It may sound absurd, but don't be naive
Even heroes have the right to bleedI may be disturbed, but won't you concedeEven heroes have the right to dreamAnd it's not easy to be me
(Superman - Fight For Fighting)
Ini lagu sudah bertengger di HP saya selama beberapa bulan, setahun ada kali yah. One of my favourite song. Beberapa hari lalu saya mendengarkan lagu ini dan tiba-tiba otak ini berpikir dan meneruskan pikiran ini ke hati sehingga hati merasa bahwa lirik lagu ini koq merepresentasikan diri saya yah? Gue bangeeettt, kalo kata anak geol Jekadah. Jadilah lagu dari Fight For Fighting ini menjadi lagu pembuka setiap pagi selama seminggu belakangan. Bukan yang bagian jadi superman-superman-nya itu loh yah, tenang, saya masih rakyat biasa bukan manusia super, yang kalo dicuekin masih bisa baper.
Well, tidak mudah menjadi diriku (it's not easy to be me) judul lagu ini. Tidak mudah menjadi seorang pahlawan yang dielu-elukan orang, dimana dia dianggap sebagai orang yang tidak memiliki kekurangan tapi 'even heroes have the right to bleed, even heroes have the right to dream' (pahlawan pun bisa berdarah, pahlawan juga berhak bermimpi), yakan?
Kurang lebih itu sih yang saya pikirkan selama ini. Menjadi saya itu gak mudah. Menjadi seorang perempuan yang ditempatkan dalam raga seperti ini dan dalam kehidupan seperti ini, tidak mudah. Tidak mudah menjadi saya yang perfectsionist ini, tidak mudah punya rambut kribo, tidak mudah bekerja sebagai satu-satunya perempuan di lokasi, tidak mudah jadi orang yang gak suka makan di kaki lima, tidak mudah jadi orang yang kalo ngomong kadang menyakitkan, tidak mudah punya ayah yang keras, tidak mudah punya adek yang sok berprisip padahal childish-nya minta ampun, tidak mudah punya mama yang khawatiran yang nelponnya tiap 5 menit sekali, tidak mudah menjadi anak perempuan satu-satunya merangkap anak sulung yang harus menjadi contoh untuk adik, tidak mudah jadi orang yang menjadikan senyum kepada orang lain adalah nomor satu padahal di dalam hati banyak pergumulan yang sedang dipikirkan. Mudah gak? Ini baru sebagian kecil, belum semuanya, dan saya yakin yang baca ini udah ada yang geleng-geleng kepala dengan kehidupan seperti ini. "Gila! ngeri amat yah kehidupan lo!" (ngeri? Noh, suster ngesot yang ngeri.)
Susah yah?
Saya saja kadang menganggap bahwa menjadi 'saya' itu susah. Gimana harus menghadapi the one and only sibling, yang kalo orang lain bertanggapan bahwa dia itu cool dan lucu padahal aslinya childish dan sensitif tingkat dewa dan kepribadiannnya yang keras sekeras nasi banjar (kalo dibandingkan dengan nasi jawa sih. hehe). Can you imagine that? Dimana saya masih harus berkutat dengan kehidupan pribadi, kehidupan pekerjaan, kehidupan keluarga, dan kehidupan DIA. Complicated kan yah? Yakalii mau di cuekin, orang saudara sendiri. Orang lain yang gak ada hubungan apa-apa aja diperhatiin, masa sodara sedarah sendiri gak diperhatikan. Apa kata dunia? Untung ini rambut masih kribo yang mengindikasikan kesabaran dan kebaikan tingkat dewa masih melekat pada diriku (ini mah asli narsis yah, jangan ditiru sodara-sodara). Yaa, namanya juga punya sodara, belajar untuk memahami orang lain yang diawali dengan memahami saudara kan yah? Untung punya sodara, kalo jadi anak tunggal bayangkan flat-nya hidupmu Curly! Iya juga yah.
![]() |
Cari foto bedua susah amat sisss, gak ada yang layak upload. |
Trus gimana harus berdoa setiap kali teman-teman pengen datang ke rumah dan berharap mereka datang dengan 5S, sopan santun senyum salam sapa, (pegawai bank kali ahh), yaa tipe-tipe orang berakhlak lah kalo ketemu sama orang lain, yang mana zaman sekarang hal itu udah jarang banget. Apalagi zaman millenial sekarang yang pemudanya sudah memegang teguh paham individualis. Kebayang gak sih tiap ada teman yang mau ke rumah, dada udah dag-dig-dug duluan, jangan-jangan ada yang mau mencuri hatiku *ehhh hehe. Serius. Udah harap-harap cemas, ini orang ada akhlaknya gak sih datang ke rumah, trus kalo gak berakhlak, dapat qultum lagi deh eike. Kalo berakhlak yah selamat kamu berhasil dapat PapaMie!
Gak jarang beberapa teman yang melihat kehidupan saya dari luar berkomentar, "keluarga lu keras banget yah, ngeri ke rumah lu." Well, cuma mau ngomong bahwa, dont judge a book by its cover. Saya malah bersyukur yah dengan kehidupan yang sudah dipercayakan Pencipta kepada saya. Dengan memiliki orang tua, yang memegang tegung prinsip sopan-santun kepada orang lain adalah segalanya, saya jadi belajar untuk menghormati orang lain bahkan yang mungkin 'memiliki kondisi yang lebih di bawah' daripada saya (gak berarti orang tua lain tidak mengajarkan itu kepada anak-anaknya, tapi tiap orang punya cara yang berbeda-beda untuk mendidik kan?). Saya belajar untuk menyapa dan melemparkan senyum kepada orang lain (yang pada kenyataannya sekarang agak horor yah berbuat baik kepada semua orang, nanti di hipnotis atau di bakar hidup-hidup lagi). Saya belajar untuk tidak menilai orang hanya dari pakaian luarnya saja. Saya belajar untuk mempercayai bahwa "hidup itu seperti roda yang berputar, dimana kamu bisa berada di atas dan tidak menutup kemungkinan kamu juga bisa berada di bawah", jadi berlaku baiklah kepada tiap orang. Bisa aja kan orang yang saat ini kita pandang sebelah mata (kaukah itu Jack Sparrow?), kelak menjadi orang yang hebat while, amit-amit, kita yang berada di bawah. Who knows, right?
Menurut saya, setiap nasehat itu tujuannya baik, walaupun mungkin sebagian besar bagi kita tidak menyukai caranya. Seperti saya yang kadang menganggap setiap larangan-larangan yang dilancarkan orang tua adalah gak banget, yang sebagai seorang muda hal itu justru mematikan kreatifitas. Tapi yah berusaha aja untuk melihat positifnya bahwa orang tua saya tidak ingin anak princess-nya ini (tsahh) mengalami kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menyakiti raga dan hatinya. Owwww, bisa gak sih saya bilang ini so sweet? Tissue.. Mana Tissue?? Hehe. So, nurut aja, kan. Saya gak mau juga kali dikatain anak durhaka yang menyakiti perasaan orang tua. Atut ama hukum Taurat, hehe. Saya hanya percaya bahwa semuanya sudah di aturlah, tinggal kita berusaha aja. Namanya juga usaha kan? Ada yang gagal dan ada yang berhasil. At least udah usaha minta izin, kalo gak diizinin ya lain kali lagi pasti ada jalannya, itupun kalo dapat nasehat yang kadang saya artikan sebagai "dimarah-marahi", yah anggap aja dapat nasihat gratis. Dinasehati artinya masih di sayang, kan?
Walaupun begitu saya tidak pernah membenarkan mengusir orang dari rumah adalah benar (ini bagi siapapun yang tahu tentang kisah ini, hehe). Itulah kenapa saya selalu menekankan untuk mengambil yang positif saja dari perlakukan orang. Saya masih percaya bahwa kita adalah manusia (entahlah kalo abang menganggap saya bidadari, hehe), yang kadang khilaf dalam bersikap. So, dengan begitu setiap perlakuan orang lain terhadap kita ambil yang baik aja, lihat positifnya aja. Ada yang memukul, belajarlah untuk memahami bahwa dipukul itu sakit jadi jangan di lakukan pada sesama manusia yang lain. Ada yang menasihati tapi dengan cara membentak-bentak yang gak banget, ya lihatlah positifnya bahwa itu adalah nasehat gratis bagi kita yang caranya mungkin tidak sesuai yang kita harapkan.
Itu baru dari keluarga. Belum dari dunia pergaulan yang berpikir bahwa, CURLY itu bisa segalanya. Ajarin nyanyi, panggil Curly, sekalinya gak ada yang datang. Ngurusin komunitas, serahkan kepada Yang Mulia Ndoro Putri Curly, kita manut aja. Atau bahkan beberapa teman yang berkomentar, "Enak yah jadi kamu, nganggur aja jalan-jalan ke mana-mana."
E, helawww, ini hanya yang dunia lihat yah. Gak semua yang lu denger itu bener. Orang lihatnya eike happy jalan-jalan terus, padahal mah aslinya nge-guide orang lain menikmati kampung halaman sendiri, yang untungnya kerjaan ini masih saya sukai dan kampung halaman ini masih saya cintai (keempat setelah Tuhan, orang tua, dan kamu bang *ehh). Mau di katakan jalan-jalan tapi bukan soalnya aslinya nge-guide, mau di katakan bukan jalan-jalan tapi jalan-jalan juga soalnya sekalian refreshing, hehe rempong yah. Tahu gak sih nge-guide itu capek? Kamu harus susun itinerary mereka, maunya ke tempat yang seperti apa, harus bangun subuh banget demi untuk menuju ke 'Negeri di Atas Awan' yang sebenarnya di Batutumonga juga bisa kali, kamu harus siap menjawab semua pertanyaan turis-turismu, harus bertanggung jawab atas perjalanan mereka utamanya bertanggungjawab atas perutnya jangan sampai kelaparan di tempat yang tak ber-warung, kamu harus siap menerima kelakuan mereka yang kadang mencengangkan dunia akhirat, kamu harus siap menggantikan posisi Google Map, dan harus siap jalan kaki ke mana mereka inginkan, tapi di luar semuanya itu Curly harus tetap kece kemana-mana, hehe. Yakali turisnya kece, masa guide-nya gak kece, malu sama kampung yang udah kece duluan, hehe. Dengan kenyataan seperti itu, saya harus tetap mensyukurinya. Ini adalah cara saya untuk mengisi masa-masa pengangguran yang menggalaukan ini. Saya berusaha meng-upgrade diri untuk menggali lebih dalam lubang kubur, ehh, maksudnya menggali lebih dalam kebudayaan saya yang kaya dan kece banget ini setelah lumayan lama saya tinggalkan. Kegiatan ini justru membuat saya semakin tahu tentang kebudayaan saya yang, sekali lagi, kece banget dan semakin berusaha membuat daerah ini lebih baik dengan cara saya sendiri, yahh walaupun kemungkinan besar tidak akan dilirik utamanya oleh bapak-bapak wakil rakyat di atas sana. Yaaa, dinikmati aja shayy.
Gimana kehidupan Curly? Rempong yah? Rempong dong. But, that's life guys. Mungkin dunia hanya melihat kamu happy di balik postingan kamu yang jalan-jalan terus itu tanpa tahu bahwa di balik senyum yang melengkung di wajah setiap kali tertangkap kamera itu tersimpan begitu banyak tantangan hidup. Tapi itu jadi pilihan kamu, apakah kamu ingin dunia melihat kebahagiaan yang terpancar lewah wajahmu atau kamu malah ingin menunjukkan kisah suram hidupmu. Kalo eike, sorry yeeee, dunia cukup melihat wajah kece eike yang tersenyum semangat ini. Karena bagi saya itu adalah salah satu cara untuk menyebarkan semangat bagi orang lain. Sekalipun mungkin ingin menceritakan suramnya hidup, yaa bisa dengan cara yang lain. Masuk kamar, tutup pintu, berlutut, lipat tangan, trus curcol deh sama Bapa, hehe. Atau dengan cara menulis seperti sekarang ini. Setiap kita punya pilihan dan setiap kita punya cara masing-masing. Dan saya memilih untuk be happy.
Setelah membaca curhat colongan di atas, coba deh kamu berpikir, mampu gak menjadi 'saya'. Saya tunggu jawabannya 5 menit, selesai tidak selesai dikumpul, hehehe. Mungkin ada yang mengatakan 'iyayah, gak mudah menjadi Curly yang kece banget itu' atau mungkin ada yang mengatakan 'yaelah, gitu doang. Hidup gue masih lebih berat keleus (sambil angkat batu gunung satu tangan plus angkat kaki)'. Well, setiap kita punya permasalah hidup masing-masing yang saya yakin jika dibandingkan dengan orang lain mungkin ada yang berat dan ada yang ringan. Saya percaya bahwa tiap orang memiliki kadar beban berat yang berbeda-beda dalam hidup mereka. Ibaratnya lagi naik tangga, mungkin tinggi setiap anak tangganya sama namun orang yang melewatinya berbeda-beda. Ada orang kantoran bergaji selangit yang kerjanya kebanyakan duduk, alias jarang olahraga, melewati 100 anak tangga tapi di anak tangga ke-32 sudah merasa ngos-ngosan, tapi di waktu yang sama ada juga seorang tukang kebun bergaji pas-pasan yang lebih sering berkeringat baru ngos-ngosan di tangga ke-95.
Sama halnya dengan hidup. Ketika seorang dihadapkan pada permasalah hidup yang sama, belum tentu cara mereka memandang masalah itu juga sama. Ada yang mungkin menganggap masalah itu adalah masalah yang kecil karena sebelumnya pernah mengalami masalah yang lebih complicated dari itu, tapi ada juga yang menganggap hal itu masalah yang sangat besar karena seumur hidupnya gak pernah mengalami masalah. Ada yang mengganggap masalah itu berat banget karena lebih fokus pada masalahnya, tapi ada yang menganggap masalah itu ringan karena percaya bahwa setiap masalah ada penyelesaiannya, woles sisss. Everything is good at the end, if it's not good, then it's not the end.
Itulah kenapa saya mengatakan bahwa 'it's not easy to be me', dan saya juga meyakini bahwa 'it's not easy to be you'. Ketika, misalnya, besok pagi saya terbangun dengan raga yang tertukar dengan Luna Maya yang artis papan atas Indonesia dengan wajah cantik dan usaha yang sudah merambat kemana-mana, apakah saya yang papan penggilasan ini langsung merasa sukses menjadi artis sekaligus enterpreneur? Belum tentu. Semakin tinggi pohon, semakin banyak angin yang menggoyangkan, right? Kamu diletakkan dalam keluarga yang suka ngatur-ngatur, belum tentu kamu tahan jika bertukar posisi dengan orang lain yang karakrer keluarganya cuek, yakan? Thats why, saya tidak percaya dengan kata-kata sok menguatkan "sabar yah, saya tahu apa yang kamu rasakan." NO WAY! Atau kalimat yang mengatakan "gak usah sok menasehati deh, coba kamu yang ada di posisi saya, kamu gak tahu gimana rasanya jadi saya". Yaheyalahhhh. Lu ya lu, gue ya gue. Kita gak pernah, 100 persen, bisa merasakan menjadi orang lain, dan orang lain gak bisa merasakan menjadi diri kita.
Tapi harusnya kehadiran orang lain yang membuat kita berkata bahwa, "masalah saya belum tentu sama seperti masalahmu, entah itu masalah saya lebih berat atau masalahmu yang lebih berat, tapi kita ada di sini untuk saling menguatkan". Kita diperkenankan bertemu dengan orang yang memiliki masalah lebih berat dari permasalahn kita untuk menunjukkan bahwa, mereka yang punya masalah lebih complicated aja masih bisa hidup, kenapa saya engga. Begitu pula sebaliknya, kita diperkenankan bertemu dengan orang yang memiliki masalah lebih ringan dari kita supaya kita bisa menjadi sumber penguatan bagi dia. Yaa, sama-sama saling menguatkan lah. Jadi kita gak bisa menghakimi orang atas apa yang kita lihat dari luar dan menilainya hanya dari kulit arinya saja.
Saya masih percaya koq dengan kalimat 'semua akan indah pada waktunya'. Kita diberikan kehidupan dengan setiap permasalahannya yang sesuai dengan kemampuan kita kan? Percaya deh, tidak akan melebihi kemampuan kita. Kamu bisa menghadapi kehidupan broken home karna kamu dipercaya mampu melewatinya dan mampu menjadi berkat dalam keadaan seperti itu. Kamu di percaya punya rambut kribo karna kamu diyakini bisa menganggap itu sebagai hal yang kece dan orang lain ikutan menganggap itu kece (kribo emang kece kemana-mana sih, ups). Kamu ditempatkan di dalam keluarga berkarakter keras karena kamu dipercaya bisa menghadapinya. Saya hanya memegang teguh bahwa gak semua orang bisa mendapatkan seperti yang saya dapatkan sekarang dan itu harus saya syukuri. Hanya rasa syukur yang bisa membuat orang bahagia, kan? Apalah arti punya rambut lurus tapi gak di syukuri, ya mending saya yang punya rambut kribo tapi dibanggakan kemana-mana. Apalah arti punya sodara bersikap nice tapi gak di syukuri, mending saya yang punya sodara childish tapi masih mau belikan sepatu (ini mah Curly-nya yang matre, hehehe). intinya, apapun kondisi saat ini, bersyukurlah.
Jadi seperti ituhhhh. Kalo di pikir-pikir bisa gila kan yah? Yaheyalahhhh, tapi ngapain juga mau dipikirn, tambahin beban hidup aja. Let it flow aja sis, namanya juga hidup. Kalo kata kk Agnes Monika di iklan makanan ringan yang banyak mecinnya itu, 'life is never flat' jadi dinikmati aja shayy. Disyukurin aja. Karena it's not easy to be me dan it's not easy to be you, jadi be yourself aja yah. And just enjoy your life (dengan cara yang bertanggungjawab tentunya).
Setelah berhari-hari pantengin laptop dan lagu Superman (It's Not Easy To Be Me) mengalun dari HP, plus dari pagi sampai sore bahkan sampai malam duduk di kantor (baca: teras belakang rumah), akhirnya tulisan ini selesai juga. Hahahahahayyyyyy. Selamat membaca gaesss. Jangan lupa komen kalo ada yang mengganjal di hati yah. Jangan menyimpan 'perasaan itu' berlama-lama, ehhhh.
Menurut saya, setiap nasehat itu tujuannya baik, walaupun mungkin sebagian besar bagi kita tidak menyukai caranya. Seperti saya yang kadang menganggap setiap larangan-larangan yang dilancarkan orang tua adalah gak banget, yang sebagai seorang muda hal itu justru mematikan kreatifitas. Tapi yah berusaha aja untuk melihat positifnya bahwa orang tua saya tidak ingin anak princess-nya ini (tsahh) mengalami kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menyakiti raga dan hatinya. Owwww, bisa gak sih saya bilang ini so sweet? Tissue.. Mana Tissue?? Hehe. So, nurut aja, kan. Saya gak mau juga kali dikatain anak durhaka yang menyakiti perasaan orang tua. Atut ama hukum Taurat, hehe. Saya hanya percaya bahwa semuanya sudah di aturlah, tinggal kita berusaha aja. Namanya juga usaha kan? Ada yang gagal dan ada yang berhasil. At least udah usaha minta izin, kalo gak diizinin ya lain kali lagi pasti ada jalannya, itupun kalo dapat nasehat yang kadang saya artikan sebagai "dimarah-marahi", yah anggap aja dapat nasihat gratis. Dinasehati artinya masih di sayang, kan?
Walaupun begitu saya tidak pernah membenarkan mengusir orang dari rumah adalah benar (ini bagi siapapun yang tahu tentang kisah ini, hehe). Itulah kenapa saya selalu menekankan untuk mengambil yang positif saja dari perlakukan orang. Saya masih percaya bahwa kita adalah manusia (entahlah kalo abang menganggap saya bidadari, hehe), yang kadang khilaf dalam bersikap. So, dengan begitu setiap perlakuan orang lain terhadap kita ambil yang baik aja, lihat positifnya aja. Ada yang memukul, belajarlah untuk memahami bahwa dipukul itu sakit jadi jangan di lakukan pada sesama manusia yang lain. Ada yang menasihati tapi dengan cara membentak-bentak yang gak banget, ya lihatlah positifnya bahwa itu adalah nasehat gratis bagi kita yang caranya mungkin tidak sesuai yang kita harapkan.
Itu baru dari keluarga. Belum dari dunia pergaulan yang berpikir bahwa, CURLY itu bisa segalanya. Ajarin nyanyi, panggil Curly, sekalinya gak ada yang datang. Ngurusin komunitas, serahkan kepada Yang Mulia Ndoro Putri Curly, kita manut aja. Atau bahkan beberapa teman yang berkomentar, "Enak yah jadi kamu, nganggur aja jalan-jalan ke mana-mana."
E, helawww, ini hanya yang dunia lihat yah. Gak semua yang lu denger itu bener. Orang lihatnya eike happy jalan-jalan terus, padahal mah aslinya nge-guide orang lain menikmati kampung halaman sendiri, yang untungnya kerjaan ini masih saya sukai dan kampung halaman ini masih saya cintai (keempat setelah Tuhan, orang tua, dan kamu bang *ehh). Mau di katakan jalan-jalan tapi bukan soalnya aslinya nge-guide, mau di katakan bukan jalan-jalan tapi jalan-jalan juga soalnya sekalian refreshing, hehe rempong yah. Tahu gak sih nge-guide itu capek? Kamu harus susun itinerary mereka, maunya ke tempat yang seperti apa, harus bangun subuh banget demi untuk menuju ke 'Negeri di Atas Awan' yang sebenarnya di Batutumonga juga bisa kali, kamu harus siap menjawab semua pertanyaan turis-turismu, harus bertanggung jawab atas perjalanan mereka utamanya bertanggungjawab atas perutnya jangan sampai kelaparan di tempat yang tak ber-warung, kamu harus siap menerima kelakuan mereka yang kadang mencengangkan dunia akhirat, kamu harus siap menggantikan posisi Google Map, dan harus siap jalan kaki ke mana mereka inginkan, tapi di luar semuanya itu Curly harus tetap kece kemana-mana, hehe. Yakali turisnya kece, masa guide-nya gak kece, malu sama kampung yang udah kece duluan, hehe. Dengan kenyataan seperti itu, saya harus tetap mensyukurinya. Ini adalah cara saya untuk mengisi masa-masa pengangguran yang menggalaukan ini. Saya berusaha meng-upgrade diri untuk menggali lebih dalam lubang kubur, ehh, maksudnya menggali lebih dalam kebudayaan saya yang kaya dan kece banget ini setelah lumayan lama saya tinggalkan. Kegiatan ini justru membuat saya semakin tahu tentang kebudayaan saya yang, sekali lagi, kece banget dan semakin berusaha membuat daerah ini lebih baik dengan cara saya sendiri, yahh walaupun kemungkinan besar tidak akan dilirik utamanya oleh bapak-bapak wakil rakyat di atas sana. Yaaa, dinikmati aja shayy.
Katanya jalan-jalan, padahal.... |
Gimana kehidupan Curly? Rempong yah? Rempong dong. But, that's life guys. Mungkin dunia hanya melihat kamu happy di balik postingan kamu yang jalan-jalan terus itu tanpa tahu bahwa di balik senyum yang melengkung di wajah setiap kali tertangkap kamera itu tersimpan begitu banyak tantangan hidup. Tapi itu jadi pilihan kamu, apakah kamu ingin dunia melihat kebahagiaan yang terpancar lewah wajahmu atau kamu malah ingin menunjukkan kisah suram hidupmu. Kalo eike, sorry yeeee, dunia cukup melihat wajah kece eike yang tersenyum semangat ini. Karena bagi saya itu adalah salah satu cara untuk menyebarkan semangat bagi orang lain. Sekalipun mungkin ingin menceritakan suramnya hidup, yaa bisa dengan cara yang lain. Masuk kamar, tutup pintu, berlutut, lipat tangan, trus curcol deh sama Bapa, hehe. Atau dengan cara menulis seperti sekarang ini. Setiap kita punya pilihan dan setiap kita punya cara masing-masing. Dan saya memilih untuk be happy.
Setelah membaca curhat colongan di atas, coba deh kamu berpikir, mampu gak menjadi 'saya'. Saya tunggu jawabannya 5 menit, selesai tidak selesai dikumpul, hehehe. Mungkin ada yang mengatakan 'iyayah, gak mudah menjadi Curly yang kece banget itu' atau mungkin ada yang mengatakan 'yaelah, gitu doang. Hidup gue masih lebih berat keleus (sambil angkat batu gunung satu tangan plus angkat kaki)'. Well, setiap kita punya permasalah hidup masing-masing yang saya yakin jika dibandingkan dengan orang lain mungkin ada yang berat dan ada yang ringan. Saya percaya bahwa tiap orang memiliki kadar beban berat yang berbeda-beda dalam hidup mereka. Ibaratnya lagi naik tangga, mungkin tinggi setiap anak tangganya sama namun orang yang melewatinya berbeda-beda. Ada orang kantoran bergaji selangit yang kerjanya kebanyakan duduk, alias jarang olahraga, melewati 100 anak tangga tapi di anak tangga ke-32 sudah merasa ngos-ngosan, tapi di waktu yang sama ada juga seorang tukang kebun bergaji pas-pasan yang lebih sering berkeringat baru ngos-ngosan di tangga ke-95.
Jalanan yang kamu lalui securam apa? |
Sama halnya dengan hidup. Ketika seorang dihadapkan pada permasalah hidup yang sama, belum tentu cara mereka memandang masalah itu juga sama. Ada yang mungkin menganggap masalah itu adalah masalah yang kecil karena sebelumnya pernah mengalami masalah yang lebih complicated dari itu, tapi ada juga yang menganggap hal itu masalah yang sangat besar karena seumur hidupnya gak pernah mengalami masalah. Ada yang mengganggap masalah itu berat banget karena lebih fokus pada masalahnya, tapi ada yang menganggap masalah itu ringan karena percaya bahwa setiap masalah ada penyelesaiannya, woles sisss. Everything is good at the end, if it's not good, then it's not the end.
Itulah kenapa saya mengatakan bahwa 'it's not easy to be me', dan saya juga meyakini bahwa 'it's not easy to be you'. Ketika, misalnya, besok pagi saya terbangun dengan raga yang tertukar dengan Luna Maya yang artis papan atas Indonesia dengan wajah cantik dan usaha yang sudah merambat kemana-mana, apakah saya yang papan penggilasan ini langsung merasa sukses menjadi artis sekaligus enterpreneur? Belum tentu. Semakin tinggi pohon, semakin banyak angin yang menggoyangkan, right? Kamu diletakkan dalam keluarga yang suka ngatur-ngatur, belum tentu kamu tahan jika bertukar posisi dengan orang lain yang karakrer keluarganya cuek, yakan? Thats why, saya tidak percaya dengan kata-kata sok menguatkan "sabar yah, saya tahu apa yang kamu rasakan." NO WAY! Atau kalimat yang mengatakan "gak usah sok menasehati deh, coba kamu yang ada di posisi saya, kamu gak tahu gimana rasanya jadi saya". Yaheyalahhhh. Lu ya lu, gue ya gue. Kita gak pernah, 100 persen, bisa merasakan menjadi orang lain, dan orang lain gak bisa merasakan menjadi diri kita.
Tapi harusnya kehadiran orang lain yang membuat kita berkata bahwa, "masalah saya belum tentu sama seperti masalahmu, entah itu masalah saya lebih berat atau masalahmu yang lebih berat, tapi kita ada di sini untuk saling menguatkan". Kita diperkenankan bertemu dengan orang yang memiliki masalah lebih berat dari permasalahn kita untuk menunjukkan bahwa, mereka yang punya masalah lebih complicated aja masih bisa hidup, kenapa saya engga. Begitu pula sebaliknya, kita diperkenankan bertemu dengan orang yang memiliki masalah lebih ringan dari kita supaya kita bisa menjadi sumber penguatan bagi dia. Yaa, sama-sama saling menguatkan lah. Jadi kita gak bisa menghakimi orang atas apa yang kita lihat dari luar dan menilainya hanya dari kulit arinya saja.
Saya masih percaya koq dengan kalimat 'semua akan indah pada waktunya'. Kita diberikan kehidupan dengan setiap permasalahannya yang sesuai dengan kemampuan kita kan? Percaya deh, tidak akan melebihi kemampuan kita. Kamu bisa menghadapi kehidupan broken home karna kamu dipercaya mampu melewatinya dan mampu menjadi berkat dalam keadaan seperti itu. Kamu di percaya punya rambut kribo karna kamu diyakini bisa menganggap itu sebagai hal yang kece dan orang lain ikutan menganggap itu kece (kribo emang kece kemana-mana sih, ups). Kamu ditempatkan di dalam keluarga berkarakter keras karena kamu dipercaya bisa menghadapinya. Saya hanya memegang teguh bahwa gak semua orang bisa mendapatkan seperti yang saya dapatkan sekarang dan itu harus saya syukuri. Hanya rasa syukur yang bisa membuat orang bahagia, kan? Apalah arti punya rambut lurus tapi gak di syukuri, ya mending saya yang punya rambut kribo tapi dibanggakan kemana-mana. Apalah arti punya sodara bersikap nice tapi gak di syukuri, mending saya yang punya sodara childish tapi masih mau belikan sepatu (ini mah Curly-nya yang matre, hehehe). intinya, apapun kondisi saat ini, bersyukurlah.
Jadi seperti ituhhhh. Kalo di pikir-pikir bisa gila kan yah? Yaheyalahhhh, tapi ngapain juga mau dipikirn, tambahin beban hidup aja. Let it flow aja sis, namanya juga hidup. Kalo kata kk Agnes Monika di iklan makanan ringan yang banyak mecinnya itu, 'life is never flat' jadi dinikmati aja shayy. Disyukurin aja. Karena it's not easy to be me dan it's not easy to be you, jadi be yourself aja yah. And just enjoy your life (dengan cara yang bertanggungjawab tentunya).
Setelah berhari-hari pantengin laptop dan lagu Superman (It's Not Easy To Be Me) mengalun dari HP, plus dari pagi sampai sore bahkan sampai malam duduk di kantor (baca: teras belakang rumah), akhirnya tulisan ini selesai juga. Hahahahahayyyyyy. Selamat membaca gaesss. Jangan lupa komen kalo ada yang mengganjal di hati yah. Jangan menyimpan 'perasaan itu' berlama-lama, ehhhh.
0 komentar:
Posting Komentar