Rabu, 31 Januari 2018

2 TAHUN TANPA TERPAPAR INTERNET? WHY NOT!

Yakin?
Yakin dong! Pembekalan 40 hari aja kemarin HP dikumpul tanpa informasi apapun dari luar Curly bisa (mata berkaca-kaca)
Tapi kan ini 2 tahun?
Bisaaaaaaa!!!!! (nangis darah)


Hehehe. Well, kurang lebih seperti itu saya mencoba menguatkan hati untuk menghadapi kenyataan yang mungkin masih tergolong berat ini. Berat, bang!!!

You know, menjadi manusia yang tiba-tiba tidak bersinggungan dengan internet setelah bertahun-tahun menjadikan internet sebagai sumber informasi bukanlah hal yang mudah. Jiahhhh, bahasa lu Tozz! Saya harus putar otak dan mencoba beradaptasi untuk dapat bertahan hidup dengan kondisi seperti ini.

Kalo dulu, pagi-pagi, saya sudah duduk sambil melototin HP Sony ku sambil scroll timeline Twitter untuk bisa tahu informasi terbaru di dalam dan di luar negeri, sekarang, tiap pagi saya hanya bisa memandangi Gun-Gun (tanaman jagung yang ku tanam di halaman belakang rumah) dan tidak lupa sambil menyapa. Dianggap gila udah biasa. Itulah efek putus dari internet, hehehe (Baca ini sambil dengar lagu “Just Give Me A Reason” yah).

Actually, gak masalah sih yah berada dalam situasi seperti ini karena saya jadi belajar untuk memikirkank banyak hal tentang dunia real di sekitarku, seperti bagaimana bisa bertahan hidup selama 2 tahun dengan 5 orang dalam 1 rumah (yang kata Ical sih ‘Gubuk  Derita’) yang memiliki kesamaan yaitu sama-sama sebagai pendatang, tapi memiliki lebih banyak perbedaan yaitu beda pemikiran dan karakter. Itu salah satu hal yang sangat susah di satukan apalagi dalam 1 rumah lohhhh. Saya lebih banyak memikirkan mengenai bagaimana untuk bersikap di tempat yang baru ini, menjadi makhluk yang harus bermasyarakat dengan teman kerja dan masyarakat, selain itu saya juga lebih banyak memikirkan “hari ini mau makan atau masak apa yah?”

Koq?
Gak Percaya?
Tinggal di lokasi yang dari segi akses transportasi yang susah membuat tempat ini tidak memiliki pasar sehingga tempat beli bahan makanan lumayan susah sehingga kami harus stok bahan makanan selama sebulan. Bayangkan yah, stok 1 bulan untuk manusia 6 nyawa itu segimana banyaknya, udah kek pedagang kios yang pulang belanja keperluan warungnya. Pernah suatu kali, kami sudah kehabisan makanan dan 2 orang teman kami menuju kota kabupaten untuk membeli bahan makanan, sementara kami berempat di rumah harus putar otak untuk memasak bahan makanan yang ada di sekitar rumah. Bahkan saya pernah hanya makan nasni + cabe rawit + garam + kecap untuk sarapan karena konsumsi mie instan kami sudah melewati batas kewajaran (3 kali sehari) dan bahan makanan benaar-benar sudah habis. Salah satu teman saya saat itu berkomentar, “baru kali ini saya rasakan punya uang banyak tapi gak bisa beli apa-apa,” UHUK!! Sedih yah? Sudahh gak usah nangis yah fans.

Menghadapi kenyataan seperti itu, salah satu alternativf yang kami lakukan untuk menghibur diri. Kadang, sambil melakukan hal ‘menyedihkan’ itu, kami sambil bernyanyi
“bukalah dan lihatlah mata hatimu,melihat m’reka yang terluka,namun semangatnya takkan pernah pudarsebab Tuhan kan berikan jalan.”
Dan setelah itu kami langsung tertawa. Entahlah kami menertawai apa. Mungkin menertawai diri kami, menertawai kondisi saat itu, menertawai kenapa bisa kami dipersatukan dalam sebuah rumah dengan orang gila macam mereka, hahahaha. Lucu sih sebenarnya. Yahh, yang penting di bawa happy aja sih. Nikmatin aja shayyy.

Tinggal di daerah sulit internet juga membuat saya serasa menjadi manusia paling kamseupay di dunia. Bagaimana tidak, internet yang jadi sumber informasiku selama ini di renggut dari diriku (hallahh!!), dan tidak ada lagi sumber informasi terupdate yang ku dapatkan. TV? Listrik aja susah gimana mau pasang TV. TV tetangga? Listrik tetangga baru dinyalakan kalo malam jadi TV juga baru nyala pas malam, ogahdehh keluar malam-malam di tempat ini. Pernah sih minta dibelikankoran dari Kalabahi tapi kaka yang ke kota gak menemukan tempat jual Koran, beli di Kantor Pos harus langganan. Okeeeee cuss langganan. Jadiiiiii, sumber informasiku paling hanya dari teman-teman yang ngasih info misalnya si Toa ngasih info kalau Selena Gomes terkena gagal ginjal (trus gue harus bilang WOW gitu? Sumpah ini gak penting) atau info dari temannya temanku yang telponan kalo Bpk Ketua DPR terhormat sudah jadi tersangka kasus, trus tiba-tiba kecelakaan dengan mobil mewahnya yang nabrak tiang listrik KECIL, trus jidat kiri benjol yang di perban jidat kanan (memangnya orang benjol di perban yah?) trus mau di rujuk ke luar negeri (WTF!). Helaaaawwwwww, ini saya yang sudah jauh dari informasi jadi gak paham kasus ini atau emang kasusnya yang bego yah? BINUN!! Kadang saya bersyukur dijauhkan dari berita-berita gak jelas yang berpotensi menghancurkan Republik (sok melek politik, hehehe).

Sekarang cerita ku sudah mulai banyak tapi yahhhh, numpuk aja di dalam folder belum bisa di posting. Ulalaaa.

Tanpa internet juga membuat komunikasiku dengan orang lain di luar sana seakan terputus. No WA, no Line, no IG, no FB, tapi telpon & SMS yesssss banget. sekarang telponan berjam-jam udah kembali eksis. Sekarang, SMS-an sama teman ujung-ujungnya dikatain kembali ke zaman SMA katanya. Usyalalala.

So, sodaraku sebangsa se-Tanah Air, gaesku, fans-ku, penagih utang-ku, penagih pajak-ku, atau kamu.....iyah  kamu.... Kalo mau menghubungi eike, silahkan komen di sini atau via IG (@ekaismaliliany), kalo sempat ke kota akan saya balas selagi kuota masih memadahi dan selagi saya tidak kudet, hehe.
Kalo mau hubungi via SMS juga bisa je no ini


Tunggu kisah selanjutnya yahhhh.


Padang Alang, 25 November 2017

Pengabdian di Pedalaman Tanpa Listrik

03 November 2017

 Siang itu, kami melakukan aktifitas seperti biasa di hari-hari pertama di Puskesmas ini yaitu tidak melakukan apa-apa (mungkin karena kami anak baru jadi masih belum tahu mau kerja apa kali yahh, hehe). Ibu Bidan Butet tetiba mengajak saya untuk menuju rumah salah seorang warga bumil yang nyaris partus yang dikunjungi oleh Butet tengah malam tadi ketika saya sedang tidur nyenyak banget. Tanpa pikir panjang saya mengiyakan ajakan tersebut, daripada magabut di Puskesmas kan? Dalam perjalanan ke rumah warga yang bersangkutan, saya bingung mau ngapain di nanti saat si Butet sibuk membantu persalinan, namun rasa penasaran saya untuk menyaksikan ibu melahirkan lebih besar dari rasa bingung saya. Untungnya Butet memberi secercah cahaya, eeeaaa, bahwa saya bisa bantu gendong bayinya nanti sembari si Butet menggunting ari-arinya, oklaaayyyy.
Jarak Puskesmas ke rumah calon ibu tidak begitu jauh, hanya sekitar 5 menit berjalan kaki, tapi pake tanjakan, dan akuhhh tak biasaaaaa (belum terbiasa lebih tepatnya). Jalan sambil menyanyikan lagu yang di ajarkan di Pusdikkes pun tidak mempan, “lika liku lika liku laki laki, hoss hoss hoss” Arrrggggg, aku harus melatih otot-otot ku agar lebih kuar, melatih hati juga sih. Ditengah jalan kami bertemu 3 orang anak sekolah berpakaian olahraga yang melihat kami dari kejauhan sambil memegang parang dan sapu lidi. Wowwww, ada apa ini?? Saat kami sapa, mereka hanya tersenyum malu, unch unch. Ternyata mereka dari sekolah abis membersihkan sekolah, trus karena sudah selesai jadi parangnya mau di simpan di rumah. Ulalaaaa. Kehidupan desa ini berbeda banget yah sama kampung saya.
Kembali ke laptop! Tiba di rumah pasien, kami memasuki sebuah rumah sederhana berdinding anyaman rotan, beralaskan tanah, dengan seorang ibu yang sedang menapis beras melemparkan senyum ke arah kami. Beberapa ibu mengantarkan kami memasuki kamar tempat calon ibu berbaring. “mari ibu bidan, silahkan masuk. Kita pu anak ada di dalam kamar.” Di dalam kamar ternyata sudah ada beberapa teman tenaga kesehatan dari Puskesmas yang menangani si ibu, walaupun tenaga bidan belum ada di dalam. Perasaan saya saat itu campur aduk, entah seperti apa. Untuk pertama kalinya saya akan menyaksikan proses persalinan dan entahlah mental saya akan kuat atau tidak.
Ketegangan di dalam kamar bergitu terasa apalagi setiap kali si ibu ngeden. Ketegangan semakin meningkat ketika jabang bayi sudah akan keluar, dan ibu bidan Butet naik ke ranjang tanpa kasur (lebih tepatnya sih dipan) menghadapi ibu. OMG! Sedikit rasa haru muncul melihat perjuangan si ibu mengeluarkan bayi dalam perutnya dan ketika si ibu seperti minta maaf ke ibunya sesaat sebelum mengejan. Berbagai doa keluar dari mulut setiap orang yang berada dalam kamar tersebut. “Yesus Tolong!”, ucapku. Perjuangan beberapa menit berakhir dengan seorang bayi perempuan di gendong oleh si Butet. Bidan Butet menyedot lendirnya, dan setelah dibersihakn, tadaaaa, seorang anak perempuan dengan berat 3,1 kg lahir ke dunia dalam sebuah kesederhanaan. Senyum bahagia tidak pernah lepas dari wajah si ibu, apalagi ketika IMD dilakukan dan untuk pertama kalinya si anak bersentuhan langsung dengan kulit ibunya, what a sweet moment.
Pekerjaan bu bidan tidak berakhir di situ. Butet membersihkan vagina si ibu sementara saya memegang lampu untuk menyorot ibu. Wowwww, perjuangan luar biasa hari ini. Saya merasa sangat terhormat bisa membantu persalinan walaupun hanya memegang lampu penerang. Bukti pejuang di pelosok negeri ini. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa saya akan menghadapi hal seperti ini. Bertemu muka dengan penduduk pelosok dan menjadi bagian di dalamnya. Berbagi kasih dan berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang mungkin belum merasakan angin segar dari pusat negeri ini sejak bertahun-tahun. Terbukti bahwa akses menuju desa ini yang begitu memprihatinkan bagi saya pribadi dan belum ada pembangkit listrik membuat kami masih harus menikmati listrik selama 4 jam sehari.
Pengalaman baru di hari keenam keberadaan ku di desa ini. Pengalaman dan tantangan lain menunggu di depan, siap untuk kuceritakan.

Nusantara Sehat: Membangun Indonesia dari Pinggiran!

KEDUKAAN DI PADANG ALANG

Pagi itu terlihat siswa SMP Padang Alang berombongan meninggalkan sekolah mereka sambil masing-masing membawa 1 ikat kayu api, sebutan mereka untuk kayu bakar. Ternyata siswa dan guru SMP akan pergi melayat dirumah seorang nenek yang meninggal kemarin pagi. Beginilah salah satu tradisi di Padang Alang, Kec. Alor Selatan, NTT. Sama halnya dengan siswa SMP. Siswa SD juga melakukan hal yang sama. Salah satu bentuk kebersamaan dan rasa berbagi duka yang khas di salah satu titik di negeri ini.

          Seluruh warga rasanya sudah datang melayat di rumah duka, kami pun yang bekerja di instansi pemerintah bidang kesehatan di dalam desa ini segera menuju ke rumah duka setelah melaksanakan apel pagi. Teman-teman pegawai Puskesmas membawa barang-barang berupa gula, kopi, dan the yang di masukkan ke dalam baskom lalu baskomnya di tutup menggunakan kain. Barang-barang tersebut merupakan hasil dari sumbangan pegawai Puskesmas lalu sisanya dimasukkan ke dalam amplop. Mungkin karena kondisinya pada saat itu hanya ada 1 laki-laki di Puskesmas sehingga bahan makanan tadi di bawa oleh teman-teman perempuan dan amplop di bawa oleh teman laki-laki.
Melayat bersama Staff Puskesmas Padang Alang
Sepanjang jalan menuju rumah duka, kami berpapasan dengan siswa SD & SMP yang ternyata sudah kembali dari rumah duka. Semakin dekat dengan rumah duka, warga yang berkumpul terlihat semakin banyak. Di sebuah rumah gudang dekat rumah duka, terlihat kerumunan warga yang ternyata sedang membuat peti mati dan memasang liang kubur yang sudah di semen.
            Memasuki pekarangan rumah duka, kami di sambut oleh keluarga yang menyalami kami satu persatu dan kami dipersilahkan memasuki kamar tempat almarhumah berbaring. Terlihat tubuh kaku almarhum terbaring di atas dipan dengan kain tenun khas NTT menutupi tubuhnya dan beberapa kain dilipat rapi di samping mayat. Kerabat dekat sudah duduk di sekeliling mayat sambil menggoyangkan sebuah tongkat berujung ikatan plastic putih di depan wajah mayat untuk mengusir lalat. Kami anak NS yang pada saat itu ada 4 orang ikut masuk duduk di dalam kamar sampai sumbangan duka di serahkan kepada keluarga. Setelah duduk sejenak, kami keluar dari kamar dan duduk di kursi yang sudah di susun di depan rumah sambil menikmati teh/kopi & penganan yang sudah disediakan keluarga. Selayaknya cara kami orang Toraja setiap kali melayat. Tiga puluh menit berselang, setelah menghabiskan minum & kue yang disediakan, kami kembali ke Puskesmas dan melaksanakan kegiatan seperti biasa. Melayani.
            Prosesi pemakaman akan langsung dilaksanakan sore itu. Menurut informasi dari teman-teman di desa ini, orang yang sudah meninggal tidak boleh terlalu lama di kubur, maksimal 2-3 hari maya sudah dikubur setelah meninggal, sehingga mayat nenek ini akan segera dikuburkan sore ini kareng menunggu anaknya kembali dari ibukota provinsi. Informasi yang kami dapatkan bahwa ibadah penguburan akan dilaksanakan pada jam 3 sore itu.
            Berpakaian hitam, kami menuju kembali ke rumah duka untuk mengikuti ibadah penguburan. Ketika tiba di rumah duka, sudah ada beberapa jemaat yang menempati kursi yang telah disediakan. Dari luar juga sudah terlihat peti mati diletakkan di ruang tamu rumah duka. Sebelum ibadah dimulai, ada beberapa acara yang dilaksanakan seperti ucapan belasungkawa dari pemerintah, ungkapan terima kasih dari keluarga, melayat terakhir di mana pelayat dapat melihat almarhum untuk terakhir kalinya sebelum peti di paku, pembacaan riwayat hidup almarhumah, dan kegiatan yang paling menguras emosi saya adalah ketika pei mati di paku. Suara paku seakan membuat saya flashback dengan beberapa penguburan keluarga paling emosional yang pernah saya ikuti sehingga pada prosesi tersebut air mata saya tidak dapat  dihentikan. Setelah prosesi dilaksanakan, maka dimulailah ibadah lalu penguburan.
Ibadah Penguburan
 Waktu menunjukkan sekitar pukul 5 sore ketika peti mati diangkat oleh para pemuda dari rumah duka menuju liang lahat yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Suasana berbeda dengan yang pernah saya alami ketika di kampung adalah pengangkatan peti jenasah dilakukan dalam keadaan diam, berbeda dengan di kampung saya yang mengarak jenasah sambil berteriak (Toraja: Meoli) dan melompat-lompat. Sesampainya di liang lahat, peti langsung dimasukkan bersama pakaian jenazah, ibadah terakhir lalu menutup liang lahat dengan semen. Pemandangan yang sangat berbeda dengan yang sering saya alami dimana dalam penguburan, jeritan tangis keluarga tidak pernah terelakkan. 
Prosesi Penguburan

Prosesi Pemakaman

Sementara liang di tutup, kami pikir kegiatan sudah selesai sehingga berencana untuk kembali ke rumah namun ternyata keluarga mengajak untuk kembali ke rumah duka untuk mengikuti ibadah ‘lepas kubur’ yaitu semacam ibadah penghiburan terakhir bagi keluarga yang ditinggalkan. Pelaksanaan Ibadah Lepas Kubur dilaksanakan tergantung keputusan keluarga, kadang dilaksanakan langsung setelah penguburan atau beberapa hari setelahnya. Kembali ke rumah duka dan kami disuguhkan dengan kopi dan penganan sebelum memulai ibadah lepas kubur. Karena waktu untuk Shalat Maghrib bertepatan dengan dimulainya ibadah, maka teman-teman kami yang beragama Muslim kembali ke rumah untuk melakukan ibadah sementara kami tinggal di rumah duka melanjutkan rangkaian kegiatan.
Ibadah penguburan berlangsung dalam gelap malam Desa Padang Alang yang dibantu dengan cahaya lampu dari genset. Bapak Pendeta menyampaikan Firman juga dibantu oleh senter yang sepertinya sudah mulai soak, arrgghh. Ibadah selesai dan dilanjutkan dengan jamuan makan dari keluarga yang dilaksanakan di Rumah Gudang, bangunan semacam saung beratap ilalang kering khas NTT dengan bagian atas sebagai gudang hasil panen dan bagian bawah seperti balai untuk berkumpul. Rumah Gudang ini tergolong rumah gudang yang besar di desa ini dan atapnya juga berbeda dengan rumah lainnya. Atapnya memiliki lambang berbentuk tangan dan tidak semua rumah gudang memiliki lambang tersebut.
Rumah Gudang di Padang Alang

 Makan malam di Rumah Gudang berlangsung dengan maknyus, hehehe. Keluarga menyediakan makanan ‘khusus’ dan makanan ‘umum’. Berhubung saya sudah lama tidak makan makanan ‘khusus’, jadi malam itu menjadi ajang pesta makan bagi saya, untung gak malu-maluin, hehehe. Makan malam selesai, kami pamit untuk kembali ke rumah, dengan (SEKALI LAGI) berjalan dalam kegelapan malam Padang Alang yang tanpa penerangan sedikit pun, ehh ada bintang ding. Sebenarnya acara masih lanjut dengan ‘Mete’ namun karena besok kami harus masuk kerja jadi kami gak jadi join. Mete adalah kegiatan khas NTT yaitu ajang bernyanyi dan berjoget sepanjang malam sampai subuh di rumah duka yang dilakukan oleh pemuda pemudi. Kegiatan ini dilaksanakan setelah penguburan atau selama ibadah ‘Lepas Kubur’ selesai dilaksanakan. Dan FYI, ‘Mete’ di rumah tersebut berlangsung sampai jam 5 pagi keesokan harinya. Daebak!!
So, kurang lebih seperti itulah kegiatan sehubungan dengan kedukaan di sebuah desa di Pedalaman NTT yang saya alami. Sebuah budaya yang mungkin berbeda dengan budaya saya, namun menjadi pengalaman yang luar biasa yang dapat saya alami. Saya semakin bangga bisa menjadi Puteri Bangsa ini dan semakin meyakini bahwa Indonesia itu kaya akan tradisi adat istiadat and many more.
Inilah sebagian kecil tentang desa kecil bernama Padang Alang. Tunggu kisah selanjutnya. Ciaooooo!

Padang Alang, 21 November 2017 

Amazing 2017

Natal  GMIT Jemaat Syemmah Padang Alang
31 Desember 2017
Kenapa foto pohon Natal? Karena lagi mau pamer dan karena Natal berdekatan dengan akhir tahun. Akhir tahun lagi, flashback lagi. Bagi saya flashback adalah salah satu cara yang untuk mengingat setiap kebaikan Tuhan yang sudah ku alami dalam hidupku selama 1 tahun terakhir, dari Januari-Desember. Untuk apa? Supaya Curly lebih banyak bersyukur, alih-alih mengeluh. Beberapa tahun terakhir, di momen akhir tahun saya membuat artikel di blog tentang pencapaian selama setahun (tahun lalu juga kan yah? Lupa. Gak bisa cek blog soalnya lagi di tempat yang tidak ada sinyal internet. My life nowadays.

So, 2017 ini adalah tahun yang luar biasa. Berkunjung ke beberapa kota, pindah tempat kerja, bertemu banyak orang baru, beberapa impian tercapai, and many more. Let's check it out.

  • Tahun baru di Toraja
Tahun ini saya bisa tahun baru di kampung halaman bareng keluarga, kecuali adiks yah, soalnya belum bisa libur. Tahun sebelumnya kan tahun barunya di lokasi kerja (nasib anak perantau, huhuhu). Rasanya seru banget bisa tahun baruan bareng lagi sebelum balik Kalimantan.
  • TNT 7 1000 Guru Manado
    Tim 1000 Guru Manado dan Adik-Adik SD GMIM Bahoi Minahasa Utara
Tahun ini sempat Travelling N Teaching lagi bersama teman-teman dari 1000 Guru Manado. So, for the first time Curly menginjakkan kaki di Tanah Nyiur Melambai itu. Usyalalalaaaaa,, pantainya kece, orang-orangnya lucu, gereja di mana-mana. Kota ini menambah list kota-kota di Indonesia yang bisa saya kunjungi. Adik-adik di sekolah yang kami kunjungi juga seru banget, trus rasanya semua orang Manado itu jago renang soalnya pantai di mana-mana dan katanya terumbu karangnya bagus jadi cuss snorkling & diving di travelling-nya, kalo Curly mah mantai aja sambil pake pelampung, hahaha. Selengkapnya tentang TNT 1000 Guru Manado ini bisa di lihat di sini .
  • Nonton Stand Up Tour Koko Ernest
    Bersama Koko Ernest
Tahun ini menurut saya adalah tahun yang gila dimana saya bisa mengeksplore kegilaan saya. You know, akhirnya saya bisa bertemu dengan salah satu orang Indonesia yang inspiratif menurut saya yaitu Koko Ernest Prakasa. Tahu kan? Itu loh, stand up comedy-an keturunan Cina yang matanya cuma satu (setengah tambah setengah jumlahnya satu kan? YAUDAH, SIPIT!), penulis juga, actor juga (akhirnya), direktur film (bener gak sih istilah ku) juga, film-filmnya kece (sarat makna), pokoke manusia from zero to hero deh. Nah, tahun ini dia ada Stand Up Tour dengan tema ‘1/2 Jalan’ (baca: Setengah Jalan). Karena pengen lihat Koko Ernest secara langsung plus penasaran dengan bayangan euphoria nonton dia manggung itu seperti apa (jangan-jangan selama ini dia lypsinc, ehh) maka kesempatan ini harus kumanfaatkan sebaik-baiknya. Fokusku saat itu hanya untuk cari jadwal manggungnya di kota terdekat dan yang sesuai dengan jadwal kerja, maka pilihan itu jatuh di Gedung Kesenian Balikpapan pada 22 April 2017. Satu hal yang saya suka dari manusia ini adalah istilah kegiatan yang dilakukan selalu memiliki filosofi. Tema ‘1/2 Jalan’ Tour digunakan karena Koko tahun ini sudah berumur 35 tahun yang berarti setengah dari umur manusia berdasarkan yang dituliskan di Alkitab yaitu 70 tahun. Untuk bertemu Koko, saya melakukan hal-hal yang bikin orang geleng-geleng kepala, 1) cuti 3 hari dari kerjaan untuk kabur ke Balikpapan; 2) sewa kamera DSLR 100rb/3 hari yang cuma pake lensa standar dan alhasil gak bisa di zoom (nyesel); 3) beli tiket paling mahal biar bisa duduk paling depan; 4) minta ditemenin sepupu untuk nonton bareng (maklum jomblo) yang artinya belit tiket double; 5) banyak polisi yang berjaga di pinggir jalan jadi semua penonton harus ditanyai satu-persatu; dengan segala kekonyolan itu, trus nonton dengan management panitianya yang menurut ku gak banget maka bukannya kepuasan tapi kekosongan yang kudapatkan (eeeaaaa).
Bareng Aci Resti
Ini serius. Maksudnya dengan setiap pengorbanan (gak penting) yang ku buat, trus saya hanya datang nonton dan foto, sudah. Nonsens sih. Mending kalo sempat ngobrol dan sharing bareng Koko biar saya lebih terinspirasi untuk memanfaatkan hidup yang kadang ngasal ini, hahaha. But, I Enjoy that moment (haruslah, udah keluarin duit banyak, hahaha). Faktanya,, Koko Ernest itu emang siiiiiiipittttt baaaaangettttt, matanya beneran cuma setengah (kenapa temanya bukan’1/2 Mata’ aja yah?), dan bonus berfoto bareng Aci Resti (opening act di Tour ini) yang ternyata unyu banget dan memang suaranya cempreng banget (but she proud of that).
  • Resign dari ISS
Morning Briefing with ISS Team Site Adaro Dahai
Inilah salah satu keputusan terbesar di tahun ini ketika saya memutuskan untuk mengakhiri karir bersama teman-teman di PT. ISS Indonesia khususnya Site Adaro Dahai. Rencana untuk resign itu sudah terpikirkan di awal tahun 2017. Udah mulai disinggung-singgung sama supervisor tentang pengganti ku nanti kalo resign, trus sharing tentang kuliah di UGM karna aku emang alasan mau kuliah lagi kalo resign.
Nutritionist yang sedang tinggal, akan minggat, dan akan tinggal di Site Adaro
Pokoknya kode-kode itu sudah terus berjalan supaya nantinya gak kaget pas sudah waktunya (kek orang mau lahiran aja) sampai akhirnya Surat Resign melayang di bulan Mei. Banyak yang gak percaya, pikirnya saya bercanda, hellaawww emang hidup sebercanda itu yah (eeaaeeaaeeaa), apalagi sudah ada penggantiku yang datang, malah di pikir cuma datang berkunjung, haha pliss deh (flashbacknya bikin baper ihhh).

Ibu Bapak gaul from PT. JPI as Nongki's guys dan teman Pra POP
Saat-saat perpisahan sama teman-teman kerja dan teman-teman mess di Dahai itu bener-bener menguras emosi. Gila aja menn, 2 tahun bareng dan akhirnya harus pisah. Actually ada orang yang gak peduli sih, tapi ku pikir, ngapain harus memikirkan mereka yang gak peduli sementara hanyak yang lebih peduli dan sayang sama Curly.
Three Musketeer dalam satu tindakan kriminalnya
membawa kabur mobil perusahaan demi untuk nongki
Ini perpisahan menyebalkan. Perpisahaan bareng teman kerja dan bos, perpisahan bareng teman nongki di mess, perpisahan bareng Three Musketeer yang kadang bawa lari mobil perusahaan (lari ke kota maksudnya), perpisahan bareng teman-teman Nutrisionist dan adik-adik magang, perpisahan sama supervisorku, Pak Uki, yang baik banget ituu, trus sama klient juga. Ulalaaa.
My Supervisor & My Nutritionist Partner 
Dari beberapa klient dapat wejangan tentang melanjutkan kuliah. Pokoknya banyak orang baik deh di sini. Truss dapat cinderamata dari teman-teman SOS, baiik bangeett (karena ngasih sesuatu, haha, gak ding emang baik).
Medical Team from SOS International as the best Bully Team in Dahai :)
  • Pilihan Kuliah atau tes NS
You know, tahun ini lagi mikirin lanjut kerjaan lain atau kuliah saja. Kalo kuliah tinggal ngumpulin berkas trus tes. The problem is, berkasnya gak bercanda. TOEFL belum ada jadi ambil cuti 2 hari untuk tes TOEFL di Banjarmasin. Tapi sekalian keliling kota Banjarmasin juga sih plusss nonton Film Cinderella bareng Kak Rina, nginap di Kak Rina, gereja bareng Kak Rina, ulalaaaa. How kind she is. Kak Rina ini teman volunteer di TnT 7 1000 Guru Kalsel, ketemunya pertama kali bulan Desember 2016 lalu.
Kak Rina, Penyelamat Curly selama di Kalimantan
Selain berkas TOEFL, masih ada berkas TPA yang belum ada dan tesnya itu udah mepet banget sama batas pengumpulan berkas akhir. Jadi deh lanjut kuliah gak terlaksana.

Gantinya saya tes Nusantara Sehat. Tes NS ini sebenarnya saat saya masih kerja sekitar bulan April. So, saya izin 2 hari ke Makassar untuk tes. Can you imagine, tesnya besok, saya berangkat hari ini flight pertama trus tiba di Makassar langsung singgah di rumah sakit dengan bawa-bawa ransel untuk buat surat keterangan sehat, dan ambil beberapa berkas di kantor teman. Daebak!!
PEJER, Penyelamatnya Curly selama 2 hari di Makassar
Besoknya tes dari pagi sampai sore trus hari selanjutnya flight paling pertama (yang berangkatnya ke bandara kek begal di kejar Polisi karna udah telat banget) kembali ke Banjarbaru. Yaolohh, sumpah, saya merasa jadi perempuan paling sok sibuk di Indonesia ngalahin sibuknya Mr. President. Hehe. Saya dinyatakan lolos pembekalan pada bulan September di mana saat itu saya sudah nganggur sekitar 3 bulan. Saya tes di batch 7, jadi cadangan, lalu pembekalan di Batch 8. Selama nganggur ngapain aja? Ini salah satu hal luar biasa yang terjadi.
Pasukan MotoGP yang antar Curly ke Bandara
  • Nganggur Berkualitas
    Team 1000 Guru Manado goes to Toraja (Batch 1)
Tiga bulan nganggur sambil menunggu panggilan pembekalan yang waktunya belum jelas ini rasanya gimanaaaa gitu. Mau melakukan sesuatu tapi dibatasi oleh waktu yang belum jelas. Pengen ikut kegiatan tapi khawatir nanti kegiatannya belum dimulai tapi eike sudah hengkang lagi dari kampung halaman. Trus galau-galaunya nunggu pengumuman di mana tiap hari ngecek portal NS, kek gak ada kerjaan lain aja (jiahhh!!). Tapi berkat the power of 'berserah tapi tidak menyerah', masa-masa itu berhasil juga dilalui. Nah, nganggur 3 bulan kali ini rasanya saya jadi perempuan tersibuk ke-2 di dunia setelah Ratu Elishabet (emang beliau sibuk yah?).

Tim 1000 Guru Manado & Friends goes to Toraja (Batch 2)
Karena Toraja adalah salah satu destinasi wisata yang kece banget di Indonesia (sekalian promosi yah, siapa tahu ada tim Wonderfull Indonesia yang lirik artikel eike), jadi waktu nganggur saya di kampung di manfaatkan oleh teman-teman dari berbagai belahan Nusantara yang mau nge-turis. Hasil racun sana sini, maka berhasillah tim 1000 guru Manado 2 batch berkunjung ke Toraja, baik itu yang sudah kenal maupun belum kenal, ngumpul di rumah selama 2 hari dan menghabiskan Jokka-jokka bareng guide kece (eike) dengan service mantap (Eka Travel & Tour, Eka Loundry, Eka Resto, begitu sebutan mereka).
Siswanya Jang Nini dari Pesantren di Makassar lagi Study Tour ke Toraja
Trus ada siswanya teman dari Pesantren di Makassar juga yang pengen lihat upacara kematian (Rambu Solo'). Suatu kenikmatan tersendiri ketika saya bisa memperkenalkan kampung halaman dan budayanya kepada mereka yang ingin tahu. Seru! Mamak juga happy-happy aja kedatangan 'tamu’ a.k.a tim rusuh yang bikin rumah tambah rame. Sekalian ajang pembuktian ke orang tua kalo anaknya ini di luar sana itu juga gaul dan gak salah gaul, hahaha, apacihh. Maish ada beberapa lagi yang di-guide tapi nanti kalian bosan jadi perwakilan aja yah. Dari hasil postingan nge-guide ini beberapa teman bahkan bertanya tarif saya kalo nge-guide. Ulalaaa, peluang bisnis nih. Haha.
Begini yah rasanya jadi artis?
Nganggur juga membuat saya lebih fokus menyalurkan hobi yaitu MENULIS. Walaupun abal-abal sih tapi rasanya lebih nyaman aja. Bangun pagi, setelah sarapan, saat mamak dan bapak melaksanakan rutinitasnya, saya juga mengambil posisi di teras belakang, ditemani dengan segelas kopi dan view pohon bambu, Alang, sungai, dan kandang babi di belakang rumah, perpaduan yang “Toraja Bingittsss”. Bahkan teman udah buatkan akun sendiri di webnya supaya saya bisa posting tulisan di webnya, tapi sampai sekarang pun belum sempat nyumbang tulisan, ckckck. Pergerakan lambat yah?? Eyuhhh. Beberapa Tulisan saya sudahh ada di posting di Blog ini, silahkan di cek aja, mulai dari hal yang penting sampai yang penting banget (karena semuanya yang di posting adalah penting bagi saya, kelak di kenang, scripta manent verba valant, right?)
Tim Galampang Pustaka Toraja lagi ngelapak + Birthday Surprise to Curly
Selain itu, salah satu project saya dan beberapa teman-teman se-visi akhirnya bisa terealisasi selama saya nganggur yaitu membuat komunitas baca buku gratis di Tana Toraja, maka lahirlah Galampang Pustaka Toraja. Dimana sampai saya meninggalkan Toraja, kegiatan rutinnya adalah Lapak Baca yaitu semacam Perpustakaan Jalanan yang di gelar di Pinggir Kolam Makale yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan membaca masyarakat secara gratis. Jadi kerjaan saya dan teman-teman kalo sore tuh ke Kolam Makale, bawa tas ransel berisi buku untuk di pajang di Perpustakaan Jalanan. Seru bangettt.
Volunteer ARSA Community dalam kunjungan Ibu Anita Tanjung ke Tana Toraja
Kerinduan untuk berbagi semangat dan inspirasi bagi adik-adik di pedalaman membuat saya ikut dalam kegiatan 1000 Guru dan boleh kenal dengan foundernya, Kak Jemi Ngadiono. Dari perkenalan itu, ternyata dipercayakan untuk merekrut volunteer untuk kegiatan salah satu yayasan peduli pendidikan dan kesehatan, CT ARSA Foundation, di Tana Toraja. Ini salah satu kegiatan favorit ku selama nganggur, soalnya saya bisa ceklok sekalian jalan-jalan (my fave) sekalian tahu tempat baru, trus bisa ketemu teman se-visi, ketemu tokoh inspirasi Indonesia yang luar biasa. Pokoke untungnya banyak deh. Bonus di wawancarai CNN. Hahaha. Cerita lebih lengkap tentang kegiatan CT ARSA Community di Toraja ini bisa di baca di sini dan di sono gaesss.

Saking bosannya nganggur sekian bulan, dan kebanyakan jalan-jalan nge-guide teman, saya dan beberapa teman kepikiran untuk membuat usaha jasa guide, kek open trip gitulohh. Berhubung salah satu teman sekaligus senior saya adalah seorang pajokka (tukang jalan) yang udah ke mana-mana, maka kami bertiga berinisiatif membuat jasa guide tersebut dengan nama “Sumalong Trip”. Segala sesuatu sudah kami bicarakan untuk open trip perdana kami mulai dari waktunya, tujuan wisatanya, konsumsinya, bonus perjalanan, bahkan kami sudah cek hotel dan kendaraannya. Pokoknya tinggal posting, sampai akhirnya saya dapat panggilan pembekalan NS. Walah, keknya saya tidak ditakdirkan untuk menghasilkan duit dari waktu libur yah? Hihi.
  • Diterima di NS, Pembekalan Jakarta, Penempatan Nusa Tenggara Timur
    Siswa Pelatihan di Pusdikkes Kodiklat TNI AD Jakarta Timur
September 2017 menjadi awal kakiku untuk kembali melanglang buana di salah satu titik di Indonesia yang mahaluas ini. Pembekalan Nusantara Sehat selama 40 hari di PUSDIKKES TNI AD di Kramatjati Jakarta Timur yang langsung berangkat ke lokasi penempatan di Alor, Nusa Tenggara Timur setelah Pembekalan membuat hidupku untuk kembali bersua dengan bandara. Quote andalangue, “Bandara dan Udara”.

Bersama Komandan Vera dan teman siswa
Hubungannya? Ada deh! Akhir Oktober berangkat dari Jakarta untuk mengikuti schedule serah terima di Dinkes Provinsi NTT dilanjutkan di Dinkes Kabupaten Alor yang kemudian memulai pengabdian di Puskesmas Padang alang per tanggal 01 November 2017 until now untuk 2 tahun ke depan.
NS 8 Puskesmas Padang alang dalam serah terima di Dinkes Prov NTT
NS 8 & NS 2  PKM Padang Alang di Dinkes Kab Alor
Berada di daerah terpencil tanpa sinyal internet ini rasanya gimanaaa gitu bagi saya yang selama ini menggantungkan informasi dari internet. Akhir-akhir ini saya merasa jadi manusia paling kudet karena telat dapat informasi, untungnya masih tertolong dengan adanya saluran radio salah satunya RRI Atambua.
Narsis bareng Staff Puskesmas Padang Alang
Masa-masa ini rasanya waktu berlalu begitu cepat ketika dalam waktu 2 bulan tinggal di Toraja berubah jadi tinggal di Alor, hehe. Yang udah terbiasa naik mobil kantor ke mana-mana, sekarang harus mengandalkan kaki ke mana-mana dengan wilayah kerja yang belum memungkinkan untuk menggunakan kendaraan (fasilitas juga tidak mendukung sih).
Suasana Kapal Motor rrute Kalabahi - Eibeki
Belum lagi akses dari kota kabupaten menuju lokasi kerja yang BENERAN bikin nangis dengan pilihan yang berat banget, naik ojek dengan kondisi jalan yang bikin badan pegal selama seminggu atau naik kapal motor dengan gelombang tinggi selama ½ perjalanan. Aku kudu piye?? Tapi dibalik semua itu, pemandangan yang ditawarkan gak main-main mennn. Alor ini terlalu sulit untuk diceritakan, harus lihat langsung baru puas.
Perjalanan menuju posyandu di Desa Kiraman
  • Guru Sekolah Minggu
    Curly & Anak Sekolah Minggu Jemaat Syemmah Padang Alang
Banyak hal menarik selama 2 bulan berada di penempatan, bertemu orang baru dengan masing-masing karakter, suasana baru, pemandangan kece, kebiasaan baru, adat istiadat baru, dll. Satu hal yang paling kusyukuri adalah di tempat kerja kali ini saya diberi kesempatan untuk melayani Tuhan melalui menjadi guru Sekolah Minggu.
Ibu Guru Sekolah Minggu dan PAR
dalam Perayaan Naal GMIT Jemaat Syemmah Padang Alang
Arrrggghhh, i'm so thankfull (Soalnya di tempat kerja sebelumnya, jangankan melayani di gereja, bisa ibadah hari Minggu tidak telat aja udah syukur banget). Nyanyi-nyanyi bareng anak-anak itu seru, trus lihat kelakuan mereka yang menggemaskan, usyalalaaaa. Selama bulan Desember ini saya dan Butet, sesama NS yang ngajar Sekolah Minggu juga, disibukkan dengan latihan persiapan penampilan adik Sekolah Minggu di Natal jemaat. Serulah pokoknya bersama anak-anak ini.


Well, itulah sebagian kecil keseruan hidupku selama tahun 2017 ini. Menurutku ini luar biasa banget, bahkan harus melalui malam pergantian tahun di salah satu daerah terpencil Alor itu luar biasa banget. Terlalu banyak pencapaian yang dipercayakan Tuhan dalam hidupku selama setahun ini dan melalui tulisan ini saya belajar untuk lebih bersyukur dengan hal-hal yang sudah tercapai dalam hidupku, dan lebih berusaha mencapai yang belum terlaksana.

Di penghujung tahun 2017 ini, seperti biasa, ada resolusi yang harapannya bisa tercapai di tahun depan, tapi tidak semuanya akan saya tuliskan di sini karena ada yang bersifat private dan akan tinggal di dalam lembaran Alkitabku nantinya, hehe. So, 3 resolusiku yang akan kutuliskan di sini untuk tahun 2018 nanti adalah 1) Baca buku minimal 24 pcs selama 1 tahun kedepan; 2) Memposting minimal 12 artikel alias 1 artikel sebulan selama tahun 2018; 3) Mulai edit video kehidupan ku selama penempatan di Alor sini yang selama ini sudah ada videonya tapi belum sempat di edit (sekalian nyoba nge-vlog, permintaan teman-teman eike dari ‘Berbagi Info’).

Mungkin ini postingan pertama ku di awal tahun nanti entah bulan berapa saat saya sudah dapat sinyal lagi, yang akan dilanjutkan dengan artikel lama di tahun 2017 yang belum sempat di posting. Semoga ini bukan hanya jadi wacana yah?? Doakan saja. Hehe. Dan semoga postingan ini tidak kudet nantinya saat di posting, maklum “Susah Sinyal” (Film baru Koko Ernest yang gak bisa saya nonton tahun ini, syeedihhh).

Selamat Menyambut Tahun Baru 2018. Welcome 2018, good bye 2017.



Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts