Senin, 18 Desember 2017

PARTUS


03 November 2017
Siang itu, kami melakukan aktifitas seperti biasa di hari-hari pertama di Puskesmas ini yaitu tidak melakukan apa-apa (mungkin karena kami anak baru jadi masih belum tahu mau kerja apa kali yahh, hehe). Ibu Bidan Butet tetiba mengajak saya untuk menuju rumah salah seorang warga bumil yang nyaris partus yang dikunjungi oleh Butet tengah malam tadi ketika saya sedang tidur nyenyak banget. Tanpa pikir panjang saya mengiyakan ajakan tersebut, daripada magabut di Puskesmas kan? Dalam perjalanan ke rumah warga yang bersangkutan, saya bingung mau ngapain di nanti saat si Butet sibuk membantu persalinan, namun rasa penasaran saya untuk menyaksikan ibu melahirkan lebih besar dari rasa bingung saya. Untungnya Butet memberi secercah cahaya, eeeaaa, bahwa saya bisa bantu gendong bayinya nanti sembari si Butet menggunting ari-arinya, oklaaayyyy.
Jarak Puskesmas ke rumah calon ibu tidak begitu jauh, hanya sekitar 5 menit berjalan kaki, tapi pake tanjakan, dan akuhhh tak biasaaaaa (belum terbiasa lebih tepatnya). Jalan sambil menyanyikan lagu yang di ajarkan di Pusdikkes pun tidak mempan, “lika liku lika liku laki laki, hoss hoss hoss” Arrrggggg, aku harus melatih otot-otot ku agar lebih kuar, melatih hati juga sih. Ditengah jalan kami bertemu 3 orang anak sekolah berpakaian olahraga yang melihat kami dari kejauhan sambil memegang parang dan sapu lidi. Wowwww, ada apa ini?? Saat kami sapa, mereka hanya tersenyum malu, unch unch. Ternyata mereka dari sekolah abis membersihkan sekolah, trus karena sudah selesai jadi parangnya mau di simpan di rumah. Ulalaaaa. Kehidupan desa ini berbeda banget yah sama kampung saya.
Kembali ke laptop! Tiba di rumah pasien, kami memasuki sebuah rumah sederhana berdinding anyaman rotan, beralaskan tanah, dengan seorang ibu yang sedang menapis beras melemparkan senyum ke arah kami. Beberapa ibu mengantarkan kami memasuki kamar tempat calon ibu berbaring. “mari ibu bidan, silahkan masuk. Kita pu anak ada di dalam kamar.” Di dalam kamar ternyata sudah ada beberapa teman tenaga kesehatan dari Puskesmas yang menangani si ibu, walaupun tenaga bidan belum ada di dalam. Perasaan saya saat itu campur aduk, entah seperti apa. Untuk pertama kalinya saya akan menyaksikan proses persalinan dan entahlah mental saya akan kuat atau tidak.
Persalinan oleh Bidan di Rumah Warga

Ketegangan di dalam kamar bergitu terasa apalagi setiap kali si ibu ngeden. Ketegangan semakin meningkat ketika jabang bayi sudah akan keluar, dan ibu bidan Butet naik ke ranjang tanpa kasur (lebih tepatnya sih dipan) menghadapi ibu. OMG! Sedikit rasa haru muncul melihat perjuangan si ibu mengeluarkan bayi dalam perutnya dan ketika si ibu seperti minta maaf ke ibunya sesaat sebelum mengejan. Berbagai doa keluar dari mulut setiap orang yang berada dalam kamar tersebut. “Yesus Tolong!”, ucapku. Perjuangan beberapa menit berakhir dengan seorang bayi perempuan di gendong oleh si Butet. Bidan Butet menyedot lendirnya, dan setelah dibersihakn, tadaaaa, seorang anak perempuan dengan berat 3,1 kg lahir ke dunia dalam sebuah kesederhanaan. Senyum bahagia tidak pernah lepas dari wajah si ibu, apalagi ketika IMD dilakukan dan untuk pertama kalinya si anak bersentuhan langsung dengan kulit ibunya, what a sweet moment.
Pekerjaan bu bidan tidak berakhir di situ. Butet membersihkan vagina si ibu sementara saya memegang lampu untuk menyorot ibu. Wowwww, perjuangan luar biasa hari ini. Saya merasa sangat terhormat bisa membantu persalinan walaupun hanya memegang lampu penerang. Bukti pejuang di pelosok negeri ini. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa saya akan menghadapi hal seperti ini. Bertemu muka dengan penduduk pelosok dan menjadi bagian di dalamnya. Berbagi kasih dan berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang mungkin belum merasakan angin segar dari pusat negeri ini sejak bertahun-tahun. Terbukti bahwa akses menuju desa ini yang begitu memprihatinkan bagi saya pribadi dan belum ada pembangkit listrik membuat kami masih harus menikmati listrik selama 4 jam sehari.
Pengalaman baru di hari keenam keberadaan ku di desa ini. Pengalaman dan tantangan lain menunggu di depan, siap untuk kuceritakan.
Nusantara Sehat: Membangun Indonesia dari Pinggiran!


MAGABUT


1 November 2017
Hari pertama kami anak NS terhitung sebagai pegawai Puskesmas utamanya Curly yang ditempatkan di Puskesmas Padang Alang, Kec. Alor Selatan, Kab. Alor, Provinsi NTT. Salah satu tempat yang menurut saya eksotis banget dah. Kalo kata lagu, “semuanya ada di sini

Well, hari pertama di bulan ke 11 tahun ini. Kesan pertama? MAGABUT gileeeee!!!! Tahu kan ‘magabut’ itu apa? Makan Gaji Buta! Hahaha. Gak ada kerjaan banget bo’. Actually, hari ini adalah hari ketiga kami di puskesmas, dan kesannya tetap aja sama, MAGABUT.
FYI, kami masuk jam 8 pagi (kecuali kemarin masuknya jam 10 soalnya ada ibadah perayaan 500 tahun Reformasi Marthin Luther dan 70 tahun Gereja di NTT), lonceng 
Pulang berbunyi pukul 11.30. Kaget lah aku, lonceng apaan bunyi jam segitu, dan maskinmakin heranlah saya ketika mama kepala mengatakan bahwa lonceng pulang sudah berbunyi. WHAT!!! Warbiasaaakkkk. Rasanya aku Cuma datang numpang kentut di tempat ini. Kurang dari 8 jam (lebih tepatnya hanya 3,5 jam) beraktifitas di bangunan dengan ruangan terbatas ini (soalnya lagi ada perbaikan gedung).

Hari pertama, pasien yang berkunjung lumayanlah, aku dapat 2 pasien yang akan konsultasi gizi, jadi at least ada kerjaan sedikit. Hari kedua beneran gak ada pasien, tapi kami lagi sibuk mengerjakan laporan SPJ (disuruh bantu ibu KTU selesaikan laporan, hehehe), hari ini hari ketiga, pasien tetap gak ada, saya menyibukkan diri dengan mengelap food model yang tebalnya bisa bikin tangan jadi merinding dan dilanjutkan dengan membantu tenaga gizi di sini mengerjakan laporan bulanan. Tapi mengerjakan laporan itu gak lama-lama juga, bentar doang, tinggal salin ke blanko laporan ke Dinas.

Setelah semua selesai, jam belum menunjukkan pukul 10.30, jadi belum bisa pulang, dan gak tahu mau ngapain jadi aku mulai merasa kepanasn (‘Panasss!!!! Panass!!!!!!). Aku lelah dengan kekosongan ini, eeeaaa. Beneran gak ada kerjaan, pengen tidur gak etis, pengen ngobrol masih belum nyambung, pengen baca novel takut di pinjam (Ehhh), padahal sudah berusaha menyibukkan diri dengan selfie bareng temam AS

LAPAR...LAPAR...BETE...BETE...
Tapi kondisi ini betul-betul membuatku banyak belajar tentang kehidupan Puskesmas yang gak banget dah. Santai banget, apalagi untuk ukuran aku yang terakhir bekerja dengan tekanan kerja 12 kali setahun


Selamat Tanggal 1!!!!!!!


CHILL IT WITH COFFEE


Menjadi perempuan yang pengennya bergaul tapi sulit akrab menjadu salah satu tantangan untuk memiliki teman. Aku suka ngobrol, tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan mulutku yang ingin komat-kamit ini. Hanya untuk menyalurkan sesuatu di otakku ini kepada lawan bicaraku. Jangan kau pikir curhatan cewek kebanyakan yang lebih banyak mengeluh alih-alih memotivasi. No! Aku suka menyalurkan sesuatu di pikiranku untuk memancing orang lain mengungkapkan pikirannya juga. That’s why, aku suka duduk, ngobrol, ngopi. Defenisi ‘nongkrong’, right!
Ngopi. One of my favourite drink. I dont know since when. Rasanya benda hitam ini menjadi sarana pertemananku selama ini. Yang awalnya tidak kenal, setelah nongkrong ngopi, jadi bisa ngobrol ngalor ngidul. Yaa, walaupun ujung-ujungnya lupa nama lawan bicara juga, hehehe. Kopi kembali menunjukkan kekuatan magisnya di Pembekalan NS 8 di Pusdikkes Kodiklat TNI-AD ini.
Bawa kopi dari kampung, dengan harapan bisa diminum di lokasi pembekalan, ternyata syusyaaahhhhh. Satu minggu pertama aku sukses gak ngopi. Jadwal pelatihan dari TNI AD membuat  susah banget beradaptasi. Sarapan subuh, tidur tengah malam, ccuuuaaapppeeekkkk banget. 250 gr Arabika duduk manis di dalam carrier. Akhirnya titik terang untuk menyeduh kopi pun tiba. Di waktu yang sama juga, sesama peminum kopi bertemu.
Di Pusdikkes saya bertemu dengan beberapa komandan yang ternyata memang suka minum kopi, angin segar euyyyy. Komandan sesama minum kopi menyarankan untuk membawa kopi dalam jumlah sedikit, biar gak ketahuan kalo ada bawa kopi ke dalam negara Pusdikkes, hehehe. Komandan juga nawarin untuk nyeduh kopi di tempat piket aja. Ahhhh,, senangnya hatiku, turun panas demamku, ehh. Percobaan pertama berjalan lancar, namun harus menerima kenyataan kalau banyak cowok yang nongkrong di piket kalo malam, jadi kalo cewek sendiri rasanya risih ajahhh. Aku pribadi tidak masalah sih, hanya gak enak aja pandangan orang lain. So, kalo malam harus ada cewek yang menemani.
Actually, aku kadang gak enak gangguin waktu istirahat teman-teman tadi. So, berusahalah nyari waktu untuk ngopi pagi. Awalnya sih alasan minta air panas sama komandan, untuk siram kopi pas lagi sarapan, tapi lama-lama tercium juga yah niatnya, hehehe. Komandan akhirnya nawarin ngopi malam, tapi berhubung gak mau ngopi malam jadi kadang dosisnya sedikit aja. Kadang gak berani nongkrong kalo komandan lain yang lagi piket, takut ketahuan, hehehe. Tapi ternyata di suatu pagi, saat lagi melancarkan aksi ‘minta air panas’, ternyata komandan lain yang sedang jaga piket. Keceplosanlah kalo aku ada bawa kopi, hehe. Di luar dugaan, ternyata aku ditawarin minu kopi di tempat piket aja kalo pagi. Daebak!! Wah, pencerahan banget. Akhirnya sejak saat itu bisa ngopi pagi, dengan beberapa nilai plus, yaitu bisa sekalian ngobrol membahas kopi dengan komandan, sharing kopi, ngobrol ngalor ngidul, ulalaaaa.....I like this. Mindset ku akhirnya berubah tentang komandan yang seram dan rese. They where so kind, actually.
So, Lets start our friendship with a glass of coffee


LAGU PENYEMANGAT PENUH MAKNA


Selama pembekalan, kami dilatih fisik oleh para tentara. Berbaris, olahraga pagi, push-up, merayap, jalan punggung, ulalaaaaaa.

Nah, sekarang saya mau cerita sedikit tentang kegiatan baris-berbaris kami. Setiap kali berbaris kami harus sambil bernyanyi dengan suara lantang. Makanya di hari pertama di PUSDIKKES kemarin suara eike sudah serak, sampai detik ini (Desember 2017), sedih kaliii. Lagu-lagunya itu diajarkan sama para komandan di tempat latihan. Sebenarnya lebih seru kalo di dengar sih, tapi saya hanya akan memperkenalkan liriknya yang sebenarnya penuh makna dan menguatkan kami yang akan bertugas selama 2 tahun di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan, dan perbatasan, intinya di daerah antah berantah, hehehe.

Ini dia lagu-lagunya.

1. TINGGALKAN AYAH TINGGALKAN IBU
Tinggalkan ayah tinggalkan ibu, izinkan kami pergi berjuang
Dibawah kibaran Sang Merah Putih, majulah ayo maju menyerbu
Tidak kembali pulang sebelum Indonesia sehat
Walau tugas diperbatasan terpencil
Demi bangsa kami kan berjuang
Tidak kembali pulang sebelum Indonesia sehat
Walau tugas diperbatasan terpencil
Demi bangsa kami kan berjuang
BERJUANG!


 2. SELAMAT TINGGAL KEKASIHKU
Slamat tinggal kekasihku, adek pergi takkan lama
Hanya 2 tahun saja, adek ikut Nusantara Sehat
Oaeo..oaeo..oaeo..oaeo

Dari segala penjuru kami datang tuk bersatu
Singsingkanlah lengan baju, kibarkanlah benderamu
Oaeo..oaeo..oaeo..oaeo

Aku cinta kepadamu, kan ku buktikan cintaku
Cinta kita kan bersatu, tahun depan ke penghulu
Oaeo..oaeo..oaeo..oaeo



 3. KAMI NS 8
Kami NS 8 berjiwa ksatria, tidak pernah mengenal keluh kesah
Apapun rintangan yang datang menghadang,
Maju terus pantang mundur demi kehormatan
Tidak sombong, rendah hati, itulah jiwa kami
Merah Putih di hati kami, akan ku bela sampai mati


4. TIM NUSANTARA SEHAT
Tim  Nusantara Sehat berlatih semua medan
Loreng-loreng rumput dan samaran tampil di perbatasan
Musuh di jarak tembak pasukan siap kontak
Voice DPR C, siapkan TNT, serbu lawan serentak
KORSA!



5. LIKA LIKU LAKI LAKI
Lika liku lika liku laki-laki
Jalan yang dilalui, jalan yang dilalui
Pahlawanku Pahlawanku Pahlawanku
Dikau gagah berani
Walaupun sakit tak di rasakan
Hutan dan gunung bukan rintangan
Terus maju demi satu tujuan
Indonesia Sehat!


 6. SAYA TUNGGU ENGKAU
Saya tunggu engkau, saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Ranbate ratahayu tarik tambang, KORSA!
Di sini aku jadi tambah senang
Andaikan aku burung, aku akan terbang
Dua tahun lagi aku akan pulang

Bangun pagi-pagi menuju ke lapangan
Untuk mengikuti pelatihan Kemenkes
Tak tahan rasanya ingin segera pulang
Pelatihan belum usai

Mau makan jalan jongkok, habis makan lompat kodok
Di caci, di maki, dan dibentak-bentak
Wahai pelatihku betapa tegas dirimu
Wahai pelatihku betapa jeli matamu
Tidakkah kau tahu apa isi hatiku
Ku sayang pada mu (omong kosong)

Ku cinta padamu (itu gombal) 



Kurang lebih seperti inilah lagunya yah. Masih ada yel-yel tapi panjang banget dan gak sempat nulisnya, mumpung di tempat yang bersinyal jadi upload seadanya dulu yah.
Salam Nusantara Sehat

NUSANTARA SEHAT BATCH 8



HAI DUNIA!!!!!!

Astaga, setelah berbulan-bulan akhirnya bisa bersentuhan dengan Banana Potato lagi.
Selama ini Curly kurang tersentuh dengan internet jadilah eike kamseupay.

Terlalu banyak kejadian kece yang terlewati selama berbulan-bulan ini mulai dari pembekalan Nusantara Sehat di Pusdikkes Jakarta Timur, penempatan di Puskesmas Padang Alang Alor, dan banyaakkk lagi. Tapi karena selama ini kami kurang terpapar interner karena pas pembekalan selama 45 hari HP dikumpul dan sekarang di lokasi penempatan gak ada sinyal internet, so good bye sosmed. HIKS!!!

Nanti beberapa cerita ku yang tumpeh-tumpeh selama ini.
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts