Malam ini aku berpikir bahwa betapa susahnya
mempertahankan keadilan di negeri ini. Jangankan di kota besar, di pelosok
kampong terpencil pun ketidakadilan itu ada. Ini kenyataan yang menyedihkan
banget.
Hari ini libur, so
we don’t going to office for a day. I spend my day with going to our jobmates
house to take a bath, luluran, eat
cake, and talk to each other. Beberapa hari ini pembicaraan kami tidak jauh
dari pembahasan dana BOK Puskesmas yang akan dibagi beberapa hari lalu dan bahkan
sampai hari ini pun belum dibagi dengan alasan yang buat kami tidak masuk akal,
bagi ku juga sangat tidak masuk akal.
2 hari lalu, suatu malam ketika kepala puskesmas
memutuskan untuk membagi salary dinas
luar triwulan 1 (Januari – Maret). Aku sebagai operator sudah menuliskan
kegiatan yang sudah dilaksanakan setiap staf puskesmas untuk kemudian di
konfirmasi ulang. Janji awal pembagian siang hari, tapi molor sampai sore hari
dengan alasan harus menunggu Kepala Puskesmas, dan semakin molor sampai malam
karena masalah hasil pendapatan yang tidak seharusnya.
Masing-masing staf sudah dijumlahkan hasil dinas
luarnya selama 3 bulan, dan hasilnya, ternyata ada beberapa staf yang salary-nya melebihi salary kepala puskesmas. Ibu Bendahara pun mengeluarkan sebuah
pendapat bahwa hasil yang telah dihitung belum akan di bagi karena masih akan
dipertimbangkan, mengingat pendapatan kapus yang lebih rendah dari beberapa
orang. Bendahara beralasan bahwa kepala puskesmas harus mendapatkan hasil yang
lebih banyak, mengingat kepala puskesmas bertanggung jawab atas semua kegiatan
yang dilakukan, hal ini akan menjadi masalah jika nantinya dilakukan
pemeriksaan. Bendaharan juga beralasan bahwa di beberapa puskesmas, system yang
diterapkan juga seperti itu.
Malam itu, jujur saya sangat tidak terima dengan hal
itu. It’s not fair, I think.
Bagaimana mungkin yang tidak melaksanakan kegiatan bisa mendapatkan lebih
banyak dibandingkan dengan yang tidak melaksanakan kegiatan. Tanggung jawab?
Rasanya sudah jelas di RKA bahwa pengelola keuangan memiliki honornya sendiri
yaitu dari Honor Pengelola Keuangan BOK puskesmas, dan dari hasil konsultasi
BOK tiap bulannya. Sumber dana lain? Dana kapitasi juga rasanya memiliki
perhitungan tersendiri bagi Kepala, KTU, Bendahara, dan pemegang program
lainnya, mereka mendapatkan point lebih. How
come? Apakah ini maksudnya sumbangan atau tanda terima kasih bagi mereka?
Tapi mereka menolak untuk dikatakan sebagai tanda terima kasih.
So, I called my dad
on that night. Kuceritakan semuanya.
Bagaimana mereka mencoba melakukan keputusan sepihak seperti itu, bagaimana
selama ini aku tidak dihargai sebagai seorang operator yang MEMBANTU pekerjaan
bendahara. Bagaimana selama ini aku merasa kerja sendiri sementara Kepala dan
Bendahara malah entah mengerjakan apa yang menurutku sangat tidak becus. So, my daddy told my to QUIT. Berhenti
melakukan tugas dan tanggung jawab itu.
Berhari-hari keputusan sepihak itu terus ada dalam
otakku. Mata duitan? Terserahlah mau di kata apa, aku hanya ingin
memperjuangkan hak ku, keringat yang ku keluarkan dan teman-teman lain untuk
melancarkan sebuah kegiatan. Apakah itu harus di ambil juga? Bukankah itu sama dengan memakan
keringat orang lain?
Kemudian tersiar kabar lagi bahwa dari sisa dana BOK
itu, honor PNS akan ditambahkan. Atas dasar apa? Entahlah. Kadang aku berpikir
bahwa mereka mengambil keputusan tanpa tahu dasarnya apa, keputusan sepihak
rasanya. I hate this situation! Beberapa teman pun hanya mengeluh di belakang
tanpa berani mengutarakan ketidakpuasan mereka di depan. Pengecut? Iyah!
Sampai pada siang ini, aku harus menumpahkan air
mataku untuk kenyataan pahit itu. Aku curhat pada mama. Beliau mengatakan bahwa
terima saja apa yang menjadi keputusan kepala, mau bagaimana lagi jika kepala
sudah berkata. Ikhlaskan saja dan syukuri yang sidah diterima. Sekesil apapunn,
jika itu di syukuri, pasti akan menjadi berkat. Well, ini bukan masalah
disyukuri atau tidak, ini masalah mereka paham dengan keputusan tidak adil ini
atau tidak. Mama begitu khawatir dengan keputusan yang akan ku ambil untuk
melawan ketidakadilan ini, akan membuatku di benci orang lain.
Air mata itu semakin tumpah ketika bapak memberikan
petuahnya. Beliau mengatakan bahwa sebagian besar lembaga pemerintahan memang
seperti ini, tidak adil. But I have to accept that. Jangan sampai keputusan itu
mengorbankan masyarakat yang berhak kami layani. My father told me that, kalau
sudah disampaikan dan memang sudah tidak diterima, ya sudah just accept that. Akan
ada tempat lain di mana keadilan itu benar-benar ditegakkan. Akan ada tempat
lain dimana berkat itu akan melimpah.
O God!
Why this things happened here?
Saat ini aku hanya sedang berpikir, kenapa keadilan
itu seakan mati di tempat ini? Mereka yang sebenarnya sudah sejahtera dengan
gaji yang sudah pasti hadir tiap bulan masih harus memperkaya diri dengan tidak
memikirkan mereka yang mendapatkan gaji tiga bulan sekali dengan nominal yang
jauh lebih kecil. Kenapa begitu sulit memperjuangkan hak mereka? Kenapa aku
harus merasa sakit hati melihat kenyataan ketidakadilan seperti ini?
But I try to understand this. Mencoba memahami dan
menerima bahwa gak semua yang aku inignkan itu bisa terjadi. Ada harapan yang
bisa menjadi kenyataan, ada yang amsih dalam proses, da nada yang memang tidak
dapat di realisasikan. Esensinya di sini adalah usaha. Bagaimana harapan itu di
barengi dengan usaha. Usaha untuk menyampaikan kebenaran walaupun pada
kenyataannya setelahnya tidak akan di gubris.
Kita mungkin tidak dapat mengubah kondisi, tapi kita
dapat mengubah orangnya. Atau sebaliknya. Atau jadikan misi ini sebagai alas an
untuk menyampaikan kebenaran kepada yang memang belum tahu, alih-alih mengubah
orang yang tidak mau tahu menjadi tahu. Jadikan semua hal itu sebagai sumber
berkat.
Sekarang aku mencoba lebih bersabar dan menerima
kenyataan, sekalian belajar untuk menjadi pribadi yang tidak egois. Mencoba
menerima bahwa tidak semua hal yang ingin kita ubah dapat terlaksana. Menerima
kenyataan namun tetap berusaha di jalan
yang memang sudah di tetapkan.
Satu saja harapanku kali ini. Semoga Bangsa
Indonesia kedepannya bisa menjadi lebih baik, menjadi bangsa yang betul-betul
adil. Bangsa yang pegawai pemerintahannya adalah orang-prang cerdas yang bukan
hanya duduk di belakang meja, tahunya beres tanpa dapat berbuat apa-apa.
I hope that.!
0 komentar:
Posting Komentar