Senin, 03 Juli 2017

Ngopi Berkualitas di JAKKofie

Kak Mika (Owner JAKKofie) - Curly - Kak Eki (Owner Kelana Street Coffee)

Minum kopi adalah salah satu kesukaan saya sejak beberapa tahun lalu. Mencoba kopi di berbagai Warung Kopi sudah beberapa kali saya lakukan, entah itu untuk ngobrol tentang kopi, ingin tahu tentang kopi, mencari wifi, atau hanya sekadar nongkrong. Namun lebih sering, saya bertanya tentang kopi kepada baristanya apalagi kalo dari hasil mukadimah, baristanya mumpuni. Hehehe.
Seperti sore ini, saya di ajak oleh Kak Nova ke salah satu kedai kopi di Jl. Monginsidi Rantepao untuk menikmati kopinya yang katanya enak. Sbenarnya, bagi saya kopi itu enak berdasarkan setiap orang yang menikmatinya, bukan berdasarkan siapa yang membuatnya, walaupun memang tidak bisa dipungkiri jika si pembuat kopi juga memiliki peran. Nama kedai kopinya adalah JAKKofie. Pemiliknya, Kak Mika,  ramah dan memiliki pengetahuan yang baik tentang kopi (sejauh ini menurut pengalaman saya dengan beberapa orang barista yang buta akan kopi). 
Kopi Arabika Gandang Batu

Sebagai orang yang belum terlalu tahu akan kopi dan ingin tahu, maka saya bertanya kepada Kak Mika tentang kopi. Intinya saya selalu bertanya kepada setiap barista yang saya temui tentang kopi dan membandingkan jawaban mereka masing-masing. What a great conversation about coffee, apalagi hari ini saya minum kopi Arabika Gandang Batu dengan metode V60. Kak Mika juga mengeluarkan salah satu koleksinya yaitu Green Bean Robusta Tana Malia. Saya selalu senang menerima hal-hal baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Thats why, I am so excited.
Green Bean Kopi Robusta Tana Malia

Selain Kak Mika, kebetulan ada seorang barista lagi di kedai ini yaitu Kak Eki, pemiliki Kelana Street Coffee. Beliau adalah seorang darah campuran (Toraja-Bali) yang sekarang ini sedang menjalani bisnis kopinya di Toraja (lebih tepatnya di Lapangan Bakti). 
Rasa penasarannya akan kopi Toraja membawanya ke Toraja untuk melakukan penelitian tentang kopi di mata kuliah akhirnya semasa kuliah dulu. Kemudian, berniat melakukan pengembangan kopi di Toraja karena melihat kenyataan bahwa masyarakat Toraja sendiri tidak memiliki rasa cinta akan produk lokal mereka sendiri. Selain itu, parariwisata Toraja yang sudah mulai menurun menjadi salah satu alasan beliau ingin berada di Toraja.
Metode V60

Sepanjang nongkrong tadi, kami ngobrol begitu banyak hal, dari beda Bali & Toraja dari segi pariwisata, kenapa anak muda Toraja tidak cinta dengan budayanya, pandangan orang Bali mengenai pendidikan, perkembangan pariwisata di Toraja, arah pelajar Toraja ke depan, dan berbagai hal sampai kami juga membahas sedikit mengenai kopi.
Bagi saya pribadi hal ini sangat menarik karena banyak hal-hal positif yang saya dapatkan dari pembicaraan ini, salah satunya motivasi untuk menjadi enterpreneur. Banyak inspirasi yang saya dapatkan di sini.
Melalui pembicaraan ini, saya berharap kedai kopi benar-benar dijadikan salah satu sarana untuk membicarakan hal-hal yang positif, bertujuan membangun, dan betul-betul ngobrol. Dan semoga kopi Toraja bisa dicintai oleh masyarakatnya sendiri, utamanya anak mudanya.
So, anak-anak Toraja, masih tidak mau tahu tentang kopi? think twice!

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts