Rabu, 31 Mei 2017

SALAH PAHAM

Kamu diam
Aku diam
Kamu bingung
Aku bingung
Kamu berspekulasi
Aku berspekulasi
Kamu pikir aku marah
Aku pikir kamu marah
Maka diam-diamanlah kita
Temanmu diam padaku
Temanku diam padamu
Maka diam-diamanlah seluruh dunia
Ku pikir
Apa urusannya temanmu denganku
Kau pikir
Apa urusannya temanku denganmu
Lalu terkuaklah semua
Kamu bicara
Aku bicara
Kamu tertawa
Aku tertawa
Ternyata kita hanya salah paham
"Hahaha"
Lucunya kita ini
Lucunya mereka ini
Lucunya panggung sandiwara ini

Ahhsudahlah,
Mari teguk kopi mu dahulu
Sambil kita menertawai lucunya para pelakon sandiwara ini
Menertawai kita yang sok tahu padahal sama sekali tidak tahu
Dan pada akhirnya yang terucap hanyalah "Astagfirullah" ataupun "Tuhan ampuni kami"
(CURLY)

Rantelemo, 310517

Senin, 29 Mei 2017

BALADA KAKAK GURU SEKOLAH MINGGU

Pengen nulis ini walaupun aku baru pertama kali menjadi guru sekolah minggu *ehh KAKAK sekolah minggu maksudnya.
Today is Monday, while kemarin adalah Minggu. Yaheyalahhhh, lagian sejak kapan sih abis Minggu itu langsung Jumat? (Masih hari Senin udah galak aja deh). Jadi kemarin adalah pengalaman pertama ku mengajar adik-adik Sekolah Minggu Kelompok Kelas Besar di gereja tempat ku beribadah, Jemaat Rantelemo.
Saking excited-nya makanya pas ditawarin hari Sabtu malam langsung ku terima aja, maklum udah pengen banget main sama adek-adek, *ehh. Jadi sepanjang malam Minggu ku itu ku habiskan dengan mempersiapkan lagu-lagu dan berusaha menyesuaikan dengan tata ibadah yang sudah diberikan. Malam minggu eike berkualitaskan yah? Berkualitas banget dong, apalagi sepanjang malam itu aku mengganggu sekitar 5 orang untuk ditanyai soal liturgi ini, hahaha, maklum anak baru. Senang banget sih gangguin orang, kek ada manis-manisnya gitu. Puji Tuhan bisa tidur sebelum jam 11 malam (ciyee, yang gak begadang lagi, ini semua gara-gara apa? TANGGUNG JAWAB, eeaaaa.).
Hari Minggu pagi juga bangunnya cepat coyy, dan gak di bangunin. Sekali lagi yah, GAK DIBANGUNIN sodara-sodara. Daebakkk. Biasanya kan kalo di rumah dibangunin saking telatnya bangun. Sampe pagi itu bapak aku ngomong gini, “tumben bangun pagi?”. Tuh kan, dia aja heran. Ini semua gara-gara TANGGUNG JAWAB. Aku juga harus mandi pagi-pagi banget (yang biasanya malas mandi) dan yang bikin envy adalah aku abis mandi, dingin-dingin dan dari kamar mandi masih menggigil daaann harus melihat pemandangan yang bikin nyesek dimana dua sejoli ini masih leyeh-leyeh di sofa, yang satu maen hape, yang satu nonton sambil sarungan. Nyesekk tauu, bahu..mana bahu!! Gak ada bahu untuk bersandar juga?? Tambah nyesek!! Haha, gak ding. Masa gara-gara gitu doang langsung cari bahu, drama banget sih. Kita kan wanita strong *uhuk* *keselek sendok kopi*. Ini kenapa jadi kemana-mana sih ceritanya. So, aku menguatkan hati untuk pakean dan siap-siap, karena ini semua demi TANGGUNG JAWAB (teteup yah).
Time to show up.  Setelah muter-muter naik turun gedung SMK untuk cari kelas untuk ngajar, akhirnya kelasnya ketemu juga. Praise the Lord *sujud syukur 7 kali*. Hehe. Soalnya muter-muter gedungnya pake heels 9 cm coy, ya ini juga untuk mengangkat derajat eike, ehh maksudnya untuk mendongkrak popularitas, ehhhh maksudnya untuk mendongkrak tinggi badan yang minimal ini, so I keep my standart high, haha. Ini baru time to show up yah?
Umm, karena ini adalah first time ngajarnya jadi aku masih sering-sering bertanya kepada Mace yang lebih senior & I’m so thankfull for the help jadi aku gak hahahehe gak jelas di depan adik-adik unyu-unyu ini yang malas banget nyanyi. Apa yang aku dapatkan dari pengalaman ini? Aku pengennya sih dapat aku *ehh. Aku dapat bahwa menghadapi anak-anak itu harus banyak bersabar (karena ini ujian) dan harus kreatif, harus bisa mengambil keputusan dalam hitungan deetik, pokoknya complicated bangeettt dah. Kenapa aku bilangnya kek gitu? Karena kemarin itu banyak hal-hal luar biasa yang terjadi, kejadian di luar nalar manusia *ahh ini mah lebay*. Maksudnya banyak hal-hal ‘krik-krik’ yang terjadi. Dan aku belajar bahwa menjadi kk Sekolah Minggu setidaknya harus siap:
1.       Sabar+semangat+pasang senyum. Kek kemarin, aku harus bersabar dan harus tetap nyanyi while mereka gak nyanyi. Meenn, mereka gak ada yang nyanyi jadi aku harus bersabar jadi soloist di ruangan itu, mereka membiarkanku menyanyi dalam kesendirian *adegan drama Indosial*. Sebelum masuk ruangan kan, mereka berbaris dulu di luar trus jalan ke dalam kelas sambil nyanyi. Nah pas nyanyi sambil jalan ke kelas ini yang mereka bungkam se-bungkam-bungkamnya. Padahal lagunya mereka tahu koq tapi entah karena mereka malas atau karena terpana melihat ke-kece-an kakak gurunya ini jadi mereka gak nyanyi (narsisnya teteup yah? Hehe). Ya otomatis aku langsung yang bengong selama sekian detik sambil dengerin jangkrik bersahutan di otak eike *krik krik*. Tapi untung aku masih disadarkan jadi terus berusaha teriak sana-sini jungkir balik untuk membuat mereka bernyanyi, walaupun yah hasilnya masih di luar ekspektasi, hahaha. Untung aja aku lagi excited banget ketemu si adek-adek ini, kalo engga, udah lari aku ke hutan dan belok ke pantai..perih..perih.. Jadi pliss bang, aku jangan cuekin yahhh *ehh ini apaan sih*.
2.      Aktif. Aku ngelihat mereka gak senyum, buat mereka senyum. Aku melihat mereka gak nyanyi, buat mereka nyanyi. With my own way, of course. Saat mereka menyanyikan lagu semangat tapi ekspresi wajah kek remaja orang abis di putusin pacar, yaudah aku lihatin mata mereka sambil bergaya “ibu jari & telunjuk membentuk tanda centang di bawa dagu while senyum lebar”. Iyup, betul sekali! Kek cowok-cowok songong yang tebar pesona gitulohh gayanya. Biar mereka terpancing untuk semangat nyanyi, jangan kek kucing abis kecebur got gitu gayanya, hehe. Melihat mereka gak nyanyi dan malas-malasan, aku langsung action mendekatkan telinga ke wajah mereka biar bisa dengar suara mereka apakah mereka beneran nyanyi atau tidak. Yaa, walaupun masih belum konsisten sih merekanya, tapi at least ada usaha untuk membuat mereka mu memulai dulu. So, aku kapan memulai dulu bang?
3.      Banyak akal. Aku harus siap-siap mengalami situasi di luar ekspektasi. Seperti kemarin, aku dengan pedenya memilih sebuah lagu karena ku pikir mereka pasti tahu lagu itu, tapi ternyata pas lagunya dinyanyiin, gak ada satupun yang tahu. Aku ngajak nyanyi kan, “oke kita nyanyi, 1..2..3.. Ya Tuhan trima kasih atas yang Engkau beri..” yang disambut dengan wajah bengong mereka plus mulut setengah mangap. Kriikkkk....  Aku langsung mikir “oh, mereka gak tau lagunya toh?” jadi daripada aku mati gaya di depan, inisiatif lah aku langsung ngajarin lagunya. Jadi aku ucapin dulu kata-katanya, trus di diulangi oleh kami semua dengan dinyanyikan, begitu seterusnya sampai lagunya diulang beberapa kali. Gilaa, hampir mati gaya eike di depan cuyy. Hehehe.
4.      Kehabisan suara. Aku harus siap kehabisan suara. Seperti nasehat dari pakar guru sekolah minggu kenalan eike sebelumnya, “ngajarin kelompok anak besar itu harus sambil teriak-teriak, say good bye to suara merdu deh.” Itu kejadian sodara-sodar. Suara teriak-teriak cempreng itu rasanya wajib hukumnya, soalnya kalo ngomong harus diulang berkali-kali karena kadang ketika kita bertanya, mereka malah gak menjawab, jadi diam aja gitu. Kan sedih kalo di tanya trus dicuekin *uhukk. Jadi harus siap dengan suara 9 oktaf yang menggetarkan tembok ruangan (kalo pas lagi gempa maksudnya). Setelah ngajar, suara aku rasanya langsung berat. Untungnya sebelumnya udah bawa amunisi berupa air mineral, preventif banget kan gue yah? Kesehatan Masyarakat, *uhuk.
Itulah sedikit hal luar biasa yang kualami bersama adik-adik ini. Setelahnya aku merasa lega banget, oh gini toh rasanya menghadapi sekolah minggu dari awal sampai akhir, and believe it or not, I want more. Hehehe.
Sebelumnya aku mendengarkan komentar negative mengenai ‘bagaimana mengajar di kelas anak besar’ yang katanya gak enak karena anak-anaknya begini dan begitu, tapi setelah mengalami sendiri aku malah lebih pro kepada mereka. Adalah tugas kita untuk mengarahkan mereka melakukan yang baik. So, daripada masih sibuk mengeluh sebaiknya lakukanlah sebuah aksi. Sebuah aksi setidaknya menghasilkan sesuatu jawaban, entah itu berhasil atau tidak, sementara mengeluh tidak akan menghasilkan apa-apa kan?

Minggu, 07 Mei 2017

PEOPLE COME AND GO.....

When people go out from your life, it’s not the end of your life, it’s the end of their story on your life. (Unknown)

Tulisan ini diniatkan ketika salah seorang anak magang mengakhiri masa magangnya di tempat ku bekerja, sebut saja namanya Hanum (nama Samaran). Tolong jangan membayangkan aku bakalan buat nama samaran dengan sebutan Anggrek, Mawar, Melati, ‘semuanya indah’ yah, kesannnya kek lagi mewawancarai PSK di acara Investigasi aja, gak sekalian ngomong sambil tutup hidung trus di buram-buramkan sedikit suasananya biar lebih dapat feelnya? Haha. Back to si anak magang. Jadi si Hanum ini sudah mengakhiri masa magangnya di Adaro, - sebuah perusahaan yang disupport makanan dan housekeeping oleh perusahaan tempat ku mengabdi untuk mendapatkan segenggam duit untuk bisa makan, nongkrong, hedon, dll (rempong skali yah sepertinya penjelasan ijk? Yaa pokoknya anak maganglah, sudah, titik)- dan di akhir masa magangnya itu dia udah mau kembali ke habitatnya di Jogja sana.
Hanum ini satu dari sekian manusia yang kusebut sebagai ‘Anak Magang Geng Penghancur Ketenangan Kantin’, hahaha. Teman-temannya yang lain udah selesai magang satu persatu, meninggalkan dia satu-satunya menikmati kesendirian dan kebosanan di Dahai. Hah!! Rasakan apa yang selama sekian purnama ini kurasakan anak muda, hah! HAHAHAHA... (Tolong kalian membayangkan ketawanya Belatrix Lestrange ketika selesai mengucapkan mantra Avada Kedavra untuk Sirius Black yah. Sumpah itu sedih banget dan kriwil-kriwilnya tante Bellatrix terbang-terbang manjah gitu. Ini kenapa ngomongin Harry Potter sih? LANJUT!!). Jadi gitu. Si Hanum akhirnya mengakhiri masa kesendirian dan kebosanannya di Peradaban Dahai.
Kenapa jadi pengen mengangkat tulisan ini? Sebenarnya bukan hal yang aneh ketika anak magang datang ke mess ini. Hal itu udah biasa di sini, se-biasa kamu yang selalu cuekin aku bang (ehhh, ini koq malah curhat sih). Anak magang yang pernah datang di mess ini jumlahnya sudah tidak terhitung dengan jari tangan (ciyeee, yang kalimatnya pake makna kiasan, berharap mamak ku yg guru Bahasa Indonesia melihat perkembangan anaknya ini yang sudah bisa menerapkan secuil ilmu mamaknya). Sejak mulai mengais sesendok demi sesendok berlian di tempat ini, sekitar 22 bulan lalu (hampir 2 tahun), aku sudah menyaksikan kehadiran anak magang yang datang dan pergi di tempat ini. Dari situ aku mulai senang memperhatikan karakteristik mereka masing-masing. Mulai dari yang pendiam, supel, sibuk sendiri, sok cool, banyak omong, cuek, sampai yang ‘pakarusu’ kalo kata orang Makassar (bahasa Indonesianya apa yah? Haduhh, gagal nih mamak mengajarkan bahasa Indonesia ke anaknya).
Kehadiran mereka bagi saya pribadi membawa ‘angin segar’ di tempat ini. Biasanya saat jam makan, aku masuk kantin, gak ada orang yang asik di ajak ngobrol, dan aku makan dengan rutinitas sehari-hari seperti makan sambil megang HP untuk buka Twitter mencari informasi terbaru biar gak kudet plus menemani kesendirianku makan (koq kek ngenes banget yah?). Namun dengan hadirnya si mahasiswa magang, biasanya aku ada teman duduk untuk makan. Bukannya ga ada orang lain sih, ada aja, hanya aku bosen lihat wajah-wajah mereka terus di sini. Pagi sampai malam ketemunya orang-orang itu aja, untung kalo sempat ngobrol kalo makan. Atau, kalo ngobrol, paling bahasnya masalah kerjaan, atau lagi konsultasi, atau kalo agak berat sedikit bisa membahas politik yang lagi lucu-lucunya. Kan, seru aja kalo pas masuk kantin trus ada wajah baru di peradaban yang disebut Peradaban Dahai ini (peradaban yang ditemukan oleh seorang cewek karinyol kece yang sering dipanggil Curly, hehehe.), trus bisik-bisik ke spv housekeeping, “ehh ada yang balu nih”. Bentar! Koq kesannya kek pedofil banget yah? Bukan pedofilll!!! No..no..no..
Banyak hal yang aku dapatkan dari mengenal mereka walaupun dalam waktu yang cukup singkat. Berkenalan dengan mereka dengan cara yang aneh-aneh juga membuat kehidupan hitam, putih, abu-abu di peradaban ini bisa lebih berwarna. Ada yang tiba-tiba datang menghampiri (ecieee) entah itu tiba-tiba datang nimbrung pas lagi main basket di lapangan tennis (yang dari ketemu sampai dia enyah dari Dahai aku gak pernah tahu namanya) atau yang tiba-tiba datang ketok pintu kamarku dan pas aku buka pintu dengan tampang shock karena takut mengalami penculikan anak, dia langsung ngomong. “Mba, aku mau ke gereja, katanya disuruh tanyain Mba Eka.” Fiuuuhh,, untung gak jadi diculik (tapi dipikirnya aku penjaga gereja kali yah?). Ada juga yang tiba-tiba aku hampiri (semoga dia gak berpikir akan diculik sih), kalo ini karena beberapa alasan yang kuat, kalo gak kuat mana mau aku kenalan, gengsi layauuu, hehe bercanda.
Salah satu alasan kenapa aku yang duluan memperkenalkan diri adalah karena setelah ku observasi dengan cara memperhatikan, si anak magang itu tidak punya teman makan dan setiap masuk kantin pasti sendiri, duduk sendiri, makan sendiri, minum sendiri, ngomong sendiri *ehh gila dong, gak ding. Jadi aku merasa memiliki nasib yang sama dengan dia dan sebagai orang yang bernasib sama sudah sepantasnya aku mengajaknya untuk keluar dari nasib yang tidak menyenangkan itu. Hehe. Seperti mahasiswa ITB, cewek, yang saat itu lagi makan sendiri di hari kedua lebaran. Bayangkan meenn, hari kedua lebaran itu kantin masih sepi banget, paling 1 atau 2 orang yang makan, suasana mess juga masih sangat sepi (mengalahkan kesepian hati adek di malam minggu, eeaaa). Kasihan bangeettt, di saat yang lainnya pada pulang lebaran ternyata dia harus menyelesaikan tanggung jawabnya untuk magang dan menikmati kesendirian di mess, kebetulan saat itu dia sendiri di kamar. Sebagai seorang wanita yang memiliki hati yang mudah tersentuh (gas beracun) ya aku merasa si anak magang butuh teman lah ya. Lalu datanglah ibu peri ini, hehehe. Jadi sejak saat itu kami mulai sering ngobrol saat makan (walaupun kebanyakan ga ngobrol sih karena si anak agak pendiam), kadang kupinjamkan buku bacaan ku biar dia gak kesepian amat, takutnya kalo kesepian dia berpikir macam-macam lagi. Mungkin dia berpikir lagi ada di Eropa kan, saat musim semi, trus keluar-keluar dari kamar langsung nyanyi ala Syahrini, “banyak bunga-bunga, kiss kiss.” Kan horror juga.
Alasan lain aku berkenalan duluan adalah, karena aku membutuhkan mereka dengan kata lain aku pengen memanfaatkan mereka. Hahahaha. Jahat banget sih. Maksudnya memanfatkan informasi dari mereka. Seperti pada saat aku berkenalan dengan seorang mahasiswa magang hanya karena dia berasal dari Aceh, trus langsung menawarkan diri duduk makan bareng. Waktu itu aku lagi penasaran dengan yang namanya Kopi Aceh ‘bersayur’. Jadi pembahasan awal ya tentang ‘kopi bersayur’ itu, yang ujung-ujungnya minta di kirimkan kopi dari Aceh tapi gagal diterima karena aku keburu off. Emang bukan rezeki ku sih, rezeki ku mungkin adalah bersamamu bang, *ehh.
Berasal dari satu kampung yang sama juga adalah salah satu alasan kuat kenapa aku harus menjatuhkan harga diriku untuk memulai berkenalan dengan mereka. Beberapa kali saya mendapati mahasiswa atau siswa yang berasal dari Makassar. Dari segi bahasa dan pembahasan kan pasti kita merasa ada ikatan yang lebih dekat kalau dari 1 kampung kan, dan di situ aku merasa bahwa akhirnya aku bisa berbicara bahasa ibu di tanah rantau (air mata mulai menggenang nih, aku butuh canebo bentar lagi nih). Feels like home.
Berkenalan dengan mahasiswa dari berbagai latar belakang ini membawa keuntungan tersendiri bagiku, walaupun kerugiannya juga ada seperti aku jadi semakin banyak yang kenal dan bisa saja mereka adalah paparazzi yang menyamar menjadi mahasiswa untuk meliput kehidupan pribadiku (maaf, obsesi artis. Hahaha.). Keuntungan tersebut diantaranya, kalo mahasiswanya beragama Kristen dan mendapatkan ilham untuk bangun pagi dan pergi gereja pada Hari Minggu, maka aku jadi ada teman untuk ke gereja. Jadi lebih rame ke gerejanya, soalnya kadang aku sendiri kalo partner kerja lagi off. Biasanya kebanyakan temen yang Kristen itu dari Batak, walaupun pernah sekali dapat orang Cina (dapat? Lu kate lagi mancing??), dan kalo lagi beruntung punya duit lebihan, kadang kami pergi makan ke Lapo (rumah makan khas Batak) untuk makan 'ngok-ngok’, hehehe.
Keuntungan lainnya adalah aku jadi semakin dilatih untuk bersosialisasi membangun komunikasi dengan orang yang baru kenal, supaya nanti aku bisa bersosialisasi dengan baik dengan kamu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak (Hehehe, pliss jangan muntah yah). Aku belajar bagaimana berkenalan dengan orang lain, bagaimana meninggalkan kesan baik bagi orang lain supaya orang gak melihat keJUTEKan wajahku ini tapi melihat sisi ingin berteman dari hatiku yang paling dalam sedalam sumur bor. Beberapa cara berkenalan yang kupraktekkan adalah ngajakin olahraga, soalnya aku juga sering olahraga sendiri dan kadang aku butuh teman lari, teruma berlari mengarungi kehidupan ini (pliisss stop it!). Atau kadang aku cuman ngasih info olahraga sih, kalo tiap sore ada Warukin Super Series di depan mess Warukin di mana para bapak-bapak kalo jam 5 udah stand by di lapangan badminton untuk untuk cari lawan tanding. Koq kesannya aku seperti Information Centre yang di mall-mall gitu yah? Mungkin kalo aku jalan, di jidatku yang selebar lapangan terbang ini ada tulisan Information Centre kali yah? Hehe. Kadang berhasil sih karena mereka ada yang emang suka olahraga, bagi yang ga suka olahraga yaudah gak ikutan.
Satu keuntungan terpenting yang kudapatkan adalah, setidaknya ada alasan bagiku untuk tersenyum menyapa mereka yang sedang makan di kantin setelah seharian kerjaan ku hanya marah-marah terus menegur karyawan yang selalu saja melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan. Aku kan gak mau juga kerutan di dahiku muncul lebih cepat karna gak pernah senyum.
Itulah beberapa hal menarik yang pernah kualami dengan beberapa anak magang yang pernah tinggal di mess ini. Sedikit mengisi kebosanan ijk juga sih di sini. Namun dari semua anak magang yang pernah mengisi hari-hari ku di sini, gak ada yang meninggalkan kesan lebih setelah mereka pulang. No farewell, walaupun dulu pernah sih ada 2 anak magang yang ngajakin Farewell bareng karyawan satu Departmennya yang notabene mereka yang traktir. Catat!! Mereka yang traktir sodara-sodara. SEKALI LAGI!! M-E-R-E-K-A. Agak-agak gak terima aja saat itu. Koq yang bayar malah anak sekolah yang belum punya penghasilan sih, harusnya kan yang bayar itutuh para pegawai tempat mereka magang yang notabene orang kerja semua. Eyuhhhh, apa-apaan (sewot sendiri, hihihi). Back to kesan berlebih. So, gak ada kesan berlebih yang datang sampai pada awal tahun ini, muncullah mereka yang kusebut “Geng Penghancur Ketenangan Kantin”.
Kenapa aku bilang mereka sebagai ‘Geng Penghancur Ketenangan Kantin’? Karena semenjak ada dirimu, dunia terasa indahnya...FOKUS!! (Sorry, sering gagal focus nih, lagi malam minggu soalnya, hehehe). Karena semenjak ada mereka, kantin yang biasanya sepi banget kek kuburan di malam Jumat jadi rame banget kek pasar malam di malam Minggu. You know what does it mean? KEHIDUPAN!!!!!!! YEAHHHH!! Yang selama ini kaku banget dan tidak ada suara selain suara sendok garpu yang berdenting tertabrak piring, plus suara TV, masih untung kalo ada yang lagi ngobrol sambil makan tapi itupun pembahasannya masalah pertambangan dan teman-teman segengnya, egileeeeeee, gimana gak horror banget tuh suasananya? Terus si Anak Geng datang membawa pasar malam itu ke kuburan ini, ehhh.
Awalnya si ‘Anak Magang Geng Penghancur Ketenangan Kantin’ ini ada 4 orang, cewek, dengan ke-ribut-an dan ke-cuek-an khas anak kuliahan yang mereka miliki, yang kalo dilihat sama orang berumur pasti bakalan ditabok pake kapas yang isinya batu bata karena bakalan dikatain ‘gak sopan’ udah bikin ribut di kantin yang tenang plus adem ayem itu (Kebanyakan gaul sama orang tua nih makanya jadi punya pikiran kek gitu. Apasih gini gitu?). Ya gimana enggak ribut, mereka ada berempat. Ngomong berdua aja untuk level mahasiswa, cewek pula, udah minimal 80 desibel, apalagi 4 orang bo’, pasar ikan kalah deh. Hehehe. Di tegur juga jawabnya, “bodo amat deh,”. Uisshhh, gue suka gaya lu men, belum pernah di tabok sendal jepit dari logam mulia yah?
Beberapa kali aku makan bareng dengan mereka. Makan plus membicarakan berbagai hal yang bisa di bicarakan pada saat itu mulai dari hal yang gak penting sampai yang GAK penting banget. Daannn, as always, selalu rusuh, apalagi kalo di kantin Dahai yang mana kalo sendok ketemu piring aja bisa kedengaran sampe parkiran saking tenangnya suasana kantin itu. Mereka ngomong mungkin kedengaran sampai Bandara Banjarbaru kali yah (soalnya ada orang Dahai yang telponan sama orang di bandara dan kebetulan mereka lagi TOA maksimal jadi kedengaran deh sampai ke sana, hehe).
Tapi ini yang aku suka dengan mereka. Hal ini membuat ku merasa kembali ke masa-masa aku masih berstatus seperti mereka, dan entah mengapa hal itu membawa warna tersendiri di tempat ini. Owww, cini cini peyuk duyu *plakkkk.  Karakteristik khas mahasiswa yang melekat pada mereka membuat akuhh jadi flashback ke masa-masa kuliah dulu. Keliaran-keliaran masa-masa kuliah kek ngomong keras-keras tanpa peduli tempat, kalo ditegur jawabannya ‘bodo amat’, yang ketawanya menyaingi gempa akibat peledakan tambang (istilahnya blasting), ngobrol berlama-lama di kantin dari mulai jam buka sampai kantin dibersihkan (untung gak sampai diusir) tapi ya cuek aja. Dan itu adalah GUE BANGET pas kuliah, umm, sampai sekarang juga sih kalo lagi off dan kumpul bareng teman-teman, hehe. That’s why I said jiwa mereka seperti ada dalam jiwa ku, jadi ketika mereka pergi separuh jiwa ku juga pergi (pergi ke hati abang maksudnya, eeaaa). Mungkin hal ini yang membuat ku merasa lebih dekat dengan mereka. Karena mereka melakukan hal-hal antimainstream yang pernah kulakukan dulu, dan mereka sama-sama perempuan yang pembahasannya agak-agak nyambung.
Mengakhiri masa magang mereka di tempat ini pun tergolong antimainstream karena mereka membuat yang namanya FAREWELL alias perpisahan. Jangan membayangkan perpisahan dengan makan-makan atau pesta gitu yah. Enggak! Farewell pertama dicetuskan oleh ‘Anak Magang Geng Penghancur Ketenangan Kantin’ gelombang 1 yaitu dengan foto-foto di kantin setelah makan malam dan mereka mengajak semua yang ada di dalam kantin itu untuk foto bareng. Yah, that’s it! Imagine that. Ala-ala banget kan? Maklum, mahasiswa, modal duit masih kurang, hahaha. Tapi walaupun hanya sesederhana itu, ada nilai yang dihasilkan dari hal tersebut. Sejak itu, setiap farewell dengan anak magang dilakukan dengan foto-foto atau saling mengunjungi kamar masing-masing. Kalo gak mereka ke kamar aku untuk ‘minta ole-ole’, aku yang berkunjung ke kamar mereka untuk ngobrol bentar trus say goodbye.
Satu hal yang juga selalu kulihat dalam setiap perpisahan adalah, bagaimana yang menyelesaikan tugasnya merasa bahagia akan kembali kepada keluarga atau kehidupannya sebelumnya, dan bagaimana yang ditinggalkan akan merasa sedih entah karena udah ga ada teman atau masih belum waktunya bertemu keluarga dan teman. But we have to moving forwards kan?
Seperti itu kisah segelintir ‘Anak Magang Geng Penghancur Ketenangan Kantin’ yang meninggalkan kesan bagi aku pribadi. Btw, siapakah mereka si pembuat rusuh aintimainstream itu? Dengan gak hormat, ku sebutkan inisial mereka yaitu Mirah & Riska Si Antek UH, Bella Si Antek Unpad, Restu Si Antek Luar Negeri China, Marlina Si Antek Palangkaraya, Hanum Si Calon HSE ITS, Mba Yuni Calon Master Teknik ITB, dan terakhir yang masih ada sampai saat ini Kori Si Antek . Itu dia DPO nya, jangan lupa kalo dosennya baca tulisan ini mohon langsung di luluskan dan diberikan nilai terbaik. AMIIIIINNNNNN.

Gbr 1. Farewell Mirah & Riska: "Ayo semua kita foto bareng yuk!" 
Gbr 2. Farewell Mirah & Riska: Mahasiswa in One Frame

Gbr 3. Farewell Restu & Marlina: Makes me forever young dengan selfi rusuh di kantin

Gbr 4. Farewell Bella: Ke Kamar Ambil Ole-ole Toraja Plus Pamitan
Gbr 5. Hanum: Gak ada foto pas farewell saking serunya ngobrol di kamarnya

Gbr 6. Farewell Mba Yuni: at Adaro Office KM 73 Tutupan

Gbr 7. Pra Farewell Curly: After have a conversation with Kori

Salah satu hal menyenangkan dalam hidup adalah dapat bertemu atau berkenalan dengan orang-orang baru dan kamu bisa membantunya dalam hal apapun semampumu. Hal yang paling kusuka adalah saat bisa membantu mereka keluar dari kebosanan mereka di Peradaban Dahai ini, entah itu ngajakin nongkrong kalo lagi ada rezeki, meminjamkan buku bacaan, atau sekadar saling berkunjung ke kamar untuk ngobrol ngalor ngidul. Hal seperti itu mungkin kelihatan simple, tapi akan meninggalkan kesan. So let's try to be light to other people.
Terima kasih sudah menjadi salah satu bagian yang mengubah warna hitam-putih-abu dalam kehidupan pekerjaanku selama ini dengan warna mejikuhibiniu kalian masing-masing. Kalian luar biasa! Sukses Selalu.

Berkawanlah sebanyak-banyaknya, tapi tidak sebebas-bebasnya.





Jumat, 05 Mei 2017

Keringat Mengundang

Kau tahu..
Kadang aku suka berolahraga lari
Olahraga lari membuat ku berkeringat
Berkeringat dari ujung kepala itu loh, lalu turun ke wajah ku
Keringat yang dapat menutupi air mata yg mengucur pada waktu yang sama.

Yah, aku suka berkeringat.

Dahai, 050517

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts