 |
Pia Baine Nyasar ke Pantai Oeseli, Rote Ndao |
“Dari
Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote”
Pernah dengar lagu ini gak? Dulu saya
sangat hapal lagu ini. Kalau gak salah lagu ini adalah lagu sebuah iklan kala
itu. Berkat lagu ini saya tahu tentang Pulau Rote yang dulunya ku sebut Pulau
Roti. Pulau yang pernah jadi salah satu pertanyaan di acara “Who Wants To Be A Millioner” dengan
pertanyaan ‘Pulau apakah yang merupakan pulau paling selatan di Indonesia’.
Mungkin karena predikatnya yang
merupakan pulau paling selatan Indonesia sehingga menjadikan Pulau Rote masuk
dalam bucket list liburan ku. Apalagi
sejak penempatan saya di Nusa Tenggara Timur membuat harapan ku semakin tinggi
untuk ke tempat ini (soalnya budget
ke Rote bisa lebih di tekan kalo masih 1 provinsi, hehe). Setelah jadi wacana
selama berbulan-bulan sejak tahun lalu, akhirnya wacana itu berubah menjadi
kenyataan di pertengahan April 2019 ini.
Di trip kali ini saya berangkat dari
tempat tugas di Alor, salah satu Pulau yang juga berada dalam wilayah di Nusa
Tenggara Timur. Memanfaatkan long weekend
dengan budget yang memungkinkan, saya
berangkat ke Rote. Banyak pilihan transportasi dari Alor-Rote, diantaranya
pesawat atau kapal. Kedua moda transportasi itu transit dulu di Kupang, ibukota
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Karena kali ini saya travelling-nya sendiri, jadi pesawat
adalah pilihan terbaik bagi saya, soalnya sebelumnya belum pernah naik kapal
sendiri dengan rute baru. Perjalanan Alor-Kupang selama 1 jam, transit 5 jam
lalu dilanjutkan rute Kupang-Rote hanya sekitar 20 menit. Pokoknya nanggung kalau
mau tidur, waktunya sangat singkat. Pesawat Kupang-Rote hanya 1 kali
penerbangan saja, yaitu jam 3 sore jadi sebaiknya kalau mau naik pesawat,
pastikan siang hari sudah harus tiba di Kupang.
Kalau
ingin budget lebih murah lebih baik
menggunakan kapal, walaupun waktunya agak lama. Tapi perbedaan waktunya tidak
terlalu signifikan. Transportasi laut dengan rute Kupang-Rote menggunakan kapal
cepat hanya sekitar ± 2 jam perjalanan
dengan biaya sekitar 120 ribu, sedangkan kalau mau menggunakan kapal lambat
harus menempuh perjalanan sekitar ± 4 jam dengan harga yang lebih murah lagi
(keunggulan kapal lambat adalah bisa membawa kendaraan dari atau ke Kupang).
Kapal cepat beroperasi 2 kali sehari dan kapal lambat 1 kali sehari. Gampang
mah kalau mau ke Rote, banyak akses, tinggal mengumpulkan niat saja.
 |
Bandara D.C. Saudale, Kab. Rote Ndao |
Saya tiba di Bandara D.C. Saudale di
Rote pukul 03.30 WITA dengan disambut pemandangan jejeran pohon lontar di
sekitar bandara. Hal yang menarik selama penerbangan adalah banyak turis asing
yang bersama saya dalam perjalanan menuju Rote kali ini. Turis yang membawa
alat surving mereka. Ternyata Rote
terkenal sampai ke mancanegara dengan lautnya yang bagus untuk surfing. Selama ini saya tidak pernah
melihat bule sebanyak ini jika ke pulau lain di NTT yang pernah saya kunjungi
(baru pulau Alor dan Pulau Timor sih yg pernah saya kunjungi sejauh ini, hehe).
Saya
di jemput oleh Apong, teman yang bertugas di Rote. Dari Bandara kami menuju
Ibukota Kabupaten Rote Ndao yaitu Ba’a. Tidak sampai 30 menit dari bandara
menuju pusat kota. Jalanannya juga mulus. Singgah sebentar di pasar lalu kami
lanjut ke Batutua, Rote Barat Daya, tempat saya akan menginap nantinya.
1. BUKIT KOKOLO, ROTE BARAT DAYA
 |
Bukit Kokolo, Rote Barat Daya |
Perjalanan dari Ba’a menuju Batutua
sebenarnya hanya sekitar 45 menit, tapi dalam perjalanan Apong mengajak saya ke
sebuah bukit bernama Bukit Kokolo. Bukit ini memberikan pemandangan yang luar
biasa. Sebelah Timur Laut adalah pemandangan padang rumput dan pohon lontar sejauh
mata memandang dan sebelah barat daya menyuguhkan pemandangan laut lepas dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dari jalan poros menuju bukit ini kita harus
melewati jalanan kerikil selama sekitar 15 menit menggunakan motor.
 |
View padang rumput dari Bukit Kokolo, Rote Barat Daya |
 |
Pohon Lontar dari Bukit Kokolo |
2. Menenangkan diri menghadap
hadirat Tuhan di BUKIT DOA, ROTE BARAT DAYA
 |
View dari Bukit Doa, Rote Barat Daya |
Tidak jauh dari Kokolo, dalam
perjalanan menuju Batutua, masih ada 1 bukit yang ternyata digunakan masyarakat
sekitar untuk berdoa, namanya Bukit Doa. Di bukit doa ini terdapat sebuah
bangunan kecil yang digunakan masyarakat untuk membaca alkitab dan berdoa. Pada
saat saya ke sana ada seorang bapa yang sedang membaca kitab suci. Terdapat
juga 3 salib berdiri di belakang bangunan tersebut. View yang disuguhkan di tempat ini kurang lebih sama dengan di Bukit
Kokolo namun view laut terlihat lebih
jelas dengan Pelabuhan Batutua yang menjorok jauh ke dalam laut.
 |
Sekumpulan Domba Melewati jalan |
 |
View laut lepas dari Bukit Doa |
Menenangkan juga berada di tempat ini,
salah satu kondisi yang dibutuhkan untuk menyendiri untuk berbicara dengan Sang
Pencipta.
3. PANTAI DERANITAN, ROTE
BARAT DAYA
 |
Lapangan LANAL, Rote Barat Daya |
Kami semakin menurun menuju pesisir
pantai, melewati perkampungan warga, dan tibalah di Desa Batutua. Desa pesisir
pantai di Rote Barat Daya. Ternyata Apong masih mengajak saya ke salah satu
pantai di sebelah timur dari Desa Batutua. Berkendara selama 15 menit, kami
tiba di ujung jalan ini dengan disambut oleh plang bertuliskan “Selamat Datang
di LANAL”. Ternyata LANAL adalah Pangkalan TNI-AL Kabupaten Rote. Tempatnya
para tentara, jadi kami harus melapor dulu sama komandan yang berjaga di pos
penjagaan. Nama pantainya adalah Pantai Deranitan, sebuah pantai yang seperti
tebing yang menjorok ke laut dengan pasir pantai putih melengkung di bawah
tebingnya. Karena sudah sore jadi kami hanya menikmati matahari terbenam dari
pantai ini. Tapi pemandangannya tetap kece.
 |
Pantai Deranitan, Rote Barat Daya |
 |
Pantai Deranitan, Rote Barat Daya |
Setelah itu baru kami kembali ke Desa
Batutua untuk istirahat di mess NS Puskesmas Batutua. Di sana beberapa teman
sudah menunggu.
******
4. PANTAI OESELI, ROTE BARAT DAYA
 |
Lanscape Pantai Oeseli, Rote Barat Daya |
Keesokan harinya saya di ajak oleh semua tim NS
Batutua menuju salah satu pantai terkenal di Rote, masih dalam wilayah Rote
Barat Daya. Kali ini kami lebih rame karena jalannya ber-5. Ada Kak Tasya, Eky,
Desi, Apong, dan saya. Kami berkendara ke arah barat menuju Pantai Oeseli. 45
menit perjalanan dari Batutua melewati setengah jalan mulus dan setengahnya
lagi jalan berbatu dengan tanjakan dan turunannya, jadi harus hati-hati.
Akhirnya kami tiba di Desa Oeseli yang saat itu sedang sepi karena sedang
dilangsungkan kegiatan pemilu, jadi masyarakat pada sibuk di TPS.
 |
Perahu terparkir |
Kami tiba di Pantai Oeseli sekitar jam setengah
12 siang. Iyah, udah siang banget, soalnya tunggu yang lain ikut pemilu dulu.
Memasuki desa Oeseli kami disambut dengan pemandangan laut dengan perpaduan
hijau dan biru yang sangat menarik, keren banget. Dia atas hijaunya air laut,
terlihat kapal-kapal yang lagi parkir. Informasi dari teman-teman, ternyata
kapal-kapal itu punya bule. Luar biasa yah, bule investasinya udah sampai ke
Rote yang bagi orang Indonesia adalah salah satu daerah terpencil.
 |
Perahu tradisitonal dan Kapal |
Menyusuri jalanan sepanjang pinggir pantai di
depan rumah warga, terlihat pemandangan pinggir pantai seperti biasanya. Pohon
kelapa yang miring ke laut, pantai pasir putih yang sumpeh putih banget
mengalahkan putihnya kulit cewek-cewek iklan PonGs, dan babi berkeliaran di
mana-mana. Ehhh,, koq babi?
 |
Pohon Kelapa Khas Kampung Pesisir |
 |
Dinding Pembatas Pantai |
Iyah, jadi mau dimana pun di Rote, hewan akan
hidup berdampingan dengan rukun sambil makan di mana mana hatinya senang. Tidak
menutup kemungkinan di tempat wisata. Di satu sisi ada kambing yang makan dengan tenang, di satu sisi ada
babi yang membuat jejak kakinya di pantai yang basah oleh air laut, di satu
sisi ada sapi yang dengan tentramnya menikmati rumput hijau di depan rumah .
Yah, rukun yah.
 |
Kambing menikmati Makan Siang |
Back to Pantai Oeseli. Saat kami tiba,
air laut sedang surut, tapi pantainya tetap keren. Di satu sisi kapal terparkir
dengan tenang, di satu sisi pohon bakau berdiri dengan tegak. Komposisi yang
sangat pas untuk di abadikan di kamera. Terik matahari yang menyengat tidak
menyurutkan semangat untuk hunting foto, malah semakin mendukung keindahan tempat ini.
 |
Hutann Bakau dari Kejauhan |
 |
Menikmati Pantai |
 |
JalanG di Pantai |
5. TELAGA NIRWANA, ROTE BARAT DAYA
Dari Pantai Oeseli, ternyata kami akan
menyeberang untuk melihat salah satu spot bernama Telaga Nirwana. Untuk
menyeberang bisa menggunakan perahu motor yang disewakan warga sekitar ataupun
bisa dengan berjalan kaki jika air sangat surut. Sayangnya saat itu air masih
tinggi jadi kami tidak dapat berjalan kaki.
 |
Perahu menuju Pantai sebelah |
Kami menyewa 1 buah perahu. Karena
saat itu sedang berlangsung pesta demokrasi jadi tidak banyak pengunjung dan
juga masyarakat desa setempat sedang sibuk di TPS sehingga hanya sedikit yang
menyewakan perahu.
 |
Adik-adik yang Mendorong perahu |
 |
Perjalanan Menyeberang |
Untuk sampai di seberang, tidak membutuhkan
waktu lama. Hanya sekitar 5 menit kami menyeberangi laut tersebut. Tapi selama
5 menit tersebut pemandangan laut yang di tawarkan tetap menghipnotis. Dari
kejauhan terlihat karang tinggi di tengah laut seakan membentuk pintu masuk.
 |
Pemandangan Batu Karang dari Atas Perahu |
 |
Pegangan!! |
Tiba di seberang kami terpaksa harus
masuk ke dalam air karena perahu sudah tidak dapat sandar lebih masuk ke
daratan, air sudah semakin surut. Yasudahlah, relakan saja celana basah. Kalo
kata Kak Tasya, “Kalau main ke pantai memang harus basah.”
Yup! Dan salahnya adalah saya pakai
sepatu saat itu, hehe, salah kostum banget yah. Jadinya harus nyeker dari
perahu ke bibir pantai, padahal yang diinjak bukan pasir halus tapi karang
berlumpur. Lumpurnya putih dong, tapi tetep aja kaki ngilu kena
karang-karangnya. Gapapalah, dinikmati aja shayyy, walaupun agak meringis
sedikit, hehehe.
 |
Jalan Kaki Menuju Spot |
Dari bibir pantai kita masih harus
berjalan kaki sekitar 500 meter melalui tanjakan dan beberapa batu karang yang
timbul di sepanjang perjalanan menuju spot Telaga Nirwana. Karena perjalanannya
yang sedikit menguras tenaga, jadi pastikan untuk membawa air minum ke tempat
ini, biar gak kehausan. Bawa tumblr air minum isi ulang sebaiknya, supaya tidak
meninggalkan sampah.
 |
Spot Foto Telaga Nirwana |
Setelah berjalan kaki selama 5 menit, kami
tiba di sebuah batu dengan tulisan “Telaga Nirwana” di atasnya. Sepertinya ini
yang menjadi spot favorit pengunjung untuk dijadikan tempat berfoto. Ternyata
memang pemandangan dari atas batu ini menuju telaga benar-benar bagus. Kita
bisa melihat seluruh telaga dari atas batu ini. Tapi kita harus berhati-hati
memanjat karang ini, karangnya tajam-tajam dan nenek bilang itu berbahaya… gak
usah nyanyi juga sih..
 |
Landscape Telaga Nirwana |
 |
Batu Tajam yang Dipijak |
Air di Telaga Nirwana sangat jernih, terbukti
dengan terlihatnya pasir putih di dasar telaga dan beberapa karangnya. Disamping
itu, pohon bakau berbaris rapat di sekeliling telaga seperti paspampres yang
sedang membuat barisan untuk melindungi presidennya (Analoginya gitu amat
yah?). Hijaunya pohon bakau yang kontras dengan langit biru menambah eksotisnya
telaga ini. Dari atas terlihat sangat menyejukkan. Kalau kalian suka berenang,
pasti bakalan langsung ingin menyeburkan diri kedalam airnya yang jernih. Kalau
saya sih gak minat berenang yah, soalnya gak bisa berenang, hahaha. Nasib. Jadi
saya hanya mengambil gambar dan diambil gambarnya, ehh.
 |
Berfoto dengan Latar Belakang Telaga Nirwana |
 |
The Team |
Dari Pantai Oeseli, kami rencana
menuju Pantai Nemberala, namun sebelumnya kami menikmati dulu air kelapa muda
hasil petikan adik-adik di Desa Oeseli. Fresh
from the oven. Segar sekali! Memang yah, menikmati kelapa di siang bolong, langsung
dari pohonnya sambil menikmati pantai itu ‘juwarakk!’
6. PANTAI NEMBERALA, ROTE BARAT
Pantai Nemberala adalah salah satu
pantai yang terkenal di Rote dengan tempat seluncurnya dan tempat menikmati
sunset yang sempurna. For your
information, Bapak Jokowi saat berkunjung ke Rote juga menyempatkan diri ke
pantai ini loh. Pantai Nemberala berada di Desa Delha, Rote Barat. Dari Oeseli
kami berkendara selama kurang lebih 30 menit. Akses ke Pantai ini tergolong
sangat mulus loh dibandingkan pantai lain yang saya kunjungi, apa mungkin
karena lebih sering dikunjungi wisatawan mancanegara apa gimana yah? Gak ngerti
juga.
Memasuki wilayah pantai Nemberala,
suasana Bali terasa sekali di sini. Di kiri kanan terlihat café dan toko yang
menjual papan surfing. Semuanya
rasanya Bali banget, sampai tiba-tiba seekor babi melintas di depan kami. Maka
hancurlah imajinasiku tentang Bali. Ternyata aura Rotenya masih terasa yah,
hehehe. Yah, seperti di tempat lainnya, hewan berkeliaran di pantai ini yang
notabene paling banyak dikunjungi turis mancanegara.
Saat itu saya dan teman-teman tidak
sempat menikmati sunset di Pantai Nemberala karena kami tiba terlalu cepat di
Nemberala sehingga kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke Desa sebelah,
ehtapi malah keterusan karena spot yang kami kunjungi juga menarik sekali,
yaitu sebuah Villa di Desa Oenggaut.
7. Menikmati Sunset dari
Ketinggian DESA OENGGAUT
 |
Lanscape dari Ketinggian Oenggaut |
 |
Mengabadikan |
 |
Enjoying Sunset |
Kami yang awalnya berencana menikmati sunset di
salah satu Pantai di Desa Oenggaut, Rote Barat, pada akhirnya berpindah ke
salah satu Villa di Desa yang sama. Salah satu kenalan baru saya yang bertugas
di Delha mendapatkan akses ke salah satu villa milik bule yang saat itu sedang
di renovasi. Tidak ditanya 2 kali, kami mengambilkan kesempatan itu. Saya
kurang tahu nama Villa nya, kita sebut saja Vila Oenggaut yah. Perjalanan dari
Nemberala menuju Vila sekitar 15 menit dengan jalan yang mulai ‘robek’ dan berdebu.
Di sepanjang jalan di Nemberala banyak penginapan yang unik. Ternyata sebagian
besar penginapan tersebut adalah milik bule yang berinvestasi di tempat
tersebut dengan harga yang mahal pula. Sayang juga sih, lokasi wisata milik
warga Indonesia tapi investornya dari luar negeri. Begitu pula dengan Villa
yang akan kami datangi ini.
 |
Langit Menguning di Ujung Barat |
 |
Girls on Talk |
 |
Membiarkan Matahari Menghangatkan Wajahku |
Di Villa Oenggaut yang didominasi oleh
kayu dan bamboo berwarna coklat itu kita akan disajikan pemandangan pantai yang
dan hutan yang berpadu dengan sempurna.Perpaduan antara hutan dengan pepohonan
lontar di sebelah selatan menyatu dengan pemandangan pantai di sebelah utara
sampai barat, di tambah matahari yang sebentar lagi tenggelam. Maka semakin
eksotislah tempat ini. Tempat ini memang pas sekali untuk menikmati senja apalagi
dengan secangkir kopi dan teman untuk bicara.
 |
Mulai Menghilang |
 |
Silhouette |
 |
Menutup Matahari |
 |
Pertemanan Sehat |
8. RESTAURANT
NARROW, NEMBERALA
 |
Buku Menu Restaurant Narrow |
 |
Tampak Depan Restaurant Narrow |
 |
Plang Nama Restaurant Narrow |
Malam hari kami menikmati makan malam
di salah satu restaurant Pantai Nemberala bernama Restauran Narrow. Restauran
ini tidak terlalu besar, kesannya malah seperti café. Interiornya yang unik dan
cozy membuat kita betah untuk menikmati makanan di dalamnya, apalagi jika ingin
ngumpul santai bersama teman, tempat ini bisa menjadi salah satu pilihan.
 |
Gather Around with Friend in a cozy place |
 |
Interior Restaurant Narrow |
Restaurant Narrow juga sangat
memperhatikan kualitas makanan salah satunya dari segi rasa dan penyajian.
Rasanya yang sesuai dengan harapan dan penyajian yang good looking semakin
menambah nilai jual dari restaurant ini. Menu yang ditawarkan juga beragam
mulai dari makanan local Indonesia, Western, Oriental, bahkan Appetizer dan Dessert
juga ada di restaurant ini.
 |
Interior Unik |
Restaurant ini juga ‘menjual’ attitude
yang baik dari owner hingga karyawannya. Pemilik restaurant yang begitu ramah
mengajak pengunjungnya ngobrol menjadikan nilai jual restaurant ini bertambah.
Satu hal yang menonjol dari restaurant ini adalah kepeduliannya terhadap
lingkungan terbukti mereka sudah memberlakukan pengurangan penggunaan plastic,
contohnya sedotannya menggunakan yang berbahan stainle, jadi re-use.
 |
Sedotan Stainless sebagai salah satu bentuk kepedulian lingkungan (less plastic) |
Soal harga, restaurant ini memang
makan ongkos. Kamu harus merogoh kocek lebih untuk dapat menikmati makanan di
sini. Namun menurut saya harga itu seimbang dengan kualitas makanan dan
pelayanan yang ditawarkan oleh restaurant ini. Tidak seperti tempat makan
lainnya yang saya temukan utamanya di daerah NTT.
 |
Owner restaurant beserta tamunya |
Mungkin kalau kalian berkunjung ke
Pantai Nemberala di Rote, sempatkan untuk masuk di restaurant ini, ownernya
asik. Dijamin!
Sehari di Rote dan saya mengunjungi beberapa tempat luar biasa di Rote, masih banyak spot yang saya kunjungi di Rote selama 2 hari ke depan, tunggu postingan selanjutnya yah..
Selamat menikmati Wajah Indonesia melalui tulisan saya.
Leave your comment below.
Curly