Kamis, 25 April 2019

Melarikan Diri ke Pulau Seribu Lontar - Part 1

Pia Baine Nyasar ke Pantai Oeseli, Rote Ndao


“Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote”


Pernah dengar lagu ini gak? Dulu saya sangat hapal lagu ini. Kalau gak salah lagu ini adalah lagu sebuah iklan kala itu. Berkat lagu ini saya tahu tentang Pulau Rote yang dulunya ku sebut Pulau Roti. Pulau yang pernah jadi salah satu pertanyaan di acara “Who Wants To Be A Millioner” dengan pertanyaan ‘Pulau apakah yang merupakan pulau paling selatan di Indonesia’.

Mungkin karena predikatnya yang merupakan pulau paling selatan Indonesia sehingga menjadikan Pulau Rote masuk dalam bucket list liburan ku. Apalagi sejak penempatan saya di Nusa Tenggara Timur membuat harapan ku semakin tinggi untuk ke tempat ini (soalnya budget ke Rote bisa lebih di tekan kalo masih 1 provinsi, hehe). Setelah jadi wacana selama berbulan-bulan sejak tahun lalu, akhirnya wacana itu berubah menjadi kenyataan di pertengahan April 2019 ini.

Di trip kali ini saya berangkat dari tempat tugas di Alor, salah satu Pulau yang juga berada dalam wilayah di Nusa Tenggara Timur. Memanfaatkan long weekend dengan budget yang memungkinkan, saya berangkat ke Rote. Banyak pilihan transportasi dari Alor-Rote, diantaranya pesawat atau kapal. Kedua moda transportasi itu transit dulu di Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Karena kali ini saya travelling-nya sendiri, jadi pesawat adalah pilihan terbaik bagi saya, soalnya sebelumnya belum pernah naik kapal sendiri dengan rute baru. Perjalanan Alor-Kupang selama 1 jam, transit 5 jam lalu dilanjutkan rute Kupang-Rote hanya sekitar 20 menit. Pokoknya nanggung kalau mau tidur, waktunya sangat singkat. Pesawat Kupang-Rote hanya 1 kali penerbangan saja, yaitu jam 3 sore jadi sebaiknya kalau mau naik pesawat, pastikan siang hari sudah harus tiba di Kupang. 

Kalau ingin budget lebih murah lebih baik menggunakan kapal, walaupun waktunya agak lama. Tapi perbedaan waktunya tidak terlalu signifikan. Transportasi laut dengan rute Kupang-Rote menggunakan kapal cepat hanya sekitar  ± 2 jam perjalanan dengan biaya sekitar 120 ribu, sedangkan kalau mau menggunakan kapal lambat harus menempuh perjalanan sekitar ± 4 jam dengan harga yang lebih murah lagi (keunggulan kapal lambat adalah bisa membawa kendaraan dari atau ke Kupang). Kapal cepat beroperasi 2 kali sehari dan kapal lambat 1 kali sehari. Gampang mah kalau mau ke Rote, banyak akses, tinggal mengumpulkan niat saja. 


Bandara D.C. Saudale, Kab. Rote Ndao

Saya tiba di Bandara D.C. Saudale di Rote pukul 03.30 WITA dengan disambut pemandangan jejeran pohon lontar di sekitar bandara. Hal yang menarik selama penerbangan adalah banyak turis asing yang bersama saya dalam perjalanan menuju Rote kali ini. Turis yang membawa alat surving mereka. Ternyata Rote terkenal sampai ke mancanegara dengan lautnya yang bagus untuk surfing. Selama ini saya tidak pernah melihat bule sebanyak ini jika ke pulau lain di NTT yang pernah saya kunjungi (baru pulau Alor dan Pulau Timor sih yg pernah saya kunjungi sejauh ini, hehe).

Saya di jemput oleh Apong, teman yang bertugas di Rote. Dari Bandara kami menuju Ibukota Kabupaten Rote Ndao yaitu Ba’a. Tidak sampai 30 menit dari bandara menuju pusat kota. Jalanannya juga mulus. Singgah sebentar di pasar lalu kami lanjut ke Batutua, Rote Barat Daya, tempat saya akan menginap nantinya.



1.   BUKIT KOKOLO, ROTE BARAT DAYA
Bukit Kokolo, Rote Barat Daya

Perjalanan dari Ba’a menuju Batutua sebenarnya hanya sekitar 45 menit, tapi dalam perjalanan Apong mengajak saya ke sebuah bukit bernama Bukit Kokolo. Bukit ini memberikan pemandangan yang luar biasa. Sebelah Timur Laut adalah pemandangan padang rumput dan pohon lontar sejauh mata memandang dan sebelah barat daya menyuguhkan pemandangan laut lepas dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dari jalan poros menuju bukit ini kita harus melewati jalanan kerikil selama sekitar 15 menit menggunakan motor.

View padang rumput dari Bukit Kokolo, Rote Barat Daya

Pohon Lontar dari Bukit Kokolo

 2. Menenangkan diri menghadap hadirat Tuhan di BUKIT DOA, ROTE BARAT DAYA
View dari Bukit Doa, Rote Barat Daya
Tidak jauh dari Kokolo, dalam perjalanan menuju Batutua, masih ada 1 bukit yang ternyata digunakan masyarakat sekitar untuk berdoa, namanya Bukit Doa. Di bukit doa ini terdapat sebuah bangunan kecil yang digunakan masyarakat untuk membaca alkitab dan berdoa. Pada saat saya ke sana ada seorang bapa yang sedang membaca kitab suci. Terdapat juga 3 salib berdiri di belakang bangunan tersebut. View yang disuguhkan di tempat ini kurang lebih sama dengan di Bukit Kokolo namun view laut terlihat lebih jelas dengan Pelabuhan Batutua yang menjorok jauh ke dalam laut.


Sekumpulan Domba Melewati jalan

View laut lepas dari Bukit Doa
Menenangkan juga berada di tempat ini, salah satu kondisi yang dibutuhkan untuk menyendiri untuk berbicara dengan Sang Pencipta.

3. PANTAI DERANITAN, ROTE BARAT DAYA


Lapangan LANAL, Rote Barat Daya
Kami semakin menurun menuju pesisir pantai, melewati perkampungan warga, dan tibalah di Desa Batutua. Desa pesisir pantai di Rote Barat Daya. Ternyata Apong masih mengajak saya ke salah satu pantai di sebelah timur dari Desa Batutua. Berkendara selama 15 menit, kami tiba di ujung jalan ini dengan disambut oleh plang bertuliskan “Selamat Datang di LANAL”. Ternyata LANAL adalah Pangkalan TNI-AL Kabupaten Rote. Tempatnya para tentara, jadi kami harus melapor dulu sama komandan yang berjaga di pos penjagaan. Nama pantainya adalah Pantai Deranitan, sebuah pantai yang seperti tebing yang menjorok ke laut dengan pasir pantai putih melengkung di bawah tebingnya. Karena sudah sore jadi kami hanya menikmati matahari terbenam dari pantai ini. Tapi pemandangannya tetap kece.


Pantai Deranitan, Rote Barat Daya

Pantai Deranitan, Rote Barat Daya
Setelah itu baru kami kembali ke Desa Batutua untuk istirahat di mess NS Puskesmas Batutua. Di sana beberapa teman sudah menunggu.

******


4.   PANTAI OESELI, ROTE BARAT DAYA


Lanscape Pantai Oeseli, Rote Barat Daya
Keesokan harinya saya di ajak oleh semua tim NS Batutua menuju salah satu pantai terkenal di Rote, masih dalam wilayah Rote Barat Daya. Kali ini kami lebih rame karena jalannya ber-5. Ada Kak Tasya, Eky, Desi, Apong, dan saya. Kami berkendara ke arah barat menuju Pantai Oeseli. 45 menit perjalanan dari Batutua melewati setengah jalan mulus dan setengahnya lagi jalan berbatu dengan tanjakan dan turunannya, jadi harus hati-hati. Akhirnya kami tiba di Desa Oeseli yang saat itu sedang sepi karena sedang dilangsungkan kegiatan pemilu, jadi masyarakat pada sibuk di TPS.


Perahu terparkir 
Kami tiba di Pantai Oeseli sekitar jam setengah 12 siang. Iyah, udah siang banget, soalnya tunggu yang lain ikut pemilu dulu. Memasuki desa Oeseli kami disambut dengan pemandangan laut dengan perpaduan hijau dan biru yang sangat menarik, keren banget. Dia atas hijaunya air laut, terlihat kapal-kapal yang lagi parkir. Informasi dari teman-teman, ternyata kapal-kapal itu punya bule. Luar biasa yah, bule investasinya udah sampai ke Rote yang bagi orang Indonesia adalah salah satu daerah terpencil.


Perahu tradisitonal dan Kapal 
Menyusuri jalanan sepanjang pinggir pantai di depan rumah warga, terlihat pemandangan pinggir pantai seperti biasanya. Pohon kelapa yang miring ke laut, pantai pasir putih yang sumpeh putih banget mengalahkan putihnya kulit cewek-cewek iklan PonGs, dan babi berkeliaran di mana-mana. Ehhh,, koq babi?


Pohon Kelapa Khas Kampung Pesisir

Dinding Pembatas Pantai
Iyah, jadi mau dimana pun di Rote, hewan akan hidup berdampingan dengan rukun sambil makan di mana mana hatinya senang. Tidak menutup kemungkinan di tempat wisata. Di satu sisi ada kambing  yang makan dengan tenang, di satu sisi ada babi yang membuat jejak kakinya di pantai yang basah oleh air laut, di satu sisi ada sapi yang dengan tentramnya menikmati rumput hijau di depan rumah . Yah, rukun yah.


Kambing menikmati Makan Siang
Back to Pantai Oeseli. Saat kami tiba, air laut sedang surut, tapi pantainya tetap keren. Di satu sisi kapal terparkir dengan tenang, di satu sisi pohon bakau berdiri dengan tegak. Komposisi yang sangat pas untuk di abadikan di kamera. Terik matahari yang menyengat tidak menyurutkan semangat untuk hunting foto, malah semakin mendukung keindahan tempat ini.


Hutann Bakau dari Kejauhan

Menikmati Pantai

JalanG di Pantai


5. TELAGA NIRWANA, ROTE BARAT DAYA

Dari Pantai Oeseli, ternyata kami akan menyeberang untuk melihat salah satu spot bernama Telaga Nirwana. Untuk menyeberang bisa menggunakan perahu motor yang disewakan warga sekitar ataupun bisa dengan berjalan kaki jika air sangat surut. Sayangnya saat itu air masih tinggi jadi kami tidak dapat berjalan kaki.
Perahu menuju Pantai sebelah
Kami menyewa 1 buah perahu. Karena saat itu sedang berlangsung pesta demokrasi jadi tidak banyak pengunjung dan juga masyarakat desa setempat sedang sibuk di TPS sehingga hanya sedikit yang menyewakan perahu. 


Adik-adik yang Mendorong perahu


Perjalanan Menyeberang
Untuk sampai di seberang, tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sekitar 5 menit kami menyeberangi laut tersebut. Tapi selama 5 menit tersebut pemandangan laut yang di tawarkan tetap menghipnotis. Dari kejauhan terlihat karang tinggi di tengah laut seakan membentuk pintu masuk. 


Pemandangan Batu Karang dari Atas Perahu

Pegangan!!
Tiba di seberang kami terpaksa harus masuk ke dalam air karena perahu sudah tidak dapat sandar lebih masuk ke daratan, air sudah semakin surut. Yasudahlah, relakan saja celana basah. Kalo kata Kak Tasya, “Kalau main ke pantai memang harus basah.”


Yup! Dan salahnya adalah saya pakai sepatu saat itu, hehe, salah kostum banget yah. Jadinya harus nyeker dari perahu ke bibir pantai, padahal yang diinjak bukan pasir halus tapi karang berlumpur. Lumpurnya putih dong, tapi tetep aja kaki ngilu kena karang-karangnya. Gapapalah, dinikmati aja shayyy, walaupun agak meringis sedikit, hehehe.


Jalan Kaki Menuju Spot


Dari bibir pantai kita masih harus berjalan kaki sekitar 500 meter melalui tanjakan dan beberapa batu karang yang timbul di sepanjang perjalanan menuju spot Telaga Nirwana. Karena perjalanannya yang sedikit menguras tenaga, jadi pastikan untuk membawa air minum ke tempat ini, biar gak kehausan. Bawa tumblr air minum isi ulang sebaiknya, supaya tidak meninggalkan sampah.


Spot Foto Telaga Nirwana
Setelah berjalan kaki selama 5 menit, kami tiba di sebuah batu dengan tulisan “Telaga Nirwana” di atasnya. Sepertinya ini yang menjadi spot favorit pengunjung untuk dijadikan tempat berfoto. Ternyata memang pemandangan dari atas batu ini menuju telaga benar-benar bagus. Kita bisa melihat seluruh telaga dari atas batu ini. Tapi kita harus berhati-hati memanjat karang ini, karangnya tajam-tajam dan nenek bilang itu berbahaya… gak usah nyanyi juga sih.. 

Landscape Telaga Nirwana

Batu Tajam yang Dipijak
Air di Telaga Nirwana sangat jernih, terbukti dengan terlihatnya pasir putih di dasar telaga dan beberapa karangnya. Disamping itu, pohon bakau berbaris rapat di sekeliling telaga seperti paspampres yang sedang membuat barisan untuk melindungi presidennya (Analoginya gitu amat yah?). Hijaunya pohon bakau yang kontras dengan langit biru menambah eksotisnya telaga ini. Dari atas terlihat sangat menyejukkan. Kalau kalian suka berenang, pasti bakalan langsung ingin menyeburkan diri kedalam airnya yang jernih. Kalau saya sih gak minat berenang yah, soalnya gak bisa berenang, hahaha. Nasib. Jadi saya hanya mengambil gambar dan diambil gambarnya, ehh.

 
Berfoto dengan Latar Belakang Telaga Nirwana

The Team

Dari Pantai Oeseli, kami rencana menuju Pantai Nemberala, namun sebelumnya kami menikmati dulu air kelapa muda hasil petikan adik-adik di Desa Oeseli. Fresh from the oven. Segar sekali! Memang yah, menikmati kelapa di siang bolong, langsung dari pohonnya sambil menikmati pantai itu ‘juwarakk!’


6.   PANTAI NEMBERALA, ROTE BARAT

Pantai Nemberala adalah salah satu pantai yang terkenal di Rote dengan tempat seluncurnya dan tempat menikmati sunset yang sempurna. For your information, Bapak Jokowi saat berkunjung ke Rote juga menyempatkan diri ke pantai ini loh. Pantai Nemberala berada di Desa Delha, Rote Barat. Dari Oeseli kami berkendara selama kurang lebih 30 menit. Akses ke Pantai ini tergolong sangat mulus loh dibandingkan pantai lain yang saya kunjungi, apa mungkin karena lebih sering dikunjungi wisatawan mancanegara apa gimana yah? Gak ngerti juga.

Memasuki wilayah pantai Nemberala, suasana Bali terasa sekali di sini. Di kiri kanan terlihat café dan toko yang menjual papan surfing. Semuanya rasanya Bali banget, sampai tiba-tiba seekor babi melintas di depan kami. Maka hancurlah imajinasiku tentang Bali. Ternyata aura Rotenya masih terasa yah, hehehe. Yah, seperti di tempat lainnya, hewan berkeliaran di pantai ini yang notabene paling banyak dikunjungi turis mancanegara.


Saat itu saya dan teman-teman tidak sempat menikmati sunset di Pantai Nemberala karena kami tiba terlalu cepat di Nemberala sehingga kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke Desa sebelah, ehtapi malah keterusan karena spot yang kami kunjungi juga menarik sekali, yaitu sebuah Villa di Desa Oenggaut.


7.   Menikmati Sunset dari Ketinggian DESA OENGGAUT

Lanscape dari Ketinggian Oenggaut
Mengabadikan


Enjoying Sunset


Kami yang awalnya berencana menikmati sunset di salah satu Pantai di Desa Oenggaut, Rote Barat, pada akhirnya berpindah ke salah satu Villa di Desa yang sama. Salah satu kenalan baru saya yang bertugas di Delha mendapatkan akses ke salah satu villa milik bule yang saat itu sedang di renovasi. Tidak ditanya 2 kali, kami mengambilkan kesempatan itu. Saya kurang tahu nama Villa nya, kita sebut saja Vila Oenggaut yah. Perjalanan dari Nemberala menuju Vila sekitar 15 menit dengan jalan yang mulai ‘robek’ dan berdebu. Di sepanjang jalan di Nemberala banyak penginapan yang unik. Ternyata sebagian besar penginapan tersebut adalah milik bule yang berinvestasi di tempat tersebut dengan harga yang mahal pula. Sayang juga sih, lokasi wisata milik warga Indonesia tapi investornya dari luar negeri. Begitu pula dengan Villa yang akan kami datangi ini.


Langit Menguning di Ujung Barat

Girls on Talk

Membiarkan Matahari Menghangatkan Wajahku

Di Villa Oenggaut yang didominasi oleh kayu dan bamboo berwarna coklat itu kita akan disajikan pemandangan pantai yang dan hutan yang berpadu dengan sempurna.Perpaduan antara hutan dengan pepohonan lontar di sebelah selatan menyatu dengan pemandangan pantai di sebelah utara sampai barat, di tambah matahari yang sebentar lagi tenggelam. Maka semakin eksotislah tempat ini. Tempat ini memang pas sekali untuk menikmati senja apalagi dengan secangkir kopi dan teman untuk bicara.


Mulai Menghilang

Silhouette

Menutup Matahari

Pertemanan Sehat

8. RESTAURANT NARROW, NEMBERALA


Buku Menu Restaurant Narrow

Tampak Depan Restaurant Narrow
Plang Nama Restaurant Narrow

Malam hari kami menikmati makan malam di salah satu restaurant Pantai Nemberala bernama Restauran Narrow. Restauran ini tidak terlalu besar, kesannya malah seperti café. Interiornya yang unik dan cozy membuat kita betah untuk menikmati makanan di dalamnya, apalagi jika ingin ngumpul santai bersama teman, tempat ini bisa menjadi salah satu pilihan. 

Gather Around with Friend in a cozy place

Interior Restaurant Narrow

Restaurant Narrow juga sangat memperhatikan kualitas makanan salah satunya dari segi rasa dan penyajian. Rasanya yang sesuai dengan harapan dan penyajian yang good looking semakin menambah nilai jual dari restaurant ini. Menu yang ditawarkan juga beragam mulai dari makanan local Indonesia, Western, Oriental, bahkan Appetizer dan Dessert juga ada di restaurant ini. 

Interior Unik

Restaurant ini juga ‘menjual’ attitude yang baik dari owner hingga karyawannya. Pemilik restaurant yang begitu ramah mengajak pengunjungnya ngobrol menjadikan nilai jual restaurant ini bertambah. Satu hal yang menonjol dari restaurant ini adalah kepeduliannya terhadap lingkungan terbukti mereka sudah memberlakukan pengurangan penggunaan plastic, contohnya sedotannya menggunakan yang berbahan stainle, jadi re-use.

Sedotan Stainless sebagai salah satu bentuk kepedulian lingkungan (less plastic)

Soal harga, restaurant ini memang makan ongkos. Kamu harus merogoh kocek lebih untuk dapat menikmati makanan di sini. Namun menurut saya harga itu seimbang dengan kualitas makanan dan pelayanan yang ditawarkan oleh restaurant ini. Tidak seperti tempat makan lainnya yang saya temukan utamanya di daerah NTT.

Owner restaurant beserta tamunya


Mungkin kalau kalian berkunjung ke Pantai Nemberala di Rote, sempatkan untuk masuk di restaurant ini, ownernya asik. Dijamin!

Sehari di Rote dan saya mengunjungi beberapa tempat luar biasa di Rote, masih banyak spot yang saya kunjungi di Rote selama 2 hari ke depan, tunggu postingan selanjutnya yah..

Selamat menikmati Wajah Indonesia melalui tulisan saya. 

Leave your comment below.

Curly
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts