Minggu, 18 Juni 2017

Eaa For Indonesia

Jadi suporter yang gak teriak2 di stadion itu rasanya gimanaaaa gitu.
Nonton dengan mulut terkunci, sekalinya pengen teriak harus diminimalisir suaranya karena sudah malam dan isi rumah sudah tepar, deg degan sendiri nonton jalannya permainan untuk mengumpulkan angka demi angka.
Namanya suporter Indonesia yah?
Semua harapan agar angka di dapatkan oleh Indonesia tentunya.
Dan ungkapam "aarrgghhh" ketika point didapatkan oleh lawan.
Perpaduan antara tidak bisa teriak dan tidak bisa saling komen sesama penonton itu rasanya gemeeesssss maksimal.
Jadilah salah satu pelarian yah ngetweet aja. 😂😂

Suporter.
Pendapat saya pribadi, peran supprter itu luar biasa. Apalagi yang nonton langsung yah. Mereka menjadi salah satu pembakar semangat bagi kawan sekaligus menjadi pemadam semangat bagi lawan dalam gedung tersebut. Ketika yang didukung ketinggalan angka, suporter menyemangati. Ketika yg didukung mendapatkan angka, mereka bersorak. Ketika yg didukung gagal mendapatkan angka, mereka? Oke fine, pasti ada rasa kecewa dong, hanya rasanya perasaan itu harus di pendam agar tidak menjatuhkan mental yg didukung. Luar biasa yah peran supporter. 😂😂
Rasanya atmosfirnya luar biasa.
Thats why I really wanna feel that!!

Yg nonton di rumah? Ya sudah, ngetweet ajah. 😂😂

"eaa,, eaa,, eeaaaaaa!!"

Sabtu, 17 Juni 2017

Pandji Pragiwaksono #JawabDi18


Pandji Pragiwaksono.

Nama itu sudah mulai mengambil tempat dalam hati dan otak saya beberapa tahun belakangan ini, entah itu stand up comedy-nya yang menjadi list tontonanku ataupun tulisannya yang menjadi list lahapan ku. Bisa jadi saya sudah mulai menjadikannya sebagai idola. Sebagai seseorang yang jarang mengidolakan public figure, hal ini menjadi hal yang menarik untuk saya bahas. 

Saya gak tahu asal usul orang ini dari mana, daerah apa, suku apa, yang saya tahu dia adalah seorang Indonesia karena pertama saya melihatnya di panggung standup comedy dia menyampaikan materinya dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Sebenarnya saya gak mau repot-repot untuk mencari tahu latar belakang kehidupan pribadinya, seperti saya yang gak suka ketika ada yang bertanya mengenai latar belakang saya saat berkenalan dengan orang baru. 
"Emang penting yah menanyakan 'kamu agama apa?' ketika berkenalan dengan orang baru?" begitu pikir ku. Dan nyatanya memang selama ini pertanyaan tentang kehidupan pribadi yang muncul, bukan mengenai hasil kerja yang sudah di buat (koq ini jadi curcol yah?).

Tapi ketika membuat tulisan ini saya sempatkan untuk membuka profil Bang Pandji di Wikipedia yang ternyata tidak terlalu banyak memuat berita tentangnya, selain daripada karya yang dia hasilkan. Yaa, biar kesannya ada sedikit usaha untuk tahu tentang orang yang akan saya tuliskan ini.
Selanjutnya saya akan menyebut orang ini dengan sebutan 'Bang Pandji' yah (entahlah dia ada keturunan Batak atau tidak sehingga disebut Bang, yang jelas di twitter di sering di panggil seperti itu, biar agak sopan dikit kesannya, hehe.).

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya mengenai ketidaktahuan saya tentang kehidupan pribadi Bang Pandji, karena saya bukan tipe orang yang mau tahu tentang kehidupan pribadi orang yang tidak saya kenal, utamanya public figure. Itupun kalau ada yang saya ikuti di sosmed yaa alasannya karena mereka memamerkan anak-anak mereka yang unyu-unyu, dan saya suka sekali anak-anak. (Belakangan ini saja akhirnya saya sudah mengikuti beberapa artis bahkan akun Lambe Turah pun tidak terlewatkan). Tidak jarang juga sebenarnya saya jadi tahu tentang public figure karena karya-karya yang mereka hasilkan, salah satunya Koko Ernest (temannya Bang Pandji itu loh) yang IG.nya ku follow karena kedua anaknya yang unyu-unyu dan karena karyanya yang juga saya suka. Tapi saya tidak akan membahas Koko Ernest (salah satu idolaku) di sini karena tidak ingin mendua hati dalam membuat tulisan ini yang (sekiranya mungkin nantinya) akan dibaca oleh Bang Pandji, karena kesannya seakan membandingkan mereka berdua (karena dibanding-bandingin itu gak enak). Ngomong-ngomong soal IG, ternyata sampai detik saya membuat tulisan ini, saya belum mengikuti akun IG orang yang sedang saya bicarakan di sini, pantas saja gak pernah update tentang Bang Pandji di IG, selama ini ternyata saya hanya mengikutinya di Twitter, hehehe. 
Ini kenapa saya jadi seperti sedang laporan yah?

Intinya adalah saya mengikuti beberapa public figure karena karya yang mereka hasilkan dan menjadi salah satu harapan saya pribadi untuk dikenal orang lain bukan saya anak siapa, saya dari mana, saya agama apa tapi lebih kepada apa yang sudah saya kerjakan. 

Saya mulai mengikuti karya-karya Bang Pandji melalui Standup Comedy yang dia bawakan, saya lupa tepatnya kapan. Saya termasuk penikmat Standup Comedy sejak awal ditayangkan di Metro TV saat itu, yang tayangnya tengah malah itu loh (untuk kami yang barada di WITA). Materi yang disampaikan oleh para komika cukup beragam bahkan dari berbagai lini kehidupan, pemerintah pun tidak jarang disinggung dalam Standup mereka. Begitu banyak komika yang saya dengarkan dalam membawakan materinya sampai saya lupa kapan mulai menyaksikan Bang Pandji membawakan Stand up. Sepertinya saya menonton potongan-potongan Standup Tour Bang Pandji pada saat itu di akun Youtubenya. Kesan pertama yang saya dapatkan, menarik.

Begitu beragam cara komika menyampaikan materinya, namun materi yang dibawakan oleh Bang Pandji bagi saya pribadi lebih berisi. Kalau komika lain dapat membuat saya tertawa, Bang Pandji sukses membuat saya tertawa, tertampar, terispirasi, dan termotivasi. Sejak saat itu saya mulai menaruh perhatian lebih pada tayangan Stand Up Comedy yang di sampaikan Bang Pandji dengan menonton dari Youtube. Salah satu Stand Up Comedy Tour yang membekas dan membuat saya menikmati karya Bang Pandji adalah Mesakke Bangsaku. Sejak saat itu saya memiliki kerinduan untuk bisa menyaksikan langsung pertunjukan Bang Pandji, pada saat itu saya masih kuliah. Pengen beli DVDnya namun kondisi yang masih kuliah dan membeli barang seperti DVD masih belum masuk dalam prioritas saya pada saat itu, apalagi saya juga tidak punya DVD, hehe. Hal itu terus menjadi harapan dan mimpi sampai saat ini. 

Beberapa tahun setelah itu, ketika saya sudah bekerja tepatnya tahun 2016, Bang Pandji membuat Stand Up Comedy Tour. Namun saya belum berkesempatan untuk menonton secara langsung dikarenakan jarak antara lokasi kerja dan lokasi Stand Up Comedy Tour yang terpisah pulau , jadi dari segi finansial lumayan memberatkan. Yahhhhhhh, sedih. Kembali lagi hanya bisa menikmati potongan Stand Up Comedy Bang Pandji di youtube, sampai akhirnya saya menemukan lapak Bang Pandji yaitu YSWDNShop dan pengen beli bukunya.

Akhirnya saya meniatkan untuk beli buku Bang Pandji yang berjudul Berani Mengubah, Menemukan Indonesia, dan Juru Bicara. Pada saat itu saya juga pengen Nasional.Is.Me & Merdeka Dalam Bercanda tapi ternyata stocknya sudah habis, baik itu di penerbit ataupun di lapak Bang Pandji. Yasudah yang ada aja dulu, lagian duitnya baru cukup untuk 3 buku itu sih, hehe. Sekarang kumpulin duit lagi untuk Indipreneur.



Sebenarnya ketiga buku yang saya beli itu tidak langsung dibaca karena masih sibuk ngurusin pekerjaan pada saat itu. Setelah resign dan memiliki waktu kosong untuk membaca, akhirnya bisa di lahap juga, dan rasanya lebih tenang bacanya ketika lagi di rumah, ongkang-ongkang kaki, dan gak mikirin kerjaan. I mean, waktu untuk mentransfer isi buku ke otakku yang IQ jongkok ini lebih mudah, ada juga yah untungnya jadi pengangguran, hehe.

Ada kebiasaan saya setiap kalo selesai melahap sebuah buku yang sangat membekas di otak saya, yaitu sebisa mungkin mempostingnya di IG dengan sedikit gambaran tentang isi bukunya dan alasan untuk membaca buku tersebut. Saya memiliki kerinduan agar generasi ini memanfaat waktunya untuk membaca dan rasanya buku kece ini sangat sayang untuk di lewatkan. Bahkan tidak jarang teman saya komentar ketika saya memposting buku ini, "Junjungan mu yah?"

Berikut postingan saya tentang beberapa buku Bang Pandji di IG:



Mengapa saya menyukai karya Bang Pandji?
1. Karyanya antimainstream. Ketika yang lain ngelawak dengan rombongan, dia mencoba ngelawak secara tunggal melalui Stand Up Comedy yang menyamapaikan aspirasi dengan cara yang cerdas. Ketika yang lain sudah melakukan Stand Up Comedy, materinya di bawakan Bang Pandji tetap berada dalam peringkat paling atas dari segi bobotnya. Lucu juga berisi
2. Karyanya yang berupa tulisan ataupun materi Stand Up mengangkat masalah yang sebenarnya berat namun berhasil disajikan dengan cara yang mudah untuk di cerna utamanya semacam IQ jongkok ini.
3. Hal-hal yang dibicarakan berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan, yang menunjukkan bahwa Bang Pandji adalah salah satu komika cerdas yang menjadikan buku sebagai teman.
4. Selalu ada motivasi dan inspirasi yang disampaikan dalam karyanya dan tiap kali selesai membaca bukunya selalu saja ada semangat untuk kembali mengerjakan hal-hal yang tidak menjadi perhatian kita selama ini. Sebagai contoh, setelah membaca buku-buku Bang Pandji, saya mulai bangkit melawan kemalasan itu dan menuliskan isi kepala saya di dalam blog ini

Menjadi public figure artinya akan menjadi pusat perhatian sehingga hal yang dilakukan pasti ada yang pro dan kontra di dalamnya. Beberapa kali Pandji di cibir di sosial media terkait dengan perkataan yang dia ungkapkan, ataupun berhubungan dengan pilihan yang dia ambil. Salah satu yang paling saya ingat adalah ketika dia memutuskan untuk menjadi juru bicara salah satu paslon Gubernur DKI kemarin. Jujur keputusan itu berseberangan dengan harapan saya. Tidak sedikit juga orang sekitar saya yang tidak sependapat dengan pilihan Bang Pandji. Bahkan ada yang ngomong, "Koq Pandji jadi jubirnya orang itu sih? Idola mu kan itu Ka?"

Okeee, galau yah? Hehehe. Bang Pandji bukan satu-satunya idola saya yang pernah kontroversi dan di bully netizen (salah satunya Koko Ernest terkait postingannya tentang Zakir Naik pada saat itu). Saya pribadi berpendapat bahwa setiap orang punya hak untuk menentukan pilihannya. Dia berhak untuk memilih melakukan apapun atau mengatakan apapun. Karena MEREKA SENDIRI yang akan mempertanggungjawabkan setiap pilihan yang mereka ambil. 

Hubungannya dengan saya? Tidak ada, terutama hal yang negatif tersebut. Karena saya hanya ingin mengikuti hal-hal yang menurut saya positif. Saya berhak untuk mengambil hal positif saja dari seseorang dan tidak mengikuti hal-hal yang negatif. Yaaaaa, resiko mengidolakan manusia adalah kita tidak akan mendapatkan kesempurnaan di dalamnya kan? Mau sempurna? Idolakan Tuhan. Simple

Akhirnya bisa menulis tentang Bang Pandji juga yah. Beberapa hal yang meletarbelakangi tulisan ini adalah:
1. Tidak ada teman ngobrol tentang orang ini dan karyanya karena sebagian besar orang di sekeliling saya tidak menaruh perhatian pada orang ini. Menulis adalah satu-satunya sarana bagi saya untuk mengungkapkan apa yang ada di otak saya namun kemalasan adalah salah satu penghalanganya. 
2. Karena pengen ikutan #BalasDi18 yang di buat Bang Pandji, lumayan iming-iming Lomboknya, walaupun sebenarnya saya pengennya ketemu dan bicara langsung aja ke Bang Pandji, sekalian menanyakan hal-hal yang masuk dalam Daftar Pertanyaan untuk Pandji.

Demikian tentang Bang Pandji Pragiwaksono dan karyanya. 
Semoga tetap menginspirasi dan memotivasi.

Selasa, 13 Juni 2017

Toleransi Masih Ada

Malam ini saya percaya dengan namanya toleransi.
Gereja kami di Toraja bisa dikatakan berdampingan dengan mesjid, hanya berjarak beberapa meter di depan pintu gereja.
Malam ini kami sedang latihan paduan suara di gereja untuk persiapan lomba bulan Juli nanti. Kami latihan dari pukul 18.00 - 21.00.
Bisa anda bayangkan bagaimana suara adzan terdengar sementara kami latihan, dan bagaimana suara kami terdengar saat umat Muslim shalat di mesjid.
Sebenarnya saya masih belum merasakan toleransi di sini dengan keadaan itu sampai kami pulang dari gereja pukul 21.00.
Kami pemuda gereja pulang dengan saling bonceng menggunakan motor dan selayaknya biasa jika kami berpisah pasti dengan kehebohan luar biasa. 
Itu yang terjadi sampai motor yang kami gunakan hampir melewati mesjid dan motor paling depan mengatakan “suuuttt”.
Pada saat itu ternyata sedang berlangsung shalat Tarawih di mesjid.
Kami pun langsung diam, bahkan teman yang membonceng saya saat itu mengatakan, “aduh. motorku gak bisa dimatikan ini mesinnya.”
Pada saat itu saya merasa terharu dan merinding melihat kenyataan bahwa TOLERANSI MASIH ADA.

Selamat Malam Gadis Egois

Gadis itu memegang HP sambil memandang kontak WA sahabatnya dengan penuh kekesalan.

Chating terakhirnya tentang bukunya yang ia tanyakan sehari sebelumnya hanya menyisakan 2 tanda centang berwarna biru

Read

Dengan kalimat sedikit marah si gadis itu kembali mengirimkan pesan mengenai bukunya.

Si sahabat membalas pesan itu yang menurut si gadis dibalas dengan kalimat menantang.

Si gadis berpikir, "mengapa aku yang seakan bersalah dengan menanyakan keberadaan barang milikku yang sudah berkali-kali kuingatkan? Salahkah jika aku meminta barangku dikembalikan karena memang aku berencana untuk membuat sesuatu dengan barang itu. Apalagi bukunya sudah selesai di baca. Apa lagi halangannya?"

Emosinya semakin memuncak ketika si sahabat merendahkan dirinya dengan mengungkapkan kelemahannya yang menjadi alasan dia belum mengembalikan barangnya.

Logika si gadis tidak mau dikalah dengan alasan si sahabat sehingga semakin keraslah ia menumpahkan kekesalannya.

Egoisnya meningkat melihat tidak ada kata maaf dari si sahabat lantas meminta alamat untuk dikirimkan dari lokasi kerjanya yang jauh.

Matanya mulai basah dan air mata tidak bisa dibendung lagi.

Si gadis merasa seakan diserang, complicated.

Dia sedih.

Di satu sisi dia membutuhkan buku itu sehingga dia selalu mengingatkan untuk dikembalikan yang membuatnya malah seakan disalahkan.

Di sisi lain, dia tidak mau bertengkar apalagi hanya gara-gara buku yang telat dikembalikan. 



Si gadis tidak ingin bukunya dikirim dari lokasi kerja si sahabat karena dia tahu ongkos kirim lebih mahal dari harga barangnya, dia hanya ingin kepastian bukunya itu, baik-baik saja kah.

Egois sekali rupanya gadis ini.



Si gadis egois ini sebenarnya khawatir dengan kondisi bukunya.
Entahlah, akhir-akhir ini si gadis seakan terlalu protektif dengan salah satu benda kesayangannya yang dia dapatkan dari hasil keringatnya.

Tidak ingin lecet apalagi hilang.

Egois memang.

Sebuah benda sudah membutakan matanya dengan ikatan persahabatan.



Pada akhirnya dia malu dengan sikap egoisnya itu.

Tapi sedikit lega karena sudah berhasil mengungkapkan perasaannya terhadap sesuatu.

Sisanya akan dia jadikan sebagai pelajaran hidupnya.




Selamat malam gadis egois.

DILEMA CURLY

Dilema
Kenapa gambar di atas? karena itu adalah gaya Cherrybelle di lagu Dilema, kan? iya sepertinya.
Kenapa dilema?


Curly itu suka menulis
Tapi kelemahannya adalah malas
Terus kalo udah berhadapan dengan laptop biasanya langsung ngantuk
Belum lagi kalo di samping laptop ada HP yang notifikasinya diaktifkan, kadang obrolan di grup memang lebih menarik dibanding tuts keyboard laptop sih
Belum lagi kalo bingung mau nulis yang mana
Kadang listnya sudah ada tapi idenya gak ada,
kadang idenya ada tapi karena malas jadi gak di buat, sekalinya mau di buat idenya sudah hilang
Satu lagi yang jadi gangguan, kadang galau dan dilema antara mau menulis atau malah mau baca buku
Ya ampuuunnnnn, godaannya.

Ini tuh kek orang lagi puasa tapi lalu lalang di dapur rumah makan favoritenya, godaannya luar biasa bangeettttt.

Tapi akhir-akhir ini semangat menulis lagi datang berkat baca bukunya Bang Pandji yang memang sukses memotivasi banget. So, saya belajar untuk membuat tulisan yang menginspirasi orang lain. Semoga bermanfaat yah.
Bukunya ada 3, 2 udah di baca, 1 lagi on progress.

Karena belum sempat foto jadi buka Di Instagram eike aja yah.

 BERANI MENGUBAH & MENEMUKAN INDONESIA (ini yang sudah di baca)

JURU BICARA lagi on progress 


Okeee, semangat tumpahkan perasaan dalam bentuk tulisan yang menginspirasi.

Lirik Lagu "Hymne Guru" Ada yang Digubah, Udah Tahu Kan?

Belakangan saya agak terganggu dengan salah satu playlist lagu channel TV Kabel di rumah (Kalau itu bisa disebut channel yah, saya juga bingung mau mengelompokkannya sebagai channel atau bukan tapi itu adalah salah satu siaran di TV Kabel langganan kami. Sampai sekarang saya gak tahu mau menyebut channel ini apa, jadi sepanjang artikel ini kita sebut saja channel ini dengan sebutan Tipi Kabel. Sepakat? Bungkus!). Lagunya adalah lagu yang berjudul "Hymne Guru" Ciptaan Pak Sartono (1980) yang menjadi lagu pengantar promosi sebuah SMA di Kabupaten Toraja Utara, yang disiarkan oleh Channel Tipi Kabel ini. 

Sebelumnya saya jelaskan dulu mengenai channel Tipi Kabel ini. Jadi channel Tipi Kabel ini adalah channel lokal yang berisi berbagai kegiatan di beberapa wilayah di Tana Toraja & Toraja Utara yang berhasil di rekam oleh team TV Kabel tersebut, entah itu acara Rambu Tuka', Rambu Solo', Syukuran rumah, Ma'pasilaga tedong, dll. Selain kegiatan masyarakat, channel ini kadang menayangkan video clip lagu-lagu yang sepertinya bisa di-request oleh penontonnya, seperti lagu-lagu pop Toraja & lagu rohani Toraja, pokoknya all about Toraja. 

Mamak dan bapak adalah 2 orang penikmat lagu Toraja dan kegiatan-kegiatan Toraja di rumah sehingga mulai sore hingga malam channel ini yang kami tonton. Saya sebagai anak yang baik hati dan tidak sombong, hormat kepada orang tua dan gak mau dikutuk jadi batu hanya karena pengen nonton channel lain, terpaksa mengikuti channel kesukaan orang tua ini, yaaa kalaupun gak nonton tapikan kalo duduk di ruang tamu tetep aja kedengaran. Nah, keresahan ini berawal dari penayangan lagu-lagu Toraja setiap malam di channel ini. Setiap kali beberapa lagu selesai ditayangkan, pasti langsung iklan dan iklannya itu PASTI promosi sebuah SMA. Promosi SMA ini menayangkan semacam slide kegiatan-kegiatan di sekolah tersebut dan lagu pengantar iklan ini diiringi oleh lagu "Hymne Guru" (Saya sempat mikir, nggak ada iklan lain apa yah? Hehe). Dari suaranya sepertinya lagu ini dinyanyikan oleh beberapa anak-anak, sebenarnya agak familiar sih soalnya dari saya SD kalo kaset Hymne Guru di putar yaa seperti ini suaranya. Suaranya persis seperti di link ini https://www.youtube.com/watch?v=ec5dgd-iC5U . PERSIS! Bahkan liriknya pun sama persis.

Awalnya ketika melihat & mendengar iklan ini, saya menikmati setiap lirik lagu "Hymne Guru" yang dinyanyikan karena membuat saya flashback dengan masa-masa sekolah saya utamanya masa SD. Namun di akhir lagu, saya agak terganggu dengan beberapa penggalan lirik terakhirnya. 
Saya terganggu dengan lirik 'Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa'
Mengapa? Apakah saya tidak suka dengan lirik lagu yang sudah diciptakan oleh Bapak Sartono? Bukan sama sekali. Saya merasa terganggu karena sekarang lirik lagu tersebut sudah diperbaharui. Lirik tersebut sudah tidak digunakan lagi. Sekarang lirik lagu 'engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa' sudah di ganti menjadi
Engkau patriot pahlawan pembangun insan cendekia

Perubahan lirik lagu ini, diungkapkan oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bapak Sumarna Surapranata, dilakukan karena kalimat 'tanpa tanda jasa' terkesan mengurangi pentingnya profesi guru. Padahal peran guru sangat besar sekali sehingga lirik tersebut diganti dengan 'pembangun insan cendekia' yang membuat profesi guru terangkat dan mulia. (info lebih lengkap silahkan search di Google)

Kembali ke iklan SMA di Channel Tipi Kabel. Setiap kali saya mendengar lagu 'Hymne Guru' saat penayangan promosi SMA tersebut, saya selalu merasa terganggu, namun hanya saya ungkapkan dalam hati, jarang keresahanku itu kuucapkan. Palingan saya nyanyi tandem (?) trus pas bagian yang salah saya langsung teriak yang keras menyanyikan versi benarnya (emang si pembuat iklan bisa dengar gitu? hehe). Lain dengan mamak. Beliau langsung bereaksi dengan kesalahan lirik tersebut dengan langsung ngomong,
"Salah itu lirik, sudah bukan itu lagi liriknya sekarang, sudah diganti liriknya. Anak sekolah ku sudah tidak nyanyikan lirik itu di sekolah."
Daannn, kalimat itu terus diungkapkan oleh mamak setiap kali iklan tersebut ditayangkan. Bayangkan kalo setiap hari ada 10 kali penayangan iklan dan si mamak kebetulan lagi nonton dan saya harus mendengarkan kalimat itu diungkapkan setiap iklan, kuping panas booo. Inilah salah satu yang membuat saya menulis artikel ini. Hehehe. 

Saya pribadi merasa kaget dengan ungkapan mamak itu. Ku pikir beliau belum mengetahui hal itu, ternyata mereka sudah tahu bahwa terjadi penggubahan lirik pada lagu "Hymne Guru". Saya mengetahui informasi ini beberapa tahun sebelumnya yang saya baca di sebuah koran pada saat itu, mungkin sekitar tahun 2013. Saya mencoba mengecek kebenarannya dan ternyata lirik lagu tersebut sudah mengalami penggubahan sejak tahun 2007. Pengubahan lirik tersebut di tuangkan dalam surat edaran Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007 (silahkan di search di Google). Ternyata lagu 'Hymne Guru' sudah diubah enam tahun sebelum saya mengetahui informasi tersebut, dan selama 6 tahun tersebut saya dan teman-teman bahkan guru-guru masih menyanyikan lagu 'Hymne Guru' dengan lirik lama. 

Koq sedih rasanya yah? Saya sedih mengetahui kenyataan bahwa selama 6 tahun itu kami merasa benar padahal kami salah karena tidak up-to-date. Dalam hal ini saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, saya hanya menyayangkan diri saya yang tidak up-to-date mengenai perkembangan bangsa ini. Okelah, pada saat itu saya masih SMA yang dunianya masih di ranah sosmed yang mana pada saat itu Facebook sedang booming banget, jadi ya kehidupan ku pada saat itu tentang internet ya hanya tentang Facebook, mencari teman dunia maya sebanyak-banyaknya. Belakangan ini baru berpikir betapa pentingnya memanfaatkan internet untuk membuat kita gak ketinggalan berita.

Saya semakin sedih dengan kenyataan bahwa ternyata masih ada yang lebih parah dari saya yang MUNGKIN belum mendapatkan info penggubahan lagu 'Hymne Guru' sampai-sampai versi lama masih digunakan untuk iklan yang setiap hari ditayangkan bahkan sampai berkali-kali. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu masyarakat kita tentang perkembangan bangsa ini masih sangat minim. Karena apa? Menurut saya karena kurangnya minat baca masyarakat Indonesia. Jangankan mau ngomongin Menteri KKP yang dipuji oleh Leonardo Dicaprio karena inovasinya yang menjadikan negara Indonesia adalah negara pertama yang memberikan data kapal agar bisa diakses oleh Global Fishing Watch. Salah satu hal simple seperti lagu yang seakan menjadi lagu wajib semua siswa di Indonesia saja belum tentu semua orang tahu, minimal gurunya lah.

So, apa yang ingin saya katakan?
1. Mari pemerintah untuk lebih baik dalam sosialisasi kepada masyarakat mengenai perubahan-perubahan yang dilakukan pemerintah agar masyarakat tidak ketinggalan informasi, terutama bagi masyarakat pelosok. Mari buat program untuk meningkatkan minat baca masyarakat yang akan berdampak pada meningkatnya rasa haus masyarakat akan informasi. Berikan fasillitas baca yang memadai untuk masyarakat pusat sampai ke pelosok. Lakukan pemerataan pembangunan ke seluruh pelosok negeri sehingga tidak ada lagi masyarakat yang ketinggalan informasi.
2. Mari para tenaga pendidik untuk berusaha mencari informasi yang terbaru dan bantu pemerintah untuk mensosialisasikan hal-hal baru mengenai bangsa ini. Tidak sedikit sekarang tenaga pendidik yang sudah melek internet namun hanya berkutat di seputar sosmed. Mari menjadikan internet sebagai sarana informasi bagi diri sendiri dan di sebarkan kepada anak-anak yang dididik.
3. Mari para pelajar untuk memiliki minat baca yang tinggi karena dengan begitu anda bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai bangsa ini yang menjadikan anda generasi yang tidak kudet. Bantu guru untuk mendapatkan informasi yang mungkin susah mereka dapatkan. Manfaatkan ujung jari anda untuk link-link yang menambah wawasan anda. Mari berkontribusi untuk bangsa ini dengan berbagi, sebarkan virus haus informasi yang anda miliki, dan jangan pernah berhenti untuk belajar dan berkarya. Masa depan bangsa ini ada di tangan pemudanya sehingga jadilah pemuda yang kritis.

Well, saya sudah seperti jurkam yah? Hehehe.
Ini hanya sedikit keresahan saya mengenai hal kecil, lirik lagu 'Hymne Guru' yang pada akhirnya melebar ke mana-mana. 

Thanks for reading, dan mari menjadi agen perubahan untuk bangsa ini.

Yuuukk, nyanyi 'Hymne Guru' bersama-sama

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan
Pembangun insan cendikia
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts