Ketololan ketinggalan pesawat pernah ku alami. Setidaknya sekali seumur hidupku. Dan itu rasanya benar-benar patah hati. Seperti lagi sayang, trus ditinggal.
Datang di waktu mepet sebelum pesawat
berangkat sudah menjadi kebiasaanku sejak sering menggunakan pesawat sebagai
transportasi kembali dari perantauan ataupun saat traveling. Ada saja hal-hal aneh yang kulakukan hingga telat tiba
di bandara. Terkadang, 2 jam sebelum boarding,
saya baru berangkat ke bandara, padahal sudah tahu kalau jalanan macet parah.
Alhasil, cuma bisa diam dan berdoa di dalam hati sambil dada berdebar-debar,
berharap tidak ketinggalan pesawat. Kadang sudah telat berangkat, masih singgah
beli ole-ole lagi, jadi makin telat. Alhasil, banyak drama yang kulakukan di
bandara.
Lari-lari menuju gate menjadi salah satu drama yang sering kulakukan di bandara. Saya
menyebut adegan lari-larian di bandara ini dengan sebutan ‘Adegan Rangga-Cinta’.
Ingat kan pas Cinta lagi lari-lari di bandara untuk ketemu Rangga di AADC 1? Entah kenapa setiap kali ke bandara bawaannya
pasti lari-lari, bandara seakan kelihatan seperti jogging track untukku saat itu. Hehe.. Padahal memang ga bisa
manage waktu aja.
Pernah satu kali, saya sudah telat tiba
di bandara Hasanuddin Makassar, untungnya masih bisa check in, tapi tetap harus “Adegan Rangga-Cinta’ dong karena sudah
detik-detik terakhir. Apalagi jarak antar gate
bandara ini naudzubillah jauhnya, jadi harus lari demi tidak mendapat
tatapan ngeri dari penumpang lainnya. Sesampainya di gate tersebut malah ada info pindah gate (padahal ini belum duduk dan tarik nafas loh), dan sialnya
kami harus pindah dari gate 2 ke gate 6, yaampuunnnn. Tapi yang penting
tidak ketinggalan pesawat sih.
Pernah juga telat ke bandara karena
ole-ole ketinggalan di hotel. Saat itu saya akan penerbangan pagi dari Manado-Makassar,
menggunakan Maskapai warna hijau yang kalo setelah landing kita akan
mendapatkan pantun. Saya sengaja nginap bersama teman-teman di hotel terdekat
dari bandara supaya tidak lama di perjalanan, apalagi maskapainya jarang delay. Pagi setelah sarapan, saya
langsung berangkat dari hotel menggunakan ojek online. Lagi ngobrol sama bapak
ojol, tiba-tiba baru ingat kalau saya meninggalkan ole-ole wajib di kamar
hotel. Ole-ole khas Manado yang kubela-belain beli untuk dibawa pulang. Alhasil
saya meminta bapak ojol untuk balik ke hotel, tapi ternyata harus mutar karna jalannya
jalur 1 arah. Setelah memastikan bahwa penerbangan masih bisa terkejar, kami
akhirnya kembali ke hotel. Long story
short, perjalanan menuju bandara dilalui sambil si bapak ojol ngebut.
Untungnya tiba tepat waktu, tapiii tidak sampai disitu, sebelum bapak ojol
kembali, saya minta tolong untuk memotret saya di depan bandara Sam Ratulangi
dengan latar tulisan "Sitou Timou Tumou Tou". Biar dikata hampir
telat, foto di bandara itu wajib, apalagi belum tentu akan balik ke sana lagi.
Hihi. Setelah itu barulah dimulai drama ngantri di pemeriksaan tiket dan “Adegan
Rangga-Cinta’ lagi menuju gate, dengan carrier
di punggung dan ole-ole di tangan. Untungnya bandara Sam Satulangi tidak besar,
hanya ada 4 gate yang tidak berjauhan. Thank
God.
Kejadian nyaris ketinggalan pesawat
tidak semuanya karena kesalahanku, ada juga karna kelalaian dan kekeliruan (pembenaran
sih ini). Saat itu saya penerbangan subuh dari Surabaya-Denpasar, pukul 6 bo',
jadi harus berangkat dari kosan teman pukul 4 subuh, apalagi bandara Juanda
Surabaya itu jauh sekali yah dari pemukiman. Untung saat itu saya diperkenalkan
oleh supir antar jemput mahasiswa langganan teman saya, sebutannya 'Suk'. Kami
berangkat jam 4 subuh sambil bercerita sepanjang jalan dengan Suk. Suk adalah
seorang bapak keturunan Tionghoa yang memberikan wejangan-wejangan tentang
keuangan. Menarik sekali memang pembahasannya sepanjang jalan, apalagi bagiku
yang saat itu sedang mencoba mengatur keuangan. Kami tiba di bandara sejam
sebelum boarding, tapi ternyata
wejangan Suk masih berlanjut saat mobil sudah parkir. 15 menit dihabiskan
mendengarkan wejangan Suk, sampai saya harus memotong pembicaraannya demi untuk
tidak ketinggalan pesawat, mana antrian masuk panjang skali. Yasudahlah, terima
nasib aja. Untungnya saat sedang ngantri, dibuka jalur khusus bagi penumpang
dengan penerbangan paling pertama. Selamaattt. Tidak ada drama di dalam
bandara.
Drama telat ke bandara memang menjadi
kebiasaanku dari dulu, entah karena disengaja atau tidak disengaja,
sampai-sampai seorang sahabat selalu mengingatkan untuk on time ke bandara. “KE
BANDARA ITU, 2 JAM SEBELUM TAKE OFF, BUKAN 15 MENIT!!” kata sahabatku. Tapi memang
dasar belum kena batunya, jadi yah dilakukan saja terus.
Pernah sekali, di Bandara Sepinggan
Balikpapan, udah telat tiba dan waktu check
in sudah ditutup. Kebetulan saat itu saya diantar oleh sepupu, maka
dimulailah drama memelas di bandara. "saudara saya ini dari jauh mas, tadi
busnya telat tiba, kasian mas," kata sepupu saya. Segala macam alasan
sambil memelas-melas kami lakukan di depan petugas check in. Setelah dikonfirmasi, untungnya saya masih bisa masuk, tapi
sudah tidak bisa masukkan bagasi lagi, padahal saat itu posisinya saya sedang
membawa 2 karton berisi ole-ole (yang singgah saya beli dulu dalam perjalanan
ke bandara) plus 1 ransel. Alhasil, harus muka tebal menuju boarding room yang kebetulan saat itu
gatenya paling ujung. Mana bandaranya sekece Sepinggan lagi, salah satu bandara
keren Indonesia saat itu. Yasudahlah, daripada tiket hangus, lebih baik bermuka
tebal aja.
Kupikir kejadian Bandara Sepinggan ini jadi
kejadian tersial ku di Bandara, ternyata tidak. Beberapa kali diselamatkan dari
ketinggalan pesawat dan tidak kapok untuk datang telat, sepertinya semesta
memang harus memberikan pelajaran.
Saat itu penerbangan dari
Denpasar-Makassar. Rencananya saya mau ikut rombongan mama yang saat itu sedang
ikut lomba di Bali, tapi ternyata saat akan memesan tiket, seatnya sudah full. Terpaksa
saya mengambil tiket paling murah di hari itu, yang sebenarnya lebih mahal 3
kali lipat dari harga normal karna saya beli tiket di hari keberangkatan.
Setelah mengantar mama dan rombongan, saya masih harus menunggu sekitar 6 jam sampai waktu flight. Rasanya sayang
sekali kalau hanya menghabiskan waktu selama 6 jam di bandara Ngurah Rai,
apalagi akses menuju pusat keramaian sangat gampang. Saya memutuskan untuk
jalan-jalan ke Beachwalk Mall, apalagi saya cuma bawa 1 tas tentengan karna carrier sudah dikirim duluan bersama rombongan
mama. Dari bandara ke Beachwalk Mall hanya
memakan waktu 5 menit menggunakan ojol, bisalah beberapa jam di sini. Setelah
keliling-keliling dan makan siang, saya mulai bosan dan memutuskan untuk
menonton. Lihat jam, mepet sih, tapi bisalah dengan 5 menit ke bandara nanti.
Jadilah keputusan tolol itu ku ambil, nonton. Ternyata tidak tenang juga selama
nonton, malah tidak fokus karna kepikiran akan waktu penerbangan. Akhirnya,
setengah jam sebelum flight, saya
memutuskan kembali ke bandara, dengan perkiraan 5 menit perjalanan. Sial
memang, karena jalur 1 arah jadi harus memutar, jadilah perjalanan ke bandara
memakan waktu 15 menit. Tiba di bandara langsung lari-lari ke counter check in, saat itu belum
mengenal online check in, dan
ternyata sudah tutup, duaaarrrrr. Petugasnya memberikan informasi bahwa chech
in ditutup 15 menit sebelum pesawat take off. Selamaattt.. Saya jadi uring2an
menuju ke customer service maskapai
itu. Mau re-schedule harus bayar
sesuai harga tiket yg 3 kali lipat lebih mahal itu, wahhh, tidak deh. Jadilah
saya keluar dan duduk di lantai bandara memikirkan nasib saya yang ketinggalan
pesawat karena ketololan sendiri. Akhirnya saya memutuskan untuk memesan kamar
hotel di dekat bandara, untuk menenangkan diri dan tidur seharian sambil
mencari tiket murah keesokan harinya untuk pulang. Untungnya dapat tiket sesuai
budget keesokan harinya walaupun last flight ke Makassar. Yaudahlah,
daripada tahan sehari lagi, malah kepikiran ketololan terus.
Saat itu saya berbohong ke mama kalau
saya sudah di Makassar tapi masih ada urusan, jadi balik ke Toraja besoknya
lagi, padahal lagi merutuki nasib di Bali karena ketinggalan pesawat. Ampun
mak.. Haha.
Ketinggalan pesawat itu rasanya seperti ditinggal saat lagi sayang-sayangnya. Dan memang lagi sayang. Sayang duitnya, sayang waktunya, dan lain-lain.
Nahh, sejak kejadian itu, saya jadi
sangat menghargai waktu untuk ke bandara ketika akan flight. Sebuah titik balik yah. Tidak pernah lagi berangkat telat
ke bandara. Paling lambat 2 jam sebelum
waktu keberangkatan sudah stand by di bandara. Sedekat apapun bandara itu dengan tempat menginap, bahkan di bandara
kecil seperti Bandara Mali (Alor) yang cuma 30 menit dari kota dan jalan bebas
hambatan.
Saking traumanya, saya pernah flight jam 10 siang dan sudah stand by di bandara dari jam 5
subuh..
So, akan ada kejadian-kejadian yang
membuat kita berbalik dari hal-hal tidak baik dalam hidup kita. Kadang harus
dibuat sakit dulu supaya tidak terbiasa melakukan hal yang nantinya akan
merugikan diri sendiri. Eaaaaaa…. Jadi jangan sampe ketinggalan pesawat yah. Sakit..