“Cur, itu apa?
“Oh, itu buku keluaran terbaru, tapi masih harus PO eh.”
“.....”
Pembicaraan pun selesai tanpa kata
“terima kasih” atau “oh, kirain apaan”. Pembicaraan seperti
ini kadang terjadi ketika berkomunikasi melalui sosial media atau aplikasi chating lainnya. Tanpa mukadimah, muncul tiba-tiba saat
membutuhkan informasi dan langsung hilang dari peredaran ketika sudah
mendapatkan informasi yang diinginkan, tanpa sepatah kata yang menujukkan ‘end of conversation’. Kadang bikin
gondok sih. Rasanya itu seperti asap knalpot yang warna hitamnya hanya bertahan
beberapa menit lalu menghilang terurai di udara tapi bau gak enaknya masih
tercium oleh orang lain disekitarnya.
Disadari atau tidak, kebiasaan
berterima kasih sudah mulai hilang dalam pergaulan kita saat sekarang ini. Menghubungi
seseorang, mendapatkan informasi, dan bye.
Jangankan berkomunikasi lebih jauh lagi, mengungkapkan dua kata itu saja tidak.
Apakah memang orang sudah terlalu sibuk, bahkan untuk berterimakasih pun seakan
sangat membuang waktu? Atau justru tidak tahu bahwa di dalam tata Bahasa
Indonesia ada sebuah kalimat yang diberi nama ‘terima kasih’? Kasihan sekali
kalau begitu, ada tapi seakan tidak ada. Sabar, mungkin kamu hanya dianggap
selembar baju kusam dipojok gudang yang gelap berdebu.
Sopan santun itu penting, sekalipun
dalam dunia sosial media, salah satunya membiasakan diri untuk mengucapkan
terima kasih. Biasakan untuk mengetik kalimat ‘t-e-r-i-m-a-k-a-s-i-h’ diakhir
pembicaraan, utamanya ketika meminta sesuatu. Tapi kan ada orang yang tidak mengungkapkan dengan kata-kata namun dengan mimic wajah dan gesture tubuh
sudah menunjukkan bahwa dia berterima kasih. Iyah, kalau bertemu langsung.
Bagaimana jika kita hanya berkomunikasi lewat chating misalnya, di mana ekspresi dan gerak tubuh tidak bisa
dimasukkan ke dalamnya? Emot? 1 emot itu bisa memiliki beribu makna, beda
pribadi beda pemikiran kan? Misalnya saja, emot melipat tangan. Mungkin ada
yang mengartikan sebagai ‘permohonan maaf’, tapi ada juga yang mengartikan itu
sebagai ‘sedang berdoa’. Salah paham lagi resikonya. Kecuali kalian sudah
saling tahu luar dalam mungkin beda lagi ceritanya, tapi bahkan orang yang
sangat dekat sekalipun masih sering salah paham kan? Tapi kan terima kasih tidak hanya diungkapkan lewat kata-kata tapi juga
bisa melalui sikap atau benda. Kalau mengucapkan terima kasih yang
sederhana saja tidak bisa (atau biasa) bagaimana mau menunjukkan sikap pada
orang lain. Barang? Trus kalo kamu selesai chating sama orang lain, mau
langsung lari-lari ke rumahnya sambil bawa barang yang mau kamu berikan sebagai
ungkapan terima kasih? Ada juga topiknya udah basi baru barangnya tiba.
Sehubungan dengan kebiasaan mengucapkan
terima kasih, saya dan beberapa teman-teman kadang saling menegur dengan cara
yang halus namun sebenarnya ngena
banget.
“Curly, kirim foto dulu.”
“Oke. Sudah.”
“.....”
“Sama-sama.”
“Oh iyah lupa, makasih. Hehehe.”
Saya beberapa kali ditegur dengan
cara seperti itu, gak enak memang. Salah tingkah dunia akhirat deh. Mana ada
sih teguran yang enak, kan? Seperti menelan obat pil yang pahit, tapi tujuannya
menyembuhkan kan? Teguran ada karena masih ada yang peduli dan ingin melihat
kita lebih baik lagi. Saya pribadi menerima itu sebagai salah satu teguran
untuk membangun kebiasaan baik saya. Karena gak mau dipermalukan lagi akhirnya
saya berusaha ingat untuk selalu berterima kasih, dan akhirnya terbiasa. Ala bisa karena biasa, seperti kata
peribahasa kan?
Menurut saya, sopan santun dalam berkomunikasi
sekalipun itu tidak bertatapan muka merupakan salah satu cara orang lain untuk
mengenali kepribadian kita (lebih akurat memang ketika bertatap muka). Entah
bagaimana jalannya namun kebiasan sopan santun yang kita lakukan akan
meninggalkan kesan yang baik bagi orang lain, sekecil apapun itu. Percaya deh,
lebih menyenangkan jika kita dikenal melalui sifat yang baik dibandingkan
materi yang banyak. Apalagi dengan adat
ketimuran yang dimiliki bangsa kita, yang dikenal dengan keramahannya, masa
iyah terima kasihnya hanya untuk bule tapi buat bangsa sendiri pelit terima
kasih, apa kata dunia?
Ketika kita menanyakan sesuatu dan
ternyata jawabannya tidak sesuai harapan karena yang ditanya juga tidak
mengetahui informasinya, apakah kita masih harus berterima kasih?
Menurut saya, iyah. Berterima kasih
bukan hanya karena kita mendapatkan apa yang kita harapkan, tapi lebih utama
berterima kasih karena orang tersebut sudah menyempatkan sekian menit waktunya
untuk membalas chating kita, karena
hal yang paling berharga adalah ketika orang lain memberikan waktunya untuk
kita, yakan? Berterima kasih karena orang tersebut mau memberikan energinya
untuk mengangkat HP, mengetik dan berpikir untuk membalas pertanyaan kita.
Siapa yang tahu bahwa dalam sekian menit waktu untuk kita itu dia meninggalkan
suatu pekerjaan yang penting baginya? Mungkin bagi kita tidak penting, tapi
bagi dia itu sangat penting hidup dan mati.
Mama saya pernah mengatakan, setiap kali kamu turun dari angkot dan
selesai memberikan ongkosnya kepada supir, ingatlah untuk selalu mengucapkan
‘terima kasih’. Kenapa saya harus
berterima kasih, sementara saya yang memberikan uang untuk dia gunakan
melanjutkan kehidupan, harusnya dia yang berterima kasih kepada saya, pikirku
saat itu. Beliau melanjutkan, sebenarnya kamu
berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan kekuatan kepada supir
tersebut sehingga kamu bisa tiba dengan selamat di tempat tujuan tanpa
kekurangan satu apapun. Plak!! Ini pipi seperti ditampar, sekali aja sih
tapi sama biksu Shaolin yang pake tenaga dalam, sakiiiitttt. Sejak saat itu
saya mulai memahami konsep berterima kasih, bahwa saya berterima kasih untuk
sesuatu yang saya dapatkan sekecil apapun itu, waktu, kehidupan, keselamatan,
informasi, dll.
Kebiasaan berterima kasih itu baik,
yang dilemparkan ungkapan itupun akan adem ayam. Mungkin orang tersebut akan
merasa tidak memberikan informasi sesuai harapanmu, namun dengan ungkapan
terima kasih, dia akan merasa lebih ‘berguna’, hehehe. So, belum terlambat kok
untuk memulai kebiasaan baik. Yakin deh, hal yang baik itu akan menghasilkan
yang baik juga. Mungkin hasilnya tidak akan langsung diterima saat itu juga, tapi
aka nada saatnya, entah itu untuk kamu atau anak cucu mu kelak.
Terima kasih itu ada, semoga tetap
dianggap, baik itu dalam bertutur secara langsung maupun tidak langsung.
0 komentar:
Posting Komentar