Sabtu, 28 Juli 2018

PNS Semakin Kaya, Tenaga Kontrak Semakin Diperdaya


Malam ini aku berpikir bahwa betapa susahnya mempertahankan keadilan di negeri ini. Jangankan di kota besar, di pelosok kampong terpencil pun ketidakadilan itu ada. Ini kenyataan yang menyedihkan banget.

Hari ini libur, so we don’t going to office for a day. I spend my day with going to our jobmates house to take a bath, luluran, eat cake, and talk to each other. Beberapa hari ini pembicaraan kami tidak jauh dari pembahasan dana BOK Puskesmas yang akan dibagi beberapa hari lalu dan bahkan sampai hari ini pun belum dibagi dengan alasan yang buat kami tidak masuk akal, bagi ku juga sangat tidak masuk akal.

2 hari lalu, suatu malam ketika kepala puskesmas memutuskan untuk membagi salary dinas luar triwulan 1 (Januari – Maret). Aku sebagai operator sudah menuliskan kegiatan yang sudah dilaksanakan setiap staf puskesmas untuk kemudian di konfirmasi ulang. Janji awal pembagian siang hari, tapi molor sampai sore hari dengan alasan harus menunggu Kepala Puskesmas, dan semakin molor sampai malam karena masalah hasil pendapatan yang tidak seharusnya.

Masing-masing staf sudah dijumlahkan hasil dinas luarnya selama 3 bulan, dan hasilnya, ternyata ada beberapa staf yang salary-nya melebihi salary kepala puskesmas. Ibu Bendahara pun mengeluarkan sebuah pendapat bahwa hasil yang telah dihitung belum akan di bagi karena masih akan dipertimbangkan, mengingat pendapatan kapus yang lebih rendah dari beberapa orang. Bendahara beralasan bahwa kepala puskesmas harus mendapatkan hasil yang lebih banyak, mengingat kepala puskesmas bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukan, hal ini akan menjadi masalah jika nantinya dilakukan pemeriksaan. Bendaharan juga beralasan bahwa di beberapa puskesmas, system yang diterapkan juga seperti itu.

Malam itu, jujur saya sangat tidak terima dengan hal itu. It’s not fair, I think. Bagaimana mungkin yang tidak melaksanakan kegiatan bisa mendapatkan lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak melaksanakan kegiatan. Tanggung jawab? Rasanya sudah jelas di RKA bahwa pengelola keuangan memiliki honornya sendiri yaitu dari Honor Pengelola Keuangan BOK puskesmas, dan dari hasil konsultasi BOK tiap bulannya. Sumber dana lain? Dana kapitasi juga rasanya memiliki perhitungan tersendiri bagi Kepala, KTU, Bendahara, dan pemegang program lainnya, mereka mendapatkan point lebih. How come? Apakah ini maksudnya sumbangan atau tanda terima kasih bagi mereka? Tapi mereka menolak untuk dikatakan sebagai tanda terima kasih.

So, I called my dad on that night. Kuceritakan semuanya. Bagaimana mereka mencoba melakukan keputusan sepihak seperti itu, bagaimana selama ini aku tidak dihargai sebagai seorang operator yang MEMBANTU pekerjaan bendahara. Bagaimana selama ini aku merasa kerja sendiri sementara Kepala dan Bendahara malah entah mengerjakan apa yang menurutku sangat tidak becus. So, my daddy told my to QUIT. Berhenti melakukan tugas dan tanggung jawab itu. 

Berhari-hari keputusan sepihak itu terus ada dalam otakku. Mata duitan? Terserahlah mau di kata apa, aku hanya ingin memperjuangkan hak ku, keringat yang ku keluarkan dan teman-teman lain untuk melancarkan sebuah kegiatan. Apakah itu harus di ambil  juga? Bukankah itu sama dengan memakan keringat orang lain?

Kemudian tersiar kabar lagi bahwa dari sisa dana BOK itu, honor PNS akan ditambahkan. Atas dasar apa? Entahlah. Kadang aku berpikir bahwa mereka mengambil keputusan tanpa tahu dasarnya apa, keputusan sepihak rasanya. I hate this situation! Beberapa teman pun hanya mengeluh di belakang tanpa berani mengutarakan ketidakpuasan mereka di depan. Pengecut? Iyah!

Sampai pada siang ini, aku harus menumpahkan air mataku untuk kenyataan pahit itu. Aku curhat pada mama. Beliau mengatakan bahwa terima saja apa yang menjadi keputusan kepala, mau bagaimana lagi jika kepala sudah berkata. Ikhlaskan saja dan syukuri yang sidah diterima. Sekesil apapunn, jika itu di syukuri, pasti akan menjadi berkat. Well, ini bukan masalah disyukuri atau tidak, ini masalah mereka paham dengan keputusan tidak adil ini atau tidak. Mama begitu khawatir dengan keputusan yang akan ku ambil untuk melawan ketidakadilan ini, akan membuatku di benci orang lain.

Air mata itu semakin tumpah ketika bapak memberikan petuahnya. Beliau mengatakan bahwa sebagian besar lembaga pemerintahan memang seperti ini, tidak adil. But I have to accept that. Jangan sampai keputusan itu mengorbankan masyarakat yang berhak kami layani. My father told me that, kalau sudah disampaikan dan memang sudah tidak diterima, ya sudah just accept that. Akan ada tempat lain di mana keadilan itu benar-benar ditegakkan. Akan ada tempat lain dimana berkat itu akan melimpah.

O God!
Why this things happened here?

Saat ini aku hanya sedang berpikir, kenapa keadilan itu seakan mati di tempat ini? Mereka yang sebenarnya sudah sejahtera dengan gaji yang sudah pasti hadir tiap bulan masih harus memperkaya diri dengan tidak memikirkan mereka yang mendapatkan gaji tiga bulan sekali dengan nominal yang jauh lebih kecil. Kenapa begitu sulit memperjuangkan hak mereka? Kenapa aku harus merasa sakit hati melihat kenyataan ketidakadilan seperti ini? 

But I try to understand this. Mencoba memahami dan menerima bahwa gak semua yang aku inignkan itu bisa terjadi. Ada harapan yang bisa menjadi kenyataan, ada yang amsih dalam proses, da nada yang memang tidak dapat di realisasikan. Esensinya di sini adalah usaha. Bagaimana harapan itu di barengi dengan usaha. Usaha untuk menyampaikan kebenaran walaupun pada kenyataannya setelahnya tidak akan di gubris.

Kita mungkin tidak dapat mengubah kondisi, tapi kita dapat mengubah orangnya. Atau sebaliknya. Atau jadikan misi ini sebagai alas an untuk menyampaikan kebenaran kepada yang memang belum tahu, alih-alih mengubah orang yang tidak mau tahu menjadi tahu. Jadikan semua hal itu sebagai sumber berkat.

Sekarang aku mencoba lebih bersabar dan menerima kenyataan, sekalian belajar untuk menjadi pribadi yang tidak egois. Mencoba menerima bahwa tidak semua hal yang ingin kita ubah dapat terlaksana. Menerima kenyataan namun tetap berusaha di jalan  yang memang sudah di tetapkan.

Satu saja harapanku kali ini. Semoga Bangsa Indonesia kedepannya bisa menjadi lebih baik, menjadi bangsa yang betul-betul adil. Bangsa yang pegawai pemerintahannya adalah orang-prang cerdas yang bukan hanya duduk di belakang meja, tahunya beres tanpa dapat berbuat apa-apa.

I hope that.!

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts