Sabtu, 19 Januari 2019

Tidak Usah Merasa Paling Tersiksa, Hidupmu Tidak Setersiksa Itu

Rantepao, 07 Januari 2018
 
Meet Up Berfaedah awal Tahun
(@citrapaonganan, @ekaismaliliany, & @ifayusuf94)
Nongkrong berfaedah pertama di tahun 2019. Sekarang kan lagi hits banget tentang ‘apa-apa pertama di 2019’. Yaahh, yang pertama emang kadang lebih berkesan kan?

Siang ini saya ada rencana untuk mencari pesanan teman di Rantepao, sekalian cari ole-ole. Yah, waktu liburan sudah hampir berakhir dan harus terima kenyataan bahwa raga harus kembali ke dunia ‘lain’. Gak boleh terlalu lama tinggal di dunia nyata karena sampai saat ini dunia ‘lain’ yang membuat bisa bertahan hidup di dunia nyata.. Jadilah saya ditemani Citra untuk ‘berburu’ sepu’, sambu’ lotong, dan segala titipan yang ada.

Selain cari ole-ole, saya juga menyelipkan sedikit waktu untuk bertemu sebentar dengan seorang adik kelas masa SMA dulu yang ingin bertemu (artis juga bukan yah, udah ada aja yang pengen ketemuan, hehehe).  Katanya sih mau sharing tentang dunia volunteer, dan katanya karena saya sudah melanglang buana di dunia volunteer jadilah semakin kuat alasan untuk sharing dengan saya. Wahh, saya merasa gimanaa gitu. Apalah saya yang masih baru di dunia volunteer dibandingkan kak @wresnawira (akun IG) yang sudah ke mana-mana (boleh di cek IG nya, perempuan inspirasi yang seperinya sudah dari Sabang sampai Merauke menjadi relawan). Tapi tidak apalah, sharing tidak harus sesuatu yang WAH bukan?

Karena kebetulan saya dan Citra (IG: @citrapaonganan) juga berada memiliki visi yang sama dan juga memiliki pengalaman di dunia volunteer jadi sekalian saja kami bertemu bertiga. Sejam kupikir cukuplah, di waktu yang sangat sempit ini. Letter L CafĂ© menjadi pilihan kami siang itu. Suasana yang asik dengan V60 Ke’pe untukku dan Affogato untuk Citra, di tambah dengan pembahasan yang menarik dengan Ifa (IG @Ifayusuf94) yang juga ditemani oleh sepupunya siang itu.

Katanya sih Ifa mau sharing tentang pengalaman ku, tapi kenyataannya saya yang lebih banyak belajar dari pengalamannya. Gilak sih menurutku. Mari ku ceritakan tentang Ifa dan pekerjaannya, yang merupakan hasil sharing kami selama kurang lebih 1 jam.

Medan menuju tempat tugas Ifah di Mappak pada musim hujan (1)

Medan menuju tempat tugas Ifah di Mappak pada musim hujan (2)

Ifa adalah seorang perempuan yang saat ini bertugas sebagai Pendamping Keluarga Harapan di Kecamatan Mappak, Kabupaten Tana Toraja. Jarak dari ibukota kecamatan (Kondodewata) ke Makale yaitu 80 km dengan waktu tempuh 8-9 jam dengan kendaraan roda dua. Biaya ojek dari Kondodewata-Makale sekitar 400-600 ribu rupiah. Iyah, itu semua uang, bukan separuh daun. Akses yang dilalui sangat sulit karena kondisi jalan yang rusak parah, perjalanan harus melalui jalanan berlumpur dan berbatu. Dengan medan seperti itu, perjalanan ke Mappak lebih baik di tempuh dengan motor trail atau mobil double cabin, tapi setelah setahun bertugas di Mappak, Ifa sudah terbiasa menggunakan motor matic. Iyah, Ifah menempuh perjalanan 8 jam itu seorang diri, melewati hutan, dengan motor maticnya. Katanya sih jalan ke sana sudah mulai dirintis.


Jalan berbatu menuju Mappak

“Kadang saya singgah dulu untuk minum kopi supaya tidak mengantuk di jalan,” tuturnya.

“Singgahnya itu di perkampungan, rumah warga, atau di mana?” tanyaku penasaran.

“Bukan kak, singgahnya di hutan-hutan. Mana ada rumah warga sekitar situ.”

Buset dah. Saya hanya ternganga mendengar kisahnya. Apalagi katanya tiap bulan dia akan melewati jalan itu karena setiap akhir bulan mereka harus menghadiri rapat koordinasi di ibukota kabupaten. Saya tidak bisa membayangkan jika tiap bulan harus melewati jalanan dengan jarak tempuh seperti itu. Tempat tugas saya saja yang hanya di tempuh dengan naik ojek selama 3-4 kadang sudah membuat saya mengeluh, ini saya di bonceng loh, bukan kendarai motor sendiri. Tamparan keras sekali yah.


Ibu-Ibu yang didampingi Ifah di salah satu Lembang (Desa) di Mappak

Di Kecamatan Mappak, Ifa bertugas dengan 1 orang temannya. Nah, kehidupannya di tempat tugas ini yang membuatku lebih merasa tertampar lagi. Di kecamatan tersebut, Ifah tidak mendapatkan fasilitas tempat tinggal jadi dia berpindah dari rumah warga satu ke rumah warga lainnya, yaa nomaden kali yah. Di setiap desa berbeda dia akan menginap di rumah warga selama 2-3 hari, lalu berpindah ke desa selanjutnya untuk nginap lagi di rumah warga desa tersebut. Sebenarnya Ifah sudah di tawarkan oleh Kepala Puskesmas di kecamatan tersebut untuk menggunakan salah satu mess staf puskesmas sebagai tempat tinggal, namun karena beberapa hal, salah satunya perasaan tidak enak jika harus menggunakan fasilitas yang sebenarnya tidak diperuntukkan baginya, membuatnya menolak tawaran tersebut.

Letak geografis Kecamatan Mappak yang berada di perbatasan 3 kabupaten (Kabupaten Pinrang, Polman, dan Polmas) membuat daerah ini lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat dari kabupaten luar Kabupaten Tana Toraja. Pasokan bahan pokok juga sebagian besar berasal dari tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayahnya, karena letaknya yang lebih dekat dibanding ke pusat Kabupaten Tana Toraja. Hal ini membuat sebagian besar masyarakat Kecamatan Mappak jika bertemu dengan orang-orang dari Makale (Ibukota Kabupaten Tana Toraja) akan bertanya, “Kapan tiba dari Toraja?” padahal Mappak kan masih masuk wilayah territorial Kabupaten Tana Toraja. Pertanyaan yang sangat miris sih. Saya pribadi berkesimpulan bahwa pertanyaan tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa mereka tidak merasa sebagai warga Kabupaten Tana Toraja. Mungkin saking karena berada di garis paling luar suatu wilayah territorial kali yah? Ibaratnya itu, misalnya ada orang di perbatasan Indonesia-Malaysia kedatangan tamu dari pusat kota dan mereka bertanya, “kapan datang dari Indonesia?” padahal di depan rumahnya ada bendera merah putih sedang berkibar. Hehe, bisa jadi kan perumpamaannya seperti itu?


Perbatasan Kabupaten Tana Toraja - Polmas

Selain akses dan akomodasi, tantangan lainnya bagi Ifah di tempat tugasnya itu adalah soal kepercayaan. Agama dan Kepercayaan masyarakat di Wilayah Kecamatan Mappak adalah Agama Kristen Protestan (30%) dan Aluk Todolo (70%). Aluk Todolo merupakan aliran kepercayaan masyarakat Toraja asli sebelum agama masuk ke Indonesia. Aliran Kepercayaan ini pada akhirnya diakui di Indonesia Tahun 2018 lalu dengan sebutan 'Penghayat Kepercayaan' (baca disini). (Kepercayaan ini sudah diakui di Indonesia namun belum ada info yang jelas apakah sudah disosialisasikan atau belum).

Ifah bersama masyarakat binaan di salah satu Lembang di Mappak
Ifah adalah seorang Muslim yang berjilbab, namun tidak semua warga memahami tentang itu. Jangankan paham, tahu saja belum tentu. Tidak semua warga memahami bahwa orang Muslim itu gak boleh makan babi. Jangankan begitu, mungkin bahkan ada yang tidak tahu bahwa ada agama yang diakui oleh negara ini yang namanya Agama Islam. Jadi harus pintar-pintar bergaul dengan warga agar tidak mengkonsumsi makanan yang tidak diperbolehkan oleh agama dan di satu sisi menghargai tuan rumah yang sudah menyediakan makanan. Bayangkan deh perjuangannya.



Masyarakat binaan Ifah di salah satu Lembang di Mappak

Masyarakat Binaan Ifah di salah satu Lembang di Mappak

Selain mengerjakan tugas pokoknya, kadang-kadang di sela waktu kosongnya, Ifa mengisi waktunya dengan mengajarkan anak-anak sekolah di tempat tersebut untuk belajar utamanya Bahasa Inggris. Bahasa yang merupakan bahasa internasional ini harus dikenal bahkan bagi mereka yang tinggal di pelosok. Tinggal di pelosok boleh, soal pengetahuan jangan sampai tertinggal juga. 

Bangunan Kelas Jauh SDN 369 Butang, Kec. Mappak
Di Kecamatan Mappak, dengan kondisi geografis dan jarak antar desa yang jauh sehingga banyak terdapat beberapa bangunan kelas jauh untuk memfasilitasi anak-anak yang jarak rumahnya jauh dari kelas induk. Namun kondisi beberapa kelas jauh yang ada masih sangat memprihatinkan dan kurang layak untuk dijadikan tempat belajar. Kelas  jauh yang saya dapatkan informasinya dengan kondisi bangunan yang sudah tidak layak adalah Kelas Jauh SDN 369 Butang, Kelas Jauh SDN 200 Miallo di Panasakan (perbatasan Kab. Polman), dan Kelas Jauh SDN Sakkuang di Wailimbong (perbatasan Kab. Pinrang).

Kondisi Kelas Jauh SDN 369 Butang, Kec, Mappak
Setiap kali berkunjung ke desa, di waktu luang Ifah akan mengumpulkan anak-anak untuk diajarkan Bahasa Inggris di desa tersebut. Bagi anak-anak, Ifah lebih di kenal dengan sebutan 'Ibu Guru'. Namun karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadahi sehingga pelaksanaannya masih kurang maksimal.

Ifah bersama siswa SMA di Mappak

Ternyata ‘pergerakan’ Ifah tidak bertepuk sebelah tangan. Kepala sekolah menyediakan sebuah bangunan untuk dijadikan sebagai ‘Rumah Belajar’ bimbingan Ifah. Bangunan tersebut sebenarnya fungsinya untuk rumah guru, namun karena tidak pernah ditempati sehingga diserahkan untuk dijadikan rumah belajar. Tetapi bangunan itu juga masih harus di renovasi dulu karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat belajar.

Kondisi 'Rumah Belajar' ex Mess Guru

Kondisi 'Rumah Belajar' ex Mess Guru


Hal ini salah satu yang ingin di-sharing oleh Ifah kepada saya sehubungan dengan bantuan untuk perbaikan gedung atau pengadaan buku pelajaran bagi siswa di Mappak. Yahh, bicara soal bantuan mungkin gampang-gampang susah yah. Saya hanya bisa memberika advice kepada Ifah bahwa dalam pelaksanaannya mungkin awalnya kita dulu yang berkorban, menyediakan apapun yang bisa di sediakan, namun jangan lupa di dokumentasikan, minimal memposting kondisi wilayah tersebut di sosmed. 
Saya selalu percaya bahwa, segala sesuatu yang di awali dengan baik akan berakhir dengan baik pula.
Mungkin saat ini hasilnya belum berbuah, tapi yakin suatu saat nanti akan ada hasil. Di zaman sekarang ini kita diberikan kemudahan untuk memposting sesuatu di sosmed. Diusahakan saja dulu yang bisa dilakukan, karena tidak ada usaha yang akan mengkhianati hasil, yekan? Dan salah satu usaha yang bisa kulakukan adalah menuliskan ini.

Kondisi 'Rumah Belajar' ex Mess Guru
Banyak hal yang sudah sangat hits di dunia sekarang ini namun masyarakat di Kecamatan Mappak pun masih belum ketahui. Hal ini salah satunya disebabkan karena akses masyarakat ke dunia luar sangat terbatas, utamanya bagi masyarakat yang berada di desa yang jauh dari jalan utama. Tidak ada sinyal telpon, tidak ada TV, tidak ada listrik, jangankan itu, untuk mencapai ibukota kecamatan pun ada yang harus menempuh perjalanan setengah hari berjalan kaki. Berangkat subuh untuk tiba di Ibukota kecamatan di siang hari. Iyah, ini masih di Indonesia.

Perjalanan menuju Mappak

Yaa, semoga perjuangan Ifah ini tidak bertepuk sebelah tangan. Semoga banyak Ifah-Ifah lain yang tergerak hati untuk melihat kenyataan bangsa ini utamanya di daerah terpencil. Dengar-dengar masa Kontrak Kerja Ifah sebagai Pendamping Keluarga Harapan sudah akan berakhir dan dia sedang menunggu perpanjangan kontrak lagi. Jika masih dapat di daerah tersebut, Ifah masih ingin mengabdi untuk masyarakat di Mappak. Semoga perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa, memanusiakan manusia, dan segala hal yang dilakukan demi tercapainya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ini bisa tetap berlanjut oleh siapapun. Karena setiap masyarakat Indonesia itu berhak untuk merdeka. Merdeka dari buta huruf, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari penindasan, dan lain-lain. Dan saya percaya, di dalam darah kita mengalir darah pejuang, pejuang yang melawan penjajahan itu.



Well, ini kisah tentang Ifah dengan segala seluk beluk pekerjaannya. Enak? Tidaakkkk!! Mendengar kisah Ifah membuatku harus bercermin dan lebih banyak bersyukur alih-alih mengeluh. Selama ini merasa bekerja di pedalaman Alor, ku pikir diriku yang paling tersiksa dengan kondisi lokasi kerja seperti itu, tapi ternyata masih ada yang lebih menyedihkan kondisinya. Tapi mereka masih bisa bertahan, masih bisa bersyukur, dan tetap berjuang melakukan yang terbaik untuk masyarakat di tempat tersebut. Pertemuan ini bagi saya merupakan sebuah tamparan sih. Tamparan untuk tidak merasa paling tersiksa karena masih banyak yang lebih tersiksa dalam melakukan tanggungjawabnya. Yaa, intinya lebih banyak bersyukur sih biar lebih keren.



Mungkin kita bisa menanamkan dalam diri untuk bisa lebih #kerenkarenabersyukur


Note:
Oyah, mungkin ada yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kondisi tempat Ifah mengabdi ataupun menyalurkan bantuan untuk anak sekolah di sana, dapat menghubungi Ifah di nomor 085146118747, atau IG: ifayusuf94
Atau komen di postingan ini juga boleh


Sumber Gambar : Ifa Yusuf
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts