Sabtu, 02 April 2016

Sehari Bersama SAMARINDA

Helaaww guys. Liburan kemarin eike bareng temen memutuskan stay di Kalimantan, gak keluar pulau maksudnya, jadi gak ke Sulawesi apalagi pulang kampung. Karena satu dan lain hal maka kami hanya menghabiskan liburan di Kalimantan aja. HANYA?? Oww. Jangan salah. Kalimantan punya banyak tempat yang layak dijadikan tempat wisata. Liburan 2 minggu ini hanya kami habiskan di kota Balikpapan dan Samarinda. Yup, anda gak salah baca. Itu tulisannya Samarinda. Ibukota Kalimantan Timur yang dijuluki orang sebagai Kota Tepian.
            Saya yang numpang di kosan SIST saya di Balikpapan tentunya gak bakalan betah kalo off duty selama 2 minggu hanya dihabiskan di kamar saja. Bangun tidur hanya lihat dinding, kasur, bantal guling, bantal kepala, gallon air, lemari pakean, kipas angin, paling jauh jalan ke kamar mandi, yaa lumayan di sepanjang lorong kosan bisa lihat sepatu berjejer depan masing-masing kamar. Bangun tidur gak ngerjain apa-apa, dari Shalat Subuh sampe Maghrib hanya satu posisi aja yang kami buat, posisi tidur sambil megang Xperia dan Samsung, itu aja. Atau kalo ada bahan makanan, kami masak untuk makan siang, atau paling berat  cuci pakean yang lamanya bisa sampe 2 jam karena harus nampung air dulu. That’s it. Itu kalo kami di kosan terus yah. Tapi untungnya kami sama-sama memiliki golongan darah O. Hubungannya? Kami sama-sama masih manusia. Haha. Yaeyalahh. Di samping kami masih manusia, kesamaan golongan darah menunjukkan kesamaan karakter kami, terutama dalam hal stay in a one place while you are on holiday.
            Saya pernah membaca postingan sebuah akun di Line bernama Golongan Darah yang mengatakan bahwa “Golongan darah O itu gak bakalan betah kalo seharian hanya di kamar, pengennya jalan terus”. Iyup, karena saya merasa didukung sama postingan ini makanya saya melakukan hal untuk membenarkannya. Biasa, sifat dasar manusia kan gak suka disalahkan. Hahaha.. Maka kami berdua si darah O akhirnya memutuskan untuk sering-sering jalan, memanjangkan kaki. Jadi selama off duty kemarin kami mengunjungi beberapa tempat yang belum pernah akmi datangi selama di Balikpapan diantaranya adalah Maha Vihara Buddha Manggala, nongkrong di Pantai Melawai, mengikuti pameran Budaya di Dome yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Balikpapan yang mana di sana kami mendapatkan goody bag gratis di Stan KKP Dinkes dan di stan Dinas Pariwisata kami mendapatkan peta tempat wisata apa aja yang wajib dikunjungi di Balikpapan. Tapi kali ini saya gak akan menceritakan soal Balikpapan, ada satu tempat yang kami jadikan perpanjangan kaki kami (perpanjangan kaki? Istilah apaan nih) yaitu Samarinda.
Samarinda menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk traveling kami karena si partner in crime saya ini, inisialnya Febi, belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Kota Samarinda. Dengan alasan yang menurutnya udah kuat banget bahwa sudah 1,5 tahun dia berada di Pulau Kalimantan, tapi menginjakkan kaki di Ibu Kota Kaltim aja yang jaraknya hanya 2 jam dari Balipapan itu sekalipun gak pernah, padahal sampai hutan paling hutannya Kalsel aja yang ditempuh dengan perjalanan ekstrim udah dia datangi. Saya yang udah beberapa kali ke Samarinda sempat mikir sih, dia mau lihat apa di sana, gak ada tempat menarik menurut saya. Tapi selama 3 kali saya berkunjung ke Samarinda (jiah, berkunjung, situ ibu negara? :D) ada satu tempat yang sangat ingin saya datangi dan gak pernah kesampaian, yaitu Mesjid Islamic Centre Samarinda meeegaaahhhh yang konon katanya adalah mesjid terbesar se-Asia Tenggara. Karena keinginan itu akhirnya saya ikut juga ke Samarinda .
Akhirnya salah satu syarat untuk melakukan suatu perjalanan sudah terpenuhi, yaitu niat (Tolong di garis bawahi). Iyup, hal pertama yang harus anda siapkan saat akan melakukan traveling adalah niat karena tanpa niat semuanya gak akan terlaksana dengan baik . Yakan?? Yakan?? Correct me if I’m wrong :D. Partner saya ini berencana hanya sehari di Samarinda yaitu berangkat pagi dan pulang sore, jadi kami mencari tempat wisata yang dapat kami datangi dalam sehari itu dan sarana yang dapat digunakan untuk menempuhnya. Maka kami mencari informasi mengenai tempat wisata di Samarinda melalui social media dan bertanya ke beberapa kenalan kami di Samarinda. Umm, koreksi, bukan beberapa teman sih, hanya satu teman kami yang menjadi sumber informasi mengenai Samarinda (sebut saja dia dengan inisial Keket). Iyah, wanita yang berperan besar untuk perjalanan kami terutama mengenai kendaraan apa saja yang dapat kami gunakan untuk mencapai daerah tersebut. So, remember guys. Saat anda ingin mengunjungi tempat yang belum pernah anda datangi sebelumnya, pastikan untuk mencari informasi dahulu, seperti akses ke sana, waktu kunjungannya, jika itu tempat ibadah pastikan apakah dibuka untuk umum dan tata krama memasuki wilayah tersebut, dan kalo sempat cari informasi mengenai waktu atau musim apa tempat itu bagus di kunjungi oleh turis. Eitss,, iyah. Kami udah tergolong turis loh yah, turis domestic.
Setelah mencari informasi dari beberapa sumber, akhirnya selama jalan-jalan sehari itu kami berencana mengunjungi Vihara terbesar di Asia Tenggara yang baru di resmikan pada bulan Maret ini, Mesjid Islmic Center, Pasar Pagi, Nongkrong di Tepian Mahakam yang katanya tempat nongkrongnya anak gaul Samarinda (belakangan saya tau kalo di situ tempat nongkrongnya anak alay). Untuk sementara itu dulu tempat yang akan kami kunjungi berhubung waktu kami sangat terbatas. Setelah menentukan tempat, kami mengatur waktu dan urutan tempat yang akan kami kunjungi dengan memperhitungkan estimasi waktu perjalanan dan waktu yang akan dihabiskan di setiap tempat.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar sebelum Shalat Subuh berkumandang (kosannya Febi dekat banget sama mesjid jadi suara Adzan kedengaran banget)kami belum bangun. Kami bangun setelah Adzan berkumandang. Demi mendapatkan bus pertama ke Samarinda, kami mempersiapkan segala sesuatunya, merasakan kembali segarnya mandi pagi (ketahuan banget yang selalu bangun kesiangan), menunggu angkot menuju terminal Batu Ampar yang susah banget.  Kami berangkat dari kosan pukul stengah 7 pagi untuk mendapatkan bus pertama yang katanya berangkat jam 7. Namun, berhubung area kosan kami di daerah MT. Haryono jam segitu masih jarang angkot maka kami agak lama menunggu. Hampir jam 7 kami mendapatkan angkot menuju Terminal Batu Ampar. Terminal Batu ampar adalah terminal dengan tujuan Balikpapan Samarinda. Di sana bus-bus berkumpul menunggu penumpang, namun dari pengalaman saya sebelumnya bus di terminal akan lama banget ngetem jadi kami memutuskan untuk langsung ke pertigaan menuju terminal. Di sana kami mendapatkan bus yang gak terlalu lama ngetem. Untungnya kami masih mendapatkan bus pertama yang berangkat pukul 07.30. Dengan bermodalkan 30ribu rupiah, bus pun membawa kami menyusuri jalanan yang membelah hutan Kalimantan menuju Samarinda. Tarif bus Samarinda-Balikpapan ataupun sebaliknya berkisar antara 30-40 ribu rupiah, tergantung fasilitas busnya. Bus yang kami gunakan adalah bus non-AC yang sempat di komen oleh salah satu teman saya, “bus ji itu?”. Iyah. Ini bus. Jangan mengharapkan anda mendapatkan bus Toraja dengan full AC, suspense nyaman (pake banget), ada selimut dan tempat duduk lebaaarrr. Big no. Lagian ini hanya perjalanan 2 jam doang. Naik pete-pete juga bisalah :D. Selain bus non AC, ada juga bus yang sepertinya lebih nyaman yaitu bus AC yang bisa didapatkan dengan harga 38 ribu rupiah, hanya saya belum pernah menggunakannya.

Keadaan Bus Balikpapan - Samarinda

Tiket Bus Angkutan Balikpapan - Samarinda

Di sepanjang perjalanan menuju Samarinda mata anda akan dimanjakan oleh pemandangan hijau dan lebatnya hutan Kalimantan terutama saat anda memasuki wilayah Bukit Soeharto, sebuah area hutan lindung bagi flora dan fauna Kalimantan. Bus juga akan melewati beberapa rest area yang menjual berbagai makanan, perkampungan warga, area kebun sawit, dan jalan hauling menuju area pertambangan. Kadang saya miris setiap kali melewati daerah ini karena terlihat bagaimana terlihat pembukaan lahan sehingga pohon-pohon ditebang dan dijadikan area untuk membangun perumahan. Sekitar 2 jam perjalanan kami memasuki wilayah Kota Samarinda (Samarinda Seberang) dan kami masih harus berjalan selama 30 menit untuk tiba di Terminal bus di Samarinda Kota. Samarinda terbagi atas 2 wilayah yaitu Samarinda kota dan Samarinda Seberang. Dari Samarinda Seberang ke Samarinda kota kami melewati jembatan penghubung antara kedua wilayah tersebut, jembatan yang melintasi Sungai Mahakam, sungai terbesar di Kalimantan timur. Dari atas jembatan tersebut, anda dapat menyaksikan kehidupan masyarakat di bantaran sungai Mahakam dengan kapal atau klotok atau speed yang berlalu lalang di sungai. Selain itu, ada juga kapal pengangkut batu bara yang melalui sungai ini.
Tepat pukul 10.00 bus yang kami tempati memasuki area terminal. Saat turun dari bus, ada akan langsung di tawari oleh tukang ojek atau supir taksi (di Samarinda, orang menyebut angkot dengan sebutan “taksi”) untuk mengantarkan anda ke tujuan anda. Berhubung kami gak mau menunggu terlalu lama (karena menunggu itu butuh energi, apalagi nunggui kamu, eehh), akhirnya kami berjalan ke depan terminal dan mengambil angkot hujau menuju Mall Lembuswana, namun karena ada seorang penumpang yang searah dengan kami jadi kami ikut dengan beliau dan turun di Pasar pagi untuk ganti angkot menjadi Angkot merah menuju Vihara. Biaya yang kami keluarkan untuk sekali naik angkot adalah 7ribu rupiah per orang.
Terminal Samarinda

Di angkot merah kami cukup memberitahu supir angkot bahwa tujuan kami ke Vihara di daerah Damahuri dan pak supir langsung tahu. Sepertinya tempat itu cukup dikenal. Sekitar 15 menit kami akhirnya tiba di Vihara yang dimaksud, tempatnya ternyata langsung berada di pinggir jalan yang dilalui angkot jadi kelihatan dari jauh patung Buddha nya.
Gak membuang waktu kami langsung menuju pintu gerbang Vihara yang gedenya Naudzubillah. Selayaknya tamu yang wajib lapor kalo datang ke tempat baru, kami juga seperti itu. Kami minta izin ke security untuk masuk di area Vihara. Tapi sayangnya ternyata Vihara itu gak di buka untuk umum untuk saat ini. Yang boleh masuk hanya orang yang sudah buat janji dengan pengelola Vihara atau jemaat yang akan beribadah di dalam. Hiks. Syedih. Mana udah jauh-jauh datang lagi, ujung-ujungnya gak bisa masuk. Tapi dari informasi yang saya dapat dari internet emang belum gak ada info kalo bisa dibuka untuk umum sih, jadi yasudahlah. Akhirnya kami ngobrol aja sama bapak securitynya, lumayan kan si bapak bisa ngobrol sama petualang cantik yang belum sempat masuk tipi. Dari informasi bapak security, katanya pengujung boleh masuk tapi Cuma sampai di kafenya aja. Kafenya itu tepat di bawah patung Buddha, jadi kita bisa lihat patungnya dari dekat. Kafenya menyediakan makanan untuk vegetarian, soalnya penganut agama Buddha kan emang gak boleh makan daging. Kami pengen sih masuk nongkrong di kafenya, tapi kelamaan kalo mau nunggu, soalnya kafenya buka jam 12. Karena merasa udah cukup dengan bertanya-tanya ke security, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Pintu Gerbang Buddha Centre

 Perut udah keroncongan menandakan cacing-cacing di perut butuh asupan nutrisi. Berhubung pada saat itu hari Jumat, Mesjid yang selanjutnya akan menjadi destinasi kami pasti akan dipenuhi dengan jamaah yang akan melaksanakan shalat Jumat sehingga kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di depan Mesjid. Ada banyak penjajah makanan yang berjualan di sepanjang jalan depat Islamic Centre tersebut. Karena tujuan kami ke sana, akhirnya kami kembali menaiki taksi merah untuk kembali melanjutkan dengan angkot hijau menuju Islamic Center. Di sepanjang perjalanan, kami sibuk membahas tentang makanan wajib jika berkunjung ke Samarinda, tapi gak ada clue. Kami sudah bertanya ke seorang ibu-ibu asal Sulawesi di taksi tapi bilangnya gak ada makanan khas di Samarinda. Sampai akhirnya naiklah seorang ibu menggandeng anaknya yang masih SD menaiki angkot. Mendengar kami membahas makanan khas Samarinda si ibu langsung nimbrung, dan memberikan informasi mengenai makanan wajib jika ke Samarinda. Ibu ini bener-bener seperti oase di tengah gurun pasir, membawa informasi saat lagi butuh-butuhnya, apalagi informasi tentang makanan, diberkatilah anda bu :D. Si ibu bilang kalo ada sate  namanya sate paliat yaitu sate dari daging sejenis daging rusa yang di jual di salah satu rumah makan bernama RM Amado di Jl. Diponegoro. Karena penasaran dengan makanan tersebut, kami langsung menuju jalan Diponegoro. Rela deh kami nunggu 1,5 jam demi merasakan gimana rasa sate yang dimaksud. Nunggunya bukan karena dagingnya baru di cari yah, tapi karena saat itu kami tiba tepat pada waktu shalat Jumat sehingga rumah makannya di tutup untuk sementara while karyawannya melaksanakan Shalat dulu. So, buat temen SMP gue, teman SMA gue, yang mau coba makan di sana, pastikan elu semua gak datang tepat pada shalat Jumat yah.
Setelah nunggu bodo-bodo selama 1,5 jam akhirnya warung makannya buka dan itu bagaikan oase di padang gurun. Jadi pas si pegawai buka pagarnya itu kek slow motion banget trus rumah makannya langsung bercahaya, dan cacing di perut langsung menabuh gendang tanda perang dimulai, perang terhadap kelaparan. Gak nunggu waktu lama, langsung masuk ke warung makan tersebut, duduk manis di kursi (arti ‘duduk manis’ adalah cewek manis lagi duduk), waiter datang, kami langsung pesan. Dengan kepedean tingkat tinggi saya langsung nanya, “Ada sate rusa gak?”
Si waiter dengan wajah bingung menggelengkan ke kepala sambil berkata, “gak ada, Mba. Di sini gak ada sate kek gituan.
“Trus adanya sate apa?”
“Sate ayam aja.”
Whattt???? Trus maksudnya ibu itu tadi apaan. Wah kita di bohongin nih. Yaudah, karena gak ada menunya dan kami juga kelaparan udah nunggu selama 1,5 jam jadi kami mesan yang ada aja. Di dinding rumah makan tersebut ada terpajang menu makana yang kemungkinan dijadikan sebagai menu andalan rumah makan ini, jadinya kami mesan Sup Kimlo Ayam Kampung aja.
Sambil menunggu pesanan kami datang, kami memperhatikan rumah makan tersebut. Ternyata banyak juga yang datang untuk makan siang di tempat ini. Mulai dari bapak-bapak sampai ibu-ibu semua yang ada di sini, dari yang bermobil sampai yang jalan kaki, dari yang kurang cantik sampai yang cantik banget, datang di sini. Intinya dari kata-kata saya yang bertele-tele dari tadi itu adalah rumah makan ini lumayan laris. Dan dari informasi teman saya, tempat makan ini memang terkenal.
Pesanan kami pun nongol. Dari kuahnya sepertinya enaaakkk banget. Entahlah kalo saat itu mungkin karna kami sedang lapar-laparnya yah. Tapi dari penampilannya sih good looking. Telur rebusnya di suwir-suwir jadi gak bikin saya illfeel duluan, yang notabene kadang menilai makanan dari luarnya dulu. When we tasted the soup, wow. Enak. Beneran enak loh yah. Awalnya kami juga penasaran dengan menu ini, kek gimana sih rasa Sup Kimlo itu. Ternyata rasanya sama aja sih kek soto ayam pada umumnya, tapi ini soto ayam versi enak.
Kalo soal harga makanan, di tempat ini memberikan harga yang terjangkau. Awalnya kami piker akan mahal, melihat banyaknya orang yang datang makan ke tempat ini, tapi opini itu terpatahkan di meja kasir. Tsahh. Kami hanya membayar Rp 25.000,- untuk seporsi soup kimlo dan Rp 5.000,- untuk sebotol air mineral. Terjangkau kan?
Menu Makanan di RM Amado

Selesai memberi makan cacing di perut, kami melanjutkan ke tujuan awal kami. Mesjid Islamic Centre Samarinda. Here we come!!!! Kami melanjutkan perjalanan menggunakan angkot hijau, yang kami rasa udah jauh banget mutar-mutar. Kirain udah mau di bawa lari sama si sopir taksi, tapi saya piker gak mungkinlah dia berani, mau di smack down sama salah satu penumpangnya ini. And Finally, we are here!!
Mesjin Baitul Muttaqien Islamic Centre Kaltim

           Masjid Baitul Muttaqien Islamic Centre Kaltim. The largest mosque in Kalimantan. Mesjid  terbesar kedua di Asia tenggara setelah Mesjid Istiqlal (pengen [ake bahasa inggris tapi gak tau bahasa inggrisnya :D). Akhirnya eike bisa menginjakkan kaki di mesjid ini setelah keempat kalinya datang di kota Tepian ini. Mesjidnya luar biasa gede. Bagi perempuan, gak harus pakai penutup kepala koq kalo mau masuk ke area mesjid. Di dalam mesjid juga koq orang yang nongkrong. Entah itu bapak2, pemuda pemudi Indonesia. Entah itu yang sedang belajar agama, sharing, atau yang lagi hunting foto. Entah itu ayah ibu anak atau sepasang sejoli yang sedang menjalin cinte. Dan kami hadir sebagai pelacong yang mengagumi keindahan arsitektur tempat ini. Kami nongkrong di sana sampai setengah empat saat suara adzan untuk shalat Ashar sudah dikumandangkan. 
Landscape Mesjid Islamic Centre 

Puas melihat-lihat kami langsung nyebrang ke depan Mesjid. Sebenarnya salah satu destinasi temen saya ini adalah pengen nongkrong di tepian Mahakam yang katanya tempat nongkrong anak gaolnya Samarinda. Tapi berhubung kami ga tau tempatnya di mana jadi kami nongkrong aja di seberang jalan Mesjid, masih tepian Mahakam juga koq. Lagian kami udah gaul, ngapain carri tempat gaul lagi. Haha.
            Tepian Mahakam ini menurut saya seperti pinggir sungai pada umumnya. Bau air sungai dan sampah-sampah yang di buang ke sungai memperjelek penampilan tepian ini. Ditambah air sungainya yang keruh berwarna coklat, warnanya emang kek gitu sepertinya. Tapi pemandangan yang disajikan gak membosankan juga. Di hadapan anda terhampar luas sungai Mahakam yang lebarnya minta ampun jauhnya. Gede banget pokoknya. Ada juga kegiatan anak-anak yang main kantinting di sungai. Oyah, satu fenomena luar biasa yang bisa kamu lihat di sini  yaitu Gunung Berjalan. WOW. Iyah, kamu bisa melihat kapal-kapal pengangkut batu bara lalu lalang di sungai ini, itu gunung berjalannya :D. Tapi katanya kapal pengangkut batu bara ini hanya lewat sampai sore hari.
Tepian Mahakam

            Puas duduk-duduk di tepian Mahakam akhirnya kami beranjak, dan kami berpisah di sana. Febi akan kembali ke  Balikpapan dan saya masih tinggal sehari di Samarinda mengunjungi sanak keluarga di sana, maklum keluarga besar. Torayakan, aihihi. :D
            Pada malam harinya saya masih berkesempatan untuk mengunjungi Mahakam Lampion Garden. Bukanya ini mulai malam hari, yaeyalahhh namanya juga lampion. Sebuah tempat di mana semua keajaiban dunis berkumpul di sana :D. Hanya dengan modal sepuluh ribu kamu bisa dapat gelang sebagai tanda kamu bisa masuk ke lokasi lampion Garden itu. Lumayan lah cuci mata malam-malam. Cuci mata melihat para ibu-ibu gendong anaknya dan di temani suami tercinta, ahhsyudahlah, pulang yuks.
Mahakam Lampion Garden

Jadi itu beberapa tujuan wisata kammi selama di Samarinda. Masih banyak destinasi wisata yang dapat dikunjungi di Samarinda dan sekitarnya, diantaranya Desa Pampang yang merupakan desa adat suku Dayak, Kota Tenggarong yang hanya berjarak sejam dari Samarinda, tempat pembuatan tenun Kalimantan, dan masih banyak lagi. Sayangnya waktu kami hanya sebentar jadi hanya beberapa tempat yang bisa kami kunjungi. But we love this trip. Ngetrip kilat namun hasilnya memuaskan bagi para pemula seperti kami.
Pulau Kalimantan adalah tempat kami meraup sesendok berlian, dan pulau Kalimantan juga menyuguhkan keindahan pesonanya. Indonesia is the best country that I ever had :D.
Holiday is over, saatnya kembali ke rutinitas pekerjaan lagi. Next time, kami akan mengunjungi tempat-tempat yang baru lagi.  :D 

Jumat, 01 April 2016

CURLY, SINETRON, DAN PS (VERSUS? I DONT THINK SO)

LUCU.
Lucu rasanya mengingat kembali bagaimana melihat seorang laki-laki separuh baya melemparkan remote di depan wajah saya. Bukan ke wajah saya yah. Jadi remotenya dibanting ke lantai, kan kasihan remotenya, gak salah apa-apa koq di banting. Setelah itu balik ke kamarnya, meninggalkan ruang TV dan sambil berkata kepada saya, “Dasar bawel. Jadi orang bawel banget.”
Dikatain bawel itu lucu yah? Iyah, dan sekarang saya lagi merasa lucu banget di kamar mengingat kejadian itu. Jadi pengen menumpahkan kelucuan itu dalam sebuah tulisan. Tssaahhh. Jadi kek apa kisahnya?
            Kejadiannya sekitar 2 jam yang lalu di ruang nonton mess kami. Entahlah, hari ini saya merasa pengennnn banget duduk di depan tivi, senderan di lengan kursi (berharapnya sih di lengan abang, *uhuk), sambil minum kopi. Wuisshh, nyamannya dunia. Mungkin bagi sebagian besar orang, kegiatan itu sudah sangat lazim dilakukan, tapi bagi saya kegiatan itu langka banget.
Saya, yang notabene seorang pekerja di lokasi tambang, jauh dari keluarga dan teman-teman, menjadi kaum minoritas di mess (dalam hal ini jenis kelamin), paling malas duduk  di depan tivi, apalagi akhir-akhir ini. Gimana mau nonton, saya baru selesai mandi aja si bapak-bapak udah duduk manis di depan tivi sambil nonton sinetron (yang paling saya tau tuh yang judulnya “Anak Jalanan”), dan saya gakk suka banget sama sinetron yang menurut saya itu pembodohan banget. Belum lagi kalo ada yang merokok, dan PASTI bakalan ada yang merokok. Saya paling gak suka dengan asap rokok, sebisa mungkin kalo bisa saya hindari ya mending menjauh deh, daripada terpapar. Baunya itu loh gak enak banget, bikin sesak napas aja. Bodo amat mereka tersinggung. Merokok adalah hak anda, dan menghindari asap rokok adalah hak saya. Titik.
Back to the reason kenapa saya jarang nonton di ruang TV. Akhir-akhir ini para pecinta olahraga jari (baca: PS) lagi gencar-gencarnya melakukan invasi ke mess. Terserahlah yah kalo ada yang gak setuju itu dikatakan sebagai penyerangan, tapi menurut saya ya emang kek gitu. Mereka bisa main sampai berjam-jam selama beberapa hari loh. Bayangkan saja, saya pernah tiba di mess sekitar jam setengah 8 malam, mereka udah main dan itu lanjut sampe saya udah mau tidur sekitar jam setengah 12 malam, belum kalo malam minggu yang bisa mencapai jam 1. Trus invasinya di bagian mana? Kalo orang main PS, gak mungkin gak ribut kan? Nah, that’s the point. Para pelaku itu ributnya minta ampun. Para pelakunya kan kadang mencapai 8-10 orang yang ngantri untuk megang stick PS, nah bayangin kalo mereka teriak rame-rame, entah karena gol, entah karena salah trik penyerangan, entah karena salah pencet tombol, dan karena karena yang lain, I dunno. Gimana gak terganggu.  Dan gak mungkin kan saya, sebagai makhluk Tuhan paling cantik se-mess (baca: cewek satu-satunya), mau duduk manis di ruang tivi while they playing PS. Kurang kerjaan banget, apalagi di situ jumlah asap rokoknya akan lebih banyak lagi. Mending di kamar deh.
Jadi itu beberapa alasan kenapa saya paling malas nongkrong di ruang tivi. Walaupun masih nongkrong bentar sih kalo si bapak-bapak nonton sinetron. Yahhh sekedar comot cemilannya, atau sekedar gangguin, atau sekedar ngobrol bentar, atau sekedar komentarin pemain sinetronnya, tapi gak lama-lama banget lah, paling 5-10 menit doang. At least bisa keluar dari kamar dan melayangkan pandangan ke tempat yang lebih luas dibandingkan hanya di kamar yang ke manapun mata memandang hanya ada dinding warna putih yang kelihatan, untungnya di salah satu dinding udah ada hiasan puku-puku.
Tapi sebenarnya kadang saya betah juga sih yah di kamar berlama-lama, apalagi kalo kuota internet tumpeh-tumpeh. Hanya dengan memandang handphone waktu gak terasa udah berlalu aja. Makanya, sempat salah seorang teman kerja penghuni mess nanya, “kamu ngapain aja di kamar? Betah banget.” Saya juga bingung kenapa bisa sehebat itu dampak smartphone, bener-bener menjadikan manusia anti-sosial. Selain ngenet (bukan Ngenest loh yah), alasan lain saya betah di kamar adalah karena ada bacaan. I really love reading, utamanya sekarang yang lagi numpuk di kamar adalah novel. Salah satunya yaitu berduaan dengan om Sher, itu Buku Sherlock Holmes yang lagi saya baca sekarang. Jangan sampai ada yang mikir kalo itu adalah om-om selingkuhan saya yah, mau selingkuh dari siapa juga, gak ada yang diselingkuhin (kesannya koq ngenes banget yah??). Jadi membaca bener-bener bisa bikin saya lupa waktu banget, apalagi kalo lagi fit-fitnya. Di siang hari saya semangat menyelasaikan tugas demi untuk bisa berduaan sama om Sher di malam hari. Dari situ saya belajar me-manage waktu supaya setiap rencana saya bisa terlaksana tanpa mengorbankan kegiatan lain. Tsaahhh!!
Back to the insiden remote terbanting. Hari ini bener-bener pengen banget nonton tivi. Salah satu penyebab yang paling bertanggung jawab atas keinginan itu adalah karena ini adalah akhir bulan dan kuota sedang sekarat-sekaratnya. Kosong melompong tidak berbekas. Mau di kamar, gak bisa ngenet, walaupun masih ada bacaan sih, tapi keinginan noton tinggi banget. Pulang kantor sekitar jam 7, udah berinisiatif untuk tidak mandi malam lagi. Tiba di mess, ternyata tivi lagi gak ada yang nontonin, dalam hati, “tumben”.  Selesai mandi ternyata bapak pecinta sinetron lagi nonton, wahh remote gak bisa di rebut nih, dikuasai soalnya. Dan dimulai lah kebawelan itu.
Memulai kebawelan dengan mengomentari acara tivi yang lagi di nonton, karena sinetronnya lagi iklan jadi saya minta channelnya dipindahkan ke siaran berita, eh di gantinya ke siaran National Geography, emang saya kelihatan kek pawang hewan yang suatu saat nanti bakal tersesat di daratan Afrika yah? Bosan dengan acaranya, kebawelan dilanjutkan dengan mengomentari air gallon yang habis, jadi terpaksa saya ke kantin untuk ambil air, sekalian buat kopi (lagi pengen banget ngopi juga). Sekembalinya dari kantin, si bapak masih stay on chair, duduk manis nonton sinetronnya. Kebawelan masih lanjut. Sinetronnya udah main. Saya duduk sambil mengomentari acaranya, dan menunjukkan gelagat-gelagat gak betah. Emang gak betah banget. dan saya akui emang saya bawel banget saat itu, ribuuuttt banget pokoknya. Saya bahkan berkelakar, “Yaudah, kita lihat besok, siapa yang lebih duluan menguasai TV, aku, sinetron, atau PS. Hahaha.” Ada hahaha-nya loh, artinya lagi bercanda jadi sebaiknya gak dimasukkan ke hati.
Kebawelan terhadap sinetron masih berlanjut, bahkan bahkan semakin menjadi-jadi. Di tambah lagi ada satu akak pemain pendukung keributan, jadi sukses lah 2 lawan 1 pada saat itu. Sempat si Bapak bilang, “kalo gak suka ya gak usah nonton, ke kamar aja nonton laptop kek.”
Saya ngejawab, “kita nonton yang berkualitas lah pak, berita kek, biar update informasi.”
Mungkin saking jengkelnya si bapak denger saya bawel banget akhirnya dia menyerah dan melemparkan remote ke lantai, “tuh nonton. Bawel. Jadi orang koq bawel banget!”
Akhirnya senyum lebar merekah menghiasi wajah saya. Dengan penuh semangat saya memungut remotenya dan tidak lupa berterima kasih ke bapaknya. Yesss... Finally bisa nonton juga. Kebetulan pada saat itu ada penghuni mess lain yang lagi melakukan kegiatan mencukur rambut. Ya mereka ketawa-ketawa aja. Bahkan salah satu penghuni mess lewat sambil berkata, “Yaudah, besok tak belikan TV tiap kamar deh.”
Tapi kebawelan itu semuanya saya anggap lucu-lucuan aja yah. Saya bahkan gak merasa itu bawel sampai si Bapak mengatakan kalo saya itu bawel. Haha. Oh ternyata saya bawel? Yaudah gak papa deh yang penting bbukan bawal aja (bawal = sejenis ikan). Lucu kan?? Lucu kan?? Kan?? Kan??
Whatever. I just wanna sit down there dan menonton sesuatu yang berkualitas. Saya akhirnya bisa melihat Mba Najwa Shihab lagi di tivi. Saya nonton Acara 360 yang saat itu membahas tentang rare disorder di Indonesia, kunjungan presiden Mesir ke Indonesia yang bertujuan menyampaikan bagaimana Islam itu sebenarnya (yang saya setuju banget dengan salah satu quotenya yaitu bukan hak manusia untuk meng-kafirkan sesamanya dan bagaimana manusia harus saling bertoleransi), dan  berita tentang penangkapan Hiu Martil di pulau Lombok yang sebenarnya sudah dilarang penangkapannya oleh pemerintah karena alasan kepunahan namun Masyarakat masih gencar menangkapnya. So many things that I got. Yaa, walaupun ada hal yang tidak mengenakkan banget dari bapak-bapak para peng-invasi yang mengatakan, “ah lu kek ngerti aja” yang udah bolak-balik pengen main PS padahal remote masih di tangan saya. Tunggu yah sampai kopi saya habis dan acaranya selesai. Hahaha.
Intinya adalah saya hanya mau nonton, itu saja. Gak lama koq, paling sejam – 2 jam. Gak sering kok, paling sekali seminggu, ini aja karena lagi gak ada kuota jadi pengen nonton. Dibandingkan yang dulu setiap hari nonton sinetron, 7 hari dalam seminggu (tapi itu dulu yah sebelum invasi PS menyerang mess). Dibanding yang main PS berjam-jam sehari , setiap hari, 7 hari dalam seminggu.
Hampir pukul 10 saya meninggalkan lokasi kejadian karena udah puas nonton, karena kopi udah habis, dan lebih karena acara berita udah selesai. Masuk kamar. Gak lama, ternyata para peng-invasi mengambil gulungan kabel dan memesang PS. Jiahhh, lanjut ternyata. Haha. Tapi nilai plusnya mala mini adalah, mereka gak terlalu rebut, dan volume PS nya gak segede toa mesjid. Fiuhh. Syukurlah. :D
Nah, itu yang saya bilang lucu. Lucu kan? Lucu aja deh.
Udah ah, mau lanjut sama om Sher. Yeayyy besok gajian!!! (apacih)
Bubyeee!!

Dahai, 31 Maret 2016


Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

My Blog List

Most Viewed

More Text

Popular Posts