"Anak kecil itu sudah jadi gadis sekarang," kata seorang ibu-ibu
Gadis, sebutan yang sangat manis menurut ku.
Anak gadis itu sudah berapa tahun meninggalkan kenyamanan rumah orang tuanya?
Meninggalkan rumah 4 tahun untuk kuliah di ibukota provinsi.
Sekarang, sudah hampir 2 tahun menghabiskan hari-harinya di pulau seberang.
Menghadapi kerasnya dunia kerja adalah hal baru baginya kala itu.
Tidak ada duduk sore bersama orang tua tempat ia berbagi kisah dan berbagi lelah.
Tidak ada sahabat yang akan langsung memeluknya ketika ia sedih
Saudara pun sudah jauh di sana untuk sekedar nyanyi bareng.
Belum lagi tanggung jawab 'anak sulung' ada di pundaknya, pikirnya tanggung jawab itu besar.
Tapi dia tahu ada Big Boss yang selalu melihatnya kemanapun ia melangkahkan kakinya.
Dia belajar banyak hal.
Bahwa dunia itu luas, terlalu banyak perbedaan, yang sekarang di sebut sebagai keberagaman, di dalamnya.
Dan baginya keberagaman itu indah.
Dia belajar untuk lebih dewasa menghadapi setiap persoalan, karena semakin jauh dari rumah rasanya menjadi beban tersendiri baginya.
Dia belajar melindungi dirinya sebagai seorang perempuan di tempat yang kadang dia sebut sebagai "sarang penyamun". Perempuan harus setrong, katanya.
Dia berusaha berteman dengan siapapun di tempat baru yang dia tuju.
"Bertemanlah sebanyak-banyaknya, tapi jangan sebebas-bebasnya," katanya kala itu.
Dia berusaha ceria bahkan di tengah kondisi tertekan sekalipun, karena baginya kesedihan itu bukan untuk dibagi dan ia tahu dia tidak berjalan sendiri.
Dia memiliki Big Boss yang luar biasa, keluarga yang luar biasa, sahabat yang liar dan juga luar biasa. Iyah, mereka saling menguatkan dalam perjuangan masing-masing.
Bohong jika dalam perjuangan ini tidak ada air mata, marah, kecewa yang dialaminya.
Tapi anggap saja itu sebagai kerikil kecil walaupun kadang2 ada yang besar juga, yang harus dilewati. Iyah, akan terlewati koq.
Ahh, anak gadis itu.
Akan sejauh mana ia melangkah?
Apa saja impiannya?
Pagi ini, seperti biasa dia dibangunkan tepat pukul 6 oleh wanita setrong inspirasinya sepanjang masa, ibuk.
"Woi, selamat pagi ibu kita Kartini," si gadis membuka pembicaraan di telpon.
"Halooo, selamat pagi juga Kartini," di balas dengan suara teduh si ibuk.
Dahai, 210417
0 komentar:
Posting Komentar