Senin, 15 Februari 2016

MARGOMULYO MANGROVE CONSERVATION




Itu di mana? Bukan! Bukan tempat syutingnya Harry Potter koq. Ini masih di Indonesia, masih di Kalimantan, masih di Balikpapan.

Kota Balikpapan tidak se’gersang kawasan wisata’ seperti yang saya bayangkan saat baru menginjakkan kaki pertama kali di kota ini. Saya pikir Balikpapan hanya menyuguhkan keindahan tata kotanya saja, atau pantainya yang menurut saya biasa saja, gak semenarik pantai di Sulawesi. Saya juga sempat berpikir bahwa Balikpapan tidak memiliki kawasan wisata alam seperti Daerah asal saya, Tana Toraja. Tapi pemikiran itu berubah semenjak negara api menyerang. Hehe.

Balikpapan menyembunyikan sebuah lokasi wisata yang sayang kalo gak dinikmati. Margomulyo Mangrove Conservation. Sebuah daerah tempat konservasi hutan bakau yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Konservasi ini terletak di Kelurahan Margo Mulyo, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia.

Untuk mencapai daerah ini tidak dibutuhkan waktu yang lama, kurang lebih 30 menit dari pusat kota Balikpapan (Klandasan itu pusat kota kan yah? Hehe). Nah, berhubung kemarin Curly berangkatnya bukan dari pusat kota tapi dari pinggiran kota, jadi waktu temputhnya hanya sekitar 15 menit menggunakan kendaraan motor. Bentar doang, hanya saja karena kita salah tempat masuk makanya harus mutar lagi untuk bisa masuk melalui jalan yang terbuka. Pintu masuk Konservasi ini kemarin tertutup, makanya kami mutar dan masuk lewat akses lain, yaitu di samping SMK 8 Mangrove (kalo gak salah yah nama SMK nya).

14 Februari 2016, pada Minggu sore yang cerah (atau panas yah?), inilah perjalanan hari Valentine kami. Saya yang pada saat itu masih berada di Balikpapan diajakin kk2 ketjeh untuk jalan-jalan ke Hutan Mangrove. Berhubung lagi ga ada kerjaan dan bĂȘte di rumah, Curly pun menerima ajakannya, jadilah Curly yang paling muda dan paling siap di bully. Tapi bukan soal pem’bully’an yang akan saya ceritakan, tapi mengenai tempat wisata ini.

Jadi ini adalah first time buat Curly mengunjungi tempat ini. Seperti saat ke tempat baru lainnya, pasti akan ada pertanyaan tentang bagaimana tempat yang akan dituju itu nantinya. Dari rentang 1-10, nilai untuk tempat ini berada pada posisi angka berapa. Pasti itu yang ada di dalam otak.

Sepanjang perjalanan menuju kawasan konservasi, terlihat perumahan padat penduduk yang di bangun di lereng-lereng bukit kota Balikpapan. Semakin mendekat ke area konservasi, keadaan rumah pun juga mulai berubah. Berubah menjadi rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin, antisipasi jika air laut mulai pasang. Perahu-perahu nelayan yang parkir di sepanjang pinggiran hutan bakau menunjukkan salah satu mata pencaharian warga di sana. Tidak jarang juga di pinggir jalan terlihat ibu-ibu menjajakan kepiting dalam berbagai ukuran.

Akhirnya kami tiba di pintu masuk (Samping SMK 8 Mangrove) setelah sebelumnya sempat salah alamat pintu masuk. Kami pun memarkir kendaraan di samping pagar sekolah tersebut. Di tempat itu juga sudah terpakir beberapa motor yang mengindikasikan bahwa kami bukan satu-satunya ‘penikmat’ yang mengunjungi tempat konservasi ini pada sore itu. Perjalanan menggunakan kaki pun dimulai, dengan melewati jembatan kayu dari kayu ulin, yang juga menjadi salah satu penghubung rumah warga yang membangun di daerah tersebut. Pintu masuk kawasan pun mulai kelihatan. Kami tetap melanjutkan perjalanan sampai kami dihentikan oleh sapaan warga setempat yang mengatakan bahwa kami harus                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        bayar biaya masuk sebesar 10rb. Saya berpikir bahwa biaya masuk tersebut akan dibayarkan di pintu masuk kawasan, mungkin akan ada petugas yang akan menagih biaya kontribusi nya, namun ternyata tidak seperti yang saya pikirkan. Kami harus membayar biaya masuk kepada warga yang menyapa kami tadi. Entah mereka ditugaskan untuk menagih atau seperti apa. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini belum tertata dengan baik. Terbukti dari pintu masuknya yang tertutup tanpa ada sign yang menunjukkan bahwa itu adalah kawasan mangrove, tempat parkirnya yang seadanya, dan biaya kontribusi yang tidak jelas tujuannya kemana, apakah untuk biaya kebersihan kawasan ataukah untuk yang lainnya. 


Kami pun melanjutkan perjalanan di sepanjang jembatan kayu ulin yang membelah kawasan mangrove. Di dekat pintu masuk, pohon mangrove masih kelihatan sangat rimbun, dengan papan informasi nama pohon yang tumbuh di hutan ini. jadi sekiranya saat keluar dari wilayah sini dan tiba-tiba ada post tesr, kami udah siap. Hehe. Semakin ke dalam, jumlahnya pohonnya semakin berkurang bahkan yang kelihatan sebagian besar adalah rawa-rawa yang dihuni oleh kepiting dan ikan.

Ngomong-ngomong soal kepiting. Kepiting di perairan payau ini terlihat berbeda dari kepiting yang saya lihat sebelumnya. Kepiting ini memiliki warna yang unik, biru metalik yang terlihat indah saat mereka berpindah tempat. Selain itu ada semacam ikan yang dapat berjalan di lumpur dengan menggunakan siripnya. Awalnya saya berpikir itu bukan ikan, karena dia bisa berjalan, tapi ternyata siripnya yang difungsikan sebagai kaki. Saya kurang tahu itu ikan jenis apa, karena pengetahuan tentang ikan sangat minim. Mungkin di tempat seperti ini diperlukan guide yang dapat menjelaskan mengenai hutan ini dan isinya sehingga bukan hanya ‘cuci mata’ yang dapat dilakukan pengunjung di sini, tapi juga dapat menambah pengetahuan bahkan bisa dijadikan kawasan wisata pendidikan.

Oyah, selain pemandangan alamnya dan udara segarnya yang bisa dinikmati, tempat ini juga bisa menjadi salah satu pilihan untuk hunting foto. Spot yang disajikan juga tidak kalah menarik. perpaduan antara jembatan kayu, rawa, ranting, dan langit dapat menambah kesan "wow". Untuk foto prewedding misalnya, gak salah milih spot di tempat ini, seperti pada gambar di bawah ini. Itu hanya contoh yah, pasangannya belum peka jadi masih sendiri fotonya. :D (Sebenarnya salah satu foto narsis terbaik jadi wajib ada di dalam blog ini, walaupun gak nyambung sama sekali, jadi tolong di pahami yah? :D)

Semakin ke dalam, saya melihat beberapa lego-lego yang mungkin tujuannya untuk dijadikan tempat istirahat bagi pengunjung. Dan terakhir sebuah bangunan tinggi seperti mercusuar yang memperlihatkan kawasan mangrove dari ketinggian. Mungkin tujuannya sebagai view point atau mungkin ada tujuan lain, sekali lagi saya sepertinya butuh guide di sini.

Jembatan ulin sepertinya masih panjang, tapi kami datang di waktu yang kurang tepat (mendung), kami memutuskan untuk kembali apalagi pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. keadaan sudah mulai gelap dan air laut juga sudah mulai pasang. Untuk yang akan berkunjung ke sini, mungkin sebaiknya datang pada pagi hari atau siang hari agar tidak mendapatkan gelap di sini.

That’s our express trip to Margomulyo Mangrove Conservation.
Hope you like this.
 .
 .
.
.
.
Uyeahh. First time menulis tentang trip. Tangan udah gatal banget pengen nulit, mau buat caption di FB takutnya orang terganggu dengan tulisan eike. Yasudahlah, memberdayakan blog kalo gitu.
Semoga gak ada kata malas lagi deh, semoga bisa dilanjutkan ini blognya deh.
Buat yang sempat baca dan expert dalam hal tulis menulis blog mengenai tempat wisata, tolong jangan muntah baca postingan gue, dan tolong jangan keracunan yah.

And this is our crew while going for trip Yesterday.
Very big thanks to you all kakaks. I enjoy my holiday (exactly its not holiday)

Happy Holiday
Happy Express Holiday
Happy Valentine


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts