Rabu, 05 Februari 2020

Ditinggal Saat Memang Lagi Sayang-Sayangnya



Ketololan ketinggalan pesawat pernah ku alami. Setidaknya sekali seumur hidupku. Dan itu rasanya benar-benar patah hati. Seperti lagi sayang, trus ditinggal.

Datang di waktu mepet sebelum pesawat berangkat sudah menjadi kebiasaanku sejak sering menggunakan pesawat sebagai transportasi kembali dari perantauan ataupun saat traveling. Ada saja hal-hal aneh yang kulakukan hingga telat tiba di bandara. Terkadang, 2 jam sebelum boarding, saya baru berangkat ke bandara, padahal sudah tahu kalau jalanan macet parah. Alhasil, cuma bisa diam dan berdoa di dalam hati sambil dada berdebar-debar, berharap tidak ketinggalan pesawat. Kadang sudah telat berangkat, masih singgah beli ole-ole lagi, jadi makin telat. Alhasil, banyak drama yang kulakukan di bandara.

Lari-lari menuju gate menjadi salah satu drama yang sering kulakukan di bandara. Saya menyebut adegan lari-larian di bandara ini dengan sebutan ‘Adegan Rangga-Cinta’. Ingat kan pas Cinta lagi lari-lari di bandara untuk ketemu Rangga di AADC 1?  Entah kenapa setiap kali ke bandara bawaannya pasti lari-lari, bandara seakan kelihatan seperti jogging track untukku saat itu. Hehe.. Padahal memang ga bisa manage waktu aja.

Pernah satu kali, saya sudah telat tiba di bandara Hasanuddin Makassar, untungnya masih bisa check in, tapi tetap harus “Adegan Rangga-Cinta’ dong karena sudah detik-detik terakhir. Apalagi jarak antar gate bandara ini naudzubillah jauhnya, jadi harus lari demi tidak mendapat tatapan ngeri dari penumpang lainnya. Sesampainya di gate tersebut malah ada info pindah gate (padahal ini belum duduk dan tarik nafas loh), dan sialnya kami harus pindah dari gate 2 ke gate 6, yaampuunnnn. Tapi yang penting tidak ketinggalan pesawat sih.
Bandara Hasanuddin-Makassar, yang jarak antar Gate-nya jauh

Pernah juga telat ke bandara karena ole-ole ketinggalan di hotel. Saat itu saya akan penerbangan pagi dari Manado-Makassar, menggunakan Maskapai warna hijau yang kalo setelah landing kita akan mendapatkan pantun. Saya sengaja nginap bersama teman-teman di hotel terdekat dari bandara supaya tidak lama di perjalanan, apalagi maskapainya jarang delay. Pagi setelah sarapan, saya langsung berangkat dari hotel menggunakan ojek online. Lagi ngobrol sama bapak ojol, tiba-tiba baru ingat kalau saya meninggalkan ole-ole wajib di kamar hotel. Ole-ole khas Manado yang kubela-belain beli untuk dibawa pulang. Alhasil saya meminta bapak ojol untuk balik ke hotel, tapi ternyata harus mutar karna jalannya jalur 1 arah. Setelah memastikan bahwa penerbangan masih bisa terkejar, kami akhirnya kembali ke hotel. Long story short, perjalanan menuju bandara dilalui sambil si bapak ojol ngebut. Untungnya tiba tepat waktu, tapiii tidak sampai disitu, sebelum bapak ojol kembali, saya minta tolong untuk memotret saya di depan bandara Sam Ratulangi dengan latar tulisan "Sitou Timou Tumou Tou". Biar dikata hampir telat, foto di bandara itu wajib, apalagi belum tentu akan balik ke sana lagi. Hihi. Setelah itu barulah dimulai drama ngantri di pemeriksaan tiket dan “Adegan Rangga-Cinta’ lagi menuju gate, dengan carrier di punggung dan ole-ole di tangan. Untungnya bandara Sam Satulangi tidak besar, hanya ada 4 gate yang tidak berjauhan. Thank God
Sempatkan foto walaupun hampir telat di depan Bandara Sam Ratulangi - Manado

Kejadian nyaris ketinggalan pesawat tidak semuanya karena kesalahanku, ada juga karna kelalaian dan kekeliruan (pembenaran sih ini). Saat itu saya penerbangan subuh dari Surabaya-Denpasar, pukul 6 bo', jadi harus berangkat dari kosan teman pukul 4 subuh, apalagi bandara Juanda Surabaya itu jauh sekali yah dari pemukiman. Untung saat itu saya diperkenalkan oleh supir antar jemput mahasiswa langganan teman saya, sebutannya 'Suk'. Kami berangkat jam 4 subuh sambil bercerita sepanjang jalan dengan Suk. Suk adalah seorang bapak keturunan Tionghoa yang memberikan wejangan-wejangan tentang keuangan. Menarik sekali memang pembahasannya sepanjang jalan, apalagi bagiku yang saat itu sedang mencoba mengatur keuangan. Kami tiba di bandara sejam sebelum boarding, tapi ternyata wejangan Suk masih berlanjut saat mobil sudah parkir. 15 menit dihabiskan mendengarkan wejangan Suk, sampai saya harus memotong pembicaraannya demi untuk tidak ketinggalan pesawat, mana antrian masuk panjang skali. Yasudahlah, terima nasib aja. Untungnya saat sedang ngantri, dibuka jalur khusus bagi penumpang dengan penerbangan paling pertama. Selamaattt. Tidak ada drama di dalam bandara.
Surabaya, jam 4 subuh, menunggu Suk

Drama telat ke bandara memang menjadi kebiasaanku dari dulu, entah karena disengaja atau tidak disengaja, sampai-sampai seorang sahabat selalu mengingatkan untuk on time ke bandara. “KE BANDARA ITU, 2 JAM SEBELUM TAKE OFF, BUKAN 15 MENIT!!” kata sahabatku. Tapi memang dasar belum kena batunya, jadi yah dilakukan saja terus.

Pernah sekali, di Bandara Sepinggan Balikpapan, udah telat tiba dan waktu check in sudah ditutup. Kebetulan saat itu saya diantar oleh sepupu, maka dimulailah drama memelas di bandara. "saudara saya ini dari jauh mas, tadi busnya telat tiba, kasian mas," kata sepupu saya. Segala macam alasan sambil memelas-melas kami lakukan di depan petugas check in. Setelah dikonfirmasi, untungnya saya masih bisa masuk, tapi sudah tidak bisa masukkan bagasi lagi, padahal saat itu posisinya saya sedang membawa 2 karton berisi ole-ole (yang singgah saya beli dulu dalam perjalanan ke bandara) plus 1 ransel. Alhasil, harus muka tebal menuju boarding room yang kebetulan saat itu gatenya paling ujung. Mana bandaranya sekece Sepinggan lagi, salah satu bandara keren Indonesia saat itu. Yasudahlah, daripada tiket hangus, lebih baik bermuka tebal aja.
Bandara Sepinggan - Balikpapan

Kupikir kejadian Bandara Sepinggan ini jadi kejadian tersial ku di Bandara, ternyata tidak. Beberapa kali diselamatkan dari ketinggalan pesawat dan tidak kapok untuk datang telat, sepertinya semesta memang harus memberikan pelajaran.

Saat itu penerbangan dari Denpasar-Makassar. Rencananya saya mau ikut rombongan mama yang saat itu sedang ikut lomba di Bali, tapi ternyata saat akan memesan tiket, seatnya sudah full. Terpaksa saya mengambil tiket paling murah di hari itu, yang sebenarnya lebih mahal 3 kali lipat dari harga normal karna saya beli tiket di hari keberangkatan. Setelah mengantar mama dan rombongan, saya masih harus menunggu sekitar 6 jam sampai waktu flight. Rasanya sayang sekali kalau hanya menghabiskan waktu selama 6 jam di bandara Ngurah Rai, apalagi akses menuju pusat keramaian sangat gampang. Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Beachwalk Mall, apalagi saya cuma bawa 1 tas tentengan karna carrier sudah dikirim duluan bersama rombongan mama. Dari bandara ke Beachwalk Mall hanya memakan waktu 5 menit menggunakan ojol, bisalah beberapa jam di sini. Setelah keliling-keliling dan makan siang, saya mulai bosan dan memutuskan untuk menonton. Lihat jam, mepet sih, tapi bisalah dengan 5 menit ke bandara nanti. Jadilah keputusan tolol itu ku ambil, nonton. Ternyata tidak tenang juga selama nonton, malah tidak fokus karna kepikiran akan waktu penerbangan. Akhirnya, setengah jam sebelum flight, saya memutuskan kembali ke bandara, dengan perkiraan 5 menit perjalanan. Sial memang, karena jalur 1 arah jadi harus memutar, jadilah perjalanan ke bandara memakan waktu 15 menit. Tiba di bandara langsung lari-lari ke counter check in, saat itu belum mengenal online check in, dan ternyata sudah tutup, duaaarrrrr. Petugasnya memberikan informasi bahwa chech in ditutup 15 menit sebelum pesawat take off. Selamaattt.. Saya jadi uring2an menuju ke customer service maskapai itu. Mau re-schedule harus bayar sesuai harga tiket yg 3 kali lipat lebih mahal itu, wahhh, tidak deh. Jadilah saya keluar dan duduk di lantai bandara memikirkan nasib saya yang ketinggalan pesawat karena ketololan sendiri. Akhirnya saya memutuskan untuk memesan kamar hotel di dekat bandara, untuk menenangkan diri dan tidur seharian sambil mencari tiket murah keesokan harinya untuk pulang. Untungnya dapat tiket sesuai budget keesokan harinya walaupun last flight ke Makassar. Yaudahlah, daripada tahan sehari lagi, malah kepikiran ketololan terus.
Saat itu saya berbohong ke mama kalau saya sudah di Makassar tapi masih ada urusan, jadi balik ke Toraja besoknya lagi, padahal lagi merutuki nasib di Bali karena ketinggalan pesawat. Ampun mak.. Haha.
di Bandara Ngurah Rai - Bali, dengan barang seadanya, setelah 'ditinggal saat lagi sayang'

Ketinggalan pesawat itu rasanya seperti ditinggal saat lagi sayang-sayangnya. Dan memang lagi sayang. Sayang duitnya, sayang waktunya, dan lain-lain.

Nahh, sejak kejadian itu, saya jadi sangat menghargai waktu untuk ke bandara ketika akan flight. Sebuah titik balik yah. Tidak pernah lagi berangkat telat ke  bandara. Paling lambat 2 jam sebelum waktu keberangkatan sudah stand by di bandara. Sedekat apapun bandara itu dengan tempat menginap, bahkan di bandara kecil seperti Bandara Mali (Alor) yang cuma 30 menit dari kota dan jalan bebas hambatan.

Saking traumanya, saya pernah flight jam 10 siang dan sudah stand by di bandara dari jam 5 subuh.. 

So, akan ada kejadian-kejadian yang membuat kita berbalik dari hal-hal tidak baik dalam hidup kita. Kadang harus dibuat sakit dulu supaya tidak terbiasa melakukan hal yang nantinya akan merugikan diri sendiri. Eaaaaaa…. Jadi jangan sampe ketinggalan pesawat yah. Sakit..

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts