“Sempatkanlah setidaknya sekali seumur hidupmu untuk berkunjung ke salah satu pantai pasir putih di Indonesia.”
Indonesia
adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Indonesia kan negara kepulauan,
ada sekitar 13ribu pulau, gimana gak mungkin punya garis pantai terpanjang.
Wagelaseh! Tapi sepanjang-panjangnya garis pantai di Indonesia, saya adalah
salah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang jarang sekali berkunjung ke
pantai, soalnya saya adalah anak gunung. Dari kecil hidup di dataran tinggi
(tanpa pantai) membuat ku terlalu excited
jika bertemu dengan pantai. Pantai tanpa pasir pun membuatku mencoba
menikmatinya. Untungnya ibukota provinsi memberikan kesempatan untuk menikmati
pantai. 4 tahun menghabiskan waktu di ibukota provinsi, aku bisa refreshing sejenak ke beberapa pantai, dari
pantai berpasir, berbatu, bahkan berbeton pun ada. Mulai dari pantai pasir
halus maupun pantai batu, ataupun dari pantai pasir putih sampai pasir hitam di
suguhkan di Sulawesi Selatan.
Penempatan
tugas di salah satu pulau di wilayah kepulauan NTT menambah lokasi pantai yang
dapat di kunjungi oleh perempuan gunung ini. Berbicara tentang Nusa Tenggara
Timur, sudah bukan rahasia lagi kalau tempat ini adalah surganya pantai dan wisata
bawah laut, salah satunya Pulau Alor. Pulau ini sukses meningkatkan standar
pantai keren di dalam otakku. Pantai bersih, belum terjamah public, dan menjadi
tempat warga asli untuk beraktivitas. Perjalanan menuju lokasi kerja juga
melewati beberapa pantai yang bagi orang di sana biasa banget tapi bagi
pendatang seperti saya dan beberapa orang kota lainnya akan menganggapnya
sebagai pantai yang ‘super-duper-keren-yang-tak-tertandingi’.
Beberapa
minggu lalu, kebetulan kami sedang ada di Kota Kalabahi, ibukota kabupaten
Alor. Mumpung libur jadi turun gunung dulu, sekalian refreshing (lebih tepatnya
sebelum di tahan di Kalabahi untuk mengerjakan berkas akreditasi yang sukses
bikin otak mumet). Di hari libur itu kami di ajak untuk piknik ke salah satu
pantai yang lokasinya berada di kampung halaman dokter, teman 1 instansi kami. Ajakan jalan-jalan gak mungkin ku tolak
kan? Itu kan tujuan ku ke Kalabahi, walaupun jalan-jalan ini tidak direncakanan
jadi agak kurang prepare. So, here
we go.
Mogok di tengah jalan |
Perjalanan menuju pantai melalui jalan aspal harus terhambat sedikit karena masalah motor. Motor yang dikendarai oleh saya dan Seno tiba-tiba gak bisa jalan dan mesinnya mati tepat sebelum masuk di Desa Wolwal Tengah, Tamalpei. Awalnya kami pikir motornya ‘ngambek ‘ lagi karena motor pinjaman yang kami gunakan dari Padang Alang ini sempat mogok di tengah jalan. Segala macam kemungkinan diluncurkan sampai kami harus menunggu motor pengganti datang (pinjam motor dokter). Dari segala spekulasi yang ada, AKI soak lah, ini lah, itulah, ternyata motor kami gak bisa jalan karenaaaaaa BENSIN HABIS! Gubrak!!! Ini mah suuzon parah namanya, hehe.. … Fuel meter motornya juga udah gak fungsi sih jadi gak ketahuan dari awal, hehehe.
![]() |
Mogok boleh, dokumentasi wajib :) |
Permasalahan
motor sudah selesai dengan mengganti motor lalu kami melanjutkan perjalanan.
Kembali melewati jalanan aspal yang tidak lama berganti menjadi aspal ‘robek’ lalu
akhirnya berganti jalanan berbatu dengan sumbangan debu di sepanjang perjalanan,
sepertinya masih jalan perintis sih. Ternyata jalanan ke pantai tidak semulus
yang ku pikir. Pemandangan sepanjang perjalanan cukup menarik karena kami
berjalan di sepanjang tepi Teluk Mutiara dengan suguhan perahu motor, tambak
ikan, nelayan yang sedang mencari ikan. Satu hal yang menarik adalah kami
melewati sebuah tambak mutiara, tapi sayang kami tidak singgah karena katanya
tambak tersebut tidak dibuka untuk umum.
Landscape Pantai Langleki |
Pantai pasir
putih dengan suguhan Pulau Pura dan beberapa pulau lain di depannya. What an amazing place. Gradasi warnanya
air lautnya keren banget apalagi saat kami tiba, matahari masih lumayan terik.
Sendal udah lepas dan mari kita berlari-lari. Gak mandi laut? Wah, gak tuh, gak
bisa berenang soalnya. Jiaahhhh, hahaha. Ya ini kekurangannya, aku gak bisa
berenang, dan masih belum berani untuk berenang. Bisa sih berenang, apke gaya
dada..dadaaaahhhhh (sambil melambaikan tangan). Jadi deh kalau ke pantai
bisanya cuma main air doang, injak-injak pasir, main-main ombak dan foto-foto.
Yasudahlah, mau gimana lagi, dinikmati saja kan yah? Aku dan Butet menghabiskan
waktu main-main sambil saling foto aja. Sementara itu Ical dan Dokter pergi
mencari kelapa muda untuk melengkapi main-main di pantai sore itu. Wessss,
pantai dan kelapa muda katanya perpaduan yang sempurna.
Pantai Langleki dengan Latar belakang Pulau Pura |
Bermain ombak sambil lari-lari. Lelah. Duduk di balik perahu yang lagi parkir di pantai. Ngobrol, bercandaan. Udah gak capek. Balik lagi ke pantai. Main lagi ke pantai sebelahnya. Gitu aja terus sirkulasi permainan kami saat itu, sampai kelapa yang dinantikan akhirnya datang juga. Yeayyy! Katanya minum air kelapa di pantai itu rasanya beda dengan minum air kelapa selain di pantai. Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Soalnya kan kalo di pantai, kelapanya fresh from the oven, baru di petik dari pohon langsung minum jadi lebih segar, lah kalo yang udah di gerobak kan fresh from gerobak, hehe (garing yah? Gak bermaksud melucu sih). Selain itu suasananya juga mendukung karena di pantai tujuannya piknik sedangkan kalo di gerobak tujuannya minum karena haus aja. Itulah sedikit analisis singkat super gak penting dari saya yang pada akhirnya harus kamu baca J.
![]() |
Pantai X Kelapa Muda |
![]() |
Pantai X Kelapa Muda X Teman |
Sebenarnya salah satu tujuan kami berangkat siang adalah untuk menikmati sunset di Pantai Langleki ini. Menurut si dokter, di pantai ini kita bisa menikmati sunset. Salah satu hal yang membuatku lebih excited lagi. Soalnya tidak semua pantai di Pulau Alor bisa dijadikan lokasi untuk menikmati sunset. Pantainya menghadap barat sih, tapi masih di tutupi pulau lain. Pulau-pulau di sini jaraknya dekat-dekat, seperti anak MABA (mahasiswa baru) yang kemana-mana harus jalan rombongan, hehe. Menghabiskan waktu lagi sambil bermain air (sementara Ical dan Bu Andi sudah berenang) sambil menunggu matahari turun.
Berenang X Main Air |
Sekitar pukul 5.11 matahari sudah mulai menguning. It’s time to enjoy the sunset!! How to? Sebagai orang Indonesia, hal yang kami lakukan adalah, poseeeeee. Sepertinya segala sesuatu harus di rekam di lensa kamera yah. Setelah puas foto dan bikin video, kami duduk sebentar untuk menikmati sunset yang sesungguhnya. Melihat semburat jingganya, menikmati sang surya tenggelam di balik Pulau Pantar. Lah, koq pulau? Iyup, di hadapan pantai ini juga ada 2 pulau, yaitu Pulau Pura dan di baliknya lagi ada Pulau Pantar, jadi mataharinya tenggelam di balik Pulau Pantar. Tapi lumayanlah, daripada tidak sama sekali.
Sunset di Pantai Langleki |
Semakin lama matahari semakin tenggelam yang menandakan kami harus kembali, mengingat perjalanan kami ke Moru tidaklah singkat. Harus melewati 1 jam perjalanan melintasi sepanjang Teluk Mutiara. Kami meninggalkan pantai sambil menyapa warga sekitar yang sedang membersihkan diri di sumur, sekalian pamit dan berterima kasih telah sudi menerima kami masuk di wilayahnya. Akhir dari perjalanan kami, ternyata dokter membawa kami ke sebuah dataran tinggi dekat pantai untuk melihat landscape ‘Senja di Desa Probur’ dari ketinggian, lengkap dengan siluet Pulau Pura dan Pulau Pantar, bahkan siluet Pulau Kepa (atau Pulau Buaya yah?) pun terlihat dari dataran ini.
![]() |
Landscape Desa Probur dengan Latar Beberapa Pulau |
Hari
semakin gelap, waktunya kami kembali. Kembali ke Kalabahi, kembali kepada
kenyataan, hehe. Bukan hanya kenyataan bahwa kami harus kembali ke pedalaman
dengan berbagai permasalahan yang tidak penting, namun sebenarnya kenyataan
bahwa kami harus melanjutkan hari-hari di Kalabahi untuk tidur 4 jam setiap
hari untuk mengerjakan berkas akreditasi dengan berbagai drama yang tidak
penting namun juga merasakan kebersamaan dalam tekanan (jiaahhh).
What a great short trip to Langleki Beach. Meninggalkan pantai ini dengan
harapan, semoga nanti kembali lagi ke sini untuk hunting foto soalnya kali ini karena tanpa rencana jadi gak bawa
Sonya dari Padang Alang. Pantai pasir putih dengan airnya yang jernih dan
batu-batu karangnya yang bersandingan dengan pasir putih (minta banget untuk di
foto sihhhhh). Dan spot-spot lainnya di sepanjang perjalanan di pinggir pantai.
Arrgghhh, take me back there, to
Langleki, a beautiful beach on Alor
Barat Daya. Pokoknya keindahan pantainya sulit digambarkan lewat foto apalagi
tulisan, harus dilihat langsung.
![]() |
Travelmates |
![]() |
Travelmates - full team |
Padang Alang, 25 September 2018
Nb.
Akhirnyaaaaa bisa selesaikan tulisan
ini setelah 14 hari terbengkalai dan kepikiran terus diakibatkan harus
mendahulukan akreditasi, padahal udah sempat curi-curi waktu nulis pagi-pagi
sebelum yang lain bangun, bahkan kepikiran untuk nulis di Pantai Sebanjar tapi
sayangnya gak jadi nginap, hehe. Soon
yah nginapnya.
Oyah, video tentang pantai ini bisa
kamu lihat di sini. Enjoy it.