kebanyakan membahas hal yang tidak penting
memang
Membahas pimpinan kami yang tidak pernah habis
sebagai bahan pembicaraan
Menceritakan kehidupan kami yang seakan
menyedihkan berujung pada menertawai diri sendiri
Listrik di mess hanya menyala 4 jam sehari
Jam 6 - 10 malam adalah momen terang kami
Penerangan yang terbatas membuatku belajar
menghargai waktu dan listrik
Membuatku belajar untuk tidak mengeluh jika
lampu mati hanya beberapa menit
Aku takut berada di Alor, akses susah, sinyal
susah, listrik pun tak ada.
Terkadang bosan. Sudah pasti.
Kegiatan berulang setiap hari tanpa sinyal dan
listrik sangat mungkin membuat mati gaya
Segala cara kami lakukan untuk membunuh penat
Bermain UNO sampai tengah malam dengan
penerangan seadanya
Karaoke dengan mike portable sambil
membayangkan teras rumah kami adalah panggung
Tidak jarang kami dianggap gila, tapi daripada
gila sungguhan karena bosan
Puskesmas Padang Alang memperkenalkan ku pada
stafnya yang adalah orang-orang Alor asli
Hitam kulit, keriting rambut, ditambah suara
keras
Sedikit khas dari sini adalah kata maki yang di
tempat asalku sudah tergolong sangat kasar
Di sini? Biasa saja.
Menyeramkan pikirku
Tapi kekuatan bersosialisasi membuatku memahami
bahwa fisik bisa menipu
Mereka asik
Mungkin hanya terkendala di bahasa, tapi
semakin lama bersua,
semakin ku memahami bahwa mereka menyenangkan
semakin ku memahami bahwa mereka menyenangkan
Mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik
untuk kami para perantau yang jauh dari rumah
Mereka berusaha membuat kami merasa nyaman
seperti di rumah
“kami ini orang asli di sini, gampang hidup di
sini.
Ibu dong orang pendatang pasti susah kalau mau apa-apa jadi kami yg orang asli harus bantu.”
Ibu dong orang pendatang pasti susah kalau mau apa-apa jadi kami yg orang asli harus bantu.”
Kata seorang perempuan bernama Susana yang
kelak menjadi segalanya bagi kami di Padang Alang.
Lain lagi dengan masyarakatnya
Sapaan hangat setiap kali bertemu tidak pernah
alpa setiap harinya.
“Syalom, Ibu!” begitu sapaan mereka.
Entah kenal atau tidak, sapaan itu wajib
diteriakkan.
Ramah, pikirku.
Belum lagi melihat tawa lepas mereka ketika
kami melakukan hal yang baru menurut
mereka
Atau sekedar mencoba berbicara dalam bahasa
mereka,
Ahh, tidak ternilai senyuman itu.
Aku Takut Berada di Alor, orangnya ramah, baik,
penyayang.
2 tahun berlalu,
Jangan katakan semuanya mulus,
Rasaku tidak ada yang mulus.
Seperti melalui jalan kerikil, tiba-tiba batu
gunung, trus kena banjir, lalu ban bocor
Rasanya, keras bertemu keras.
Struggle
Berat.
Ketika ternyata setengah dari tim kami harus
selesai masa tugas sebelum waktunya
Rasanya seperti, “ditinggal saat lagi
sayang-sayangnya!”
Menjalankan program menjadi salah satu pilihan
menyibukkan diri,
Demi mencoba melupakan berapa lama lagi hingga
waktu memanggil pulang
Pada prosesnya, ada datang yang pergi,
Dan ada baru yang datang.
Sedikit angin segar untuk jalanan yang selama
ini tidak mulus
Seperti menemukan oase di tengah gurun
Yang sepemikiran datang, membuat banyak kisah
baru
Awalnya pesimis, jadi sedikit lebih optimis
Aku Takut Berada di Alor, banyak yang memiliki
pemikiran hebat.
2 tahun semakin mendekat,
Sedikit demi sedikit program dilalui
Kerjasama demi kerjasama terbangun satu per
Satu
Emosi di awal kegiatan berakhir senyum pada
akhirnya
Nyaman itu sedikit demi sedikit terbentuk
Mereka seakan membuatkan ‘rumah’ bagiku di
sini..
Dan mereka memang berhasil membuatku menjadikan
tempat ini menjadi rumah kedua
Aku semakin Takut Berada di Alor, kutemukan
persaudaraan dan rasa cinta di sini
Bukan hanya tentang partner kerja kutemukan di
sini,
Teman satu visi ternyata ada
Mereka menemukanku di akhir pengabdianku
Menjadikan diri sebagai relawan dan menemukan
kebahagiaan tersendiri di dalamnya
Beda suku, beda agama, beda bahasa, beda warna
kulit, bukan penghalang
Seperti saudara, walaupun tidak sedarah
Aku Takut Berada di Alor, kutemukan Indonesia
yang sesungguhnya di sini
Tempat ini membuatku mendapatkan banyak hal
baru
Orangnya, pemikirannya, tidak semuanya sesuai
mau ku
Tapi ku dibuat belajar darinya
Bahwa, tidak semua hal terjadi sesuai mau ku
Tidak semua hal bisa dibuat POSITIF, butuh
NEGATIF untuk mengimbangi
Dan aku dibuat tersadar untuk belajar
Negatif ada untuk dijadikan pembelajaran
Aku Takut Berada di Alor, ku temukan sekolah
dan guru di sini.
Sudah cukup?
Belum rasaku
Banyak racun di sini
Tempat piknik di mana-mana
Dari yang sangat ramai sampai yang seakan
private beach
Alor membuat standar pantai indah di otakku
meningkat (Artikel terkait : Pantai Pasir Putih di Alor Barat Daya)
Alor menyediakan tempat jalan bagiku yang
tukang jalan ini
Dari Sunrise hingga Sunset, dari gunung hingga
pantai
Gugusan pulaunya
Semuanya indah
Lalu, tenun lokalnya
Seakan menjadi prioritas bagiku mendapatkan tenunannya
Setiap kecamatan dengan motif dan ciri khas
masing-masing
Aku Takut Berada di Alor, alamnya membuatku
tidak betah di rumah, tenunnya menguras dompet
Waktu 2 tahun tiba, surat penarikan keluar
malam itu
Ingin ku katakan, “akhirnya”, tapi tidak mampu.
Senang, tapi tidak bisa tertawa.
Banyak kisah, banyak kenangan
Mulai dari struggle sampai sudah nyaman
Perpisahan bukan hal yang menyenangkan,
Tapi tidak ada alasan jelas untuk tetap
bertahan
Mengapa semua ketakutan itu semakin bertambah?
Alor
Sebuah pulau yang menjadi rumah bagiku selama 2
tahun
Budayanya, alamnya, manusianya, membuatku jatuh
cinta
Di mana lagi akan ku temukan tempat seindah ini?
Di mana lagi akan ku temukan orang-orang ramah dengan senyuman manis seperti ini?
Di mana lagi akan ku temukan rasa persaudaraan seperti ini?
Di mana lagi akan ku temukan tempat seindah ini?
Di mana lagi akan ku temukan orang-orang ramah dengan senyuman manis seperti ini?
Di mana lagi akan ku temukan rasa persaudaraan seperti ini?
Iyah, aku takut berada di Alor
Karena ku takut separuh hatiku tertinggal di
sini
Dan ketakutanku menjadi kenyataan,
Separuh hatiku tertinggal di Alor
Susanna my Everything |
Curly,
Desember 2019
Wow. Amazing! We miss u so much, and Im First🙏
BalasHapusThanks for your time to be the first who read this 🙏😊
HapusSungguh cerita yg sangat menyayat hati, dan sungguh mengesankan
BalasHapusEfek samping masih rindu padang alang nih
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSungguh cerita yg sangat menyayat hati, dan sungguh mengesankan
BalasHapusSuatu cerpen yg takan terhilang dri kalbuku....krna nasib ku sma jga dgn nasib mereka.sma2 merantau....
BalasHapusWhoever you are, kamu akan temukan keluarga baru di tempat perantauan mu. 😊
HapusSampai berkaca kaca aku bacanya..
BalasHapusTerimakasih atas pengabdianmu patrner..
Ingat kembali lagi oo..
Alor panggil pulang
Haha. Tidak membayangkan kalo ka chello berkaca2...
HapusSemoga bisa ke Alor lagi 🙏🙏
Sampai berkaca kaca aku bacanya..
BalasHapusTerimakasih atas pengabdianmu patrner..
Ingat kembali lagi oo..
Alor panggil pulang